2 November 2020
Penulis —  Freak Js

Mama Impian

Hari demi hari telah berlalu, di usia kehamilan mama yang sudah menginjak 7 bulan membuat perut mama kini semakin membesar.

Dan tentunya tanpa sepengetahuan papa bahwa anak yang dikandung mama adalah hasil hubungan gelapku dengan mama, tentu saja aku dan mama sangat menjaga rahasia kami.

Walaupun begitu ada rasa kasihan juga terhadap papa, tapi apa boleh buat. Dari pada harus menyakiti papa, lebih baik kami pendam berdua rahasia ini. Papa juga tidak menaruh kecurigaan sama sekali, karena memang mama dan papa masih saling berhubungan intim. Dan pasti papa mengira bahwa mama hamil karenanya, Itu sepengetahuanku dari cerita-cerita mama setiap setelah berhubungan intim dengan papa.

Aku semakin sayang kepada mama. Apalagi mama sedang hamil tua, perutnya yang besar membuat tubuhnya semakin sexy dan menggairahkan. Kami juga masih rutin berhubungan intim, bahkan diusia kehamilan mama yang sekarang aku perhatikan nafsu seks mama semakin meningkat, bahkan tak jarang mama yang minta jatah duluan daripada aku.

Singkat cerita, hari itu adalah hari ulang tahun mama, aku sudah siap dengan sebuah kotak kado yang berisikan kalung emas hasil dari tabunganku selama ini. Dan entah kebetulan atau memang sudah direncanakan, karena kak Mona dan Papa secara bersamaan ada dirumah ketika aku pulang sekolah. Aku juga tidak mengetahui kapan kak Mona dan Papa sampai rumah, karena biasanya sebelum pulang, baik Papa atau kak mona selalu menhubungi aku atau Mama terlebih dahulu.

Sore itu suasana rumah menjadi agak berbeda, yang biasanya sepi sekarang menjadi ramai karena ada Papa dan kak Mona. Apalagi kak Mona, dia orangnya paling ceria diantara anggota keluarga kami, belum lagi hari itu adalah hari ulang tahun Mama, kulihat kak Mona dan Papa sedang meniup balon warna-warni, seolah sedang berlomba siapa yang bisa meniup balon paling besar.

“Wahhh ada yang ulang tahun nii…?” Tanyaku sambil memasuki ruang keluarga.

“Ehh.. Kok baru pulang Bob?” Kaget kak Mona melihat kedatanganku.

“Iya kak, tadi ada jam tambahan, mau ujian kan. Kakak kapan sampe rumahnya?” Tanyaku balik sambil bergabung bersama kak Mona dan Papa serta bi Yanti diruang keluarga.

“Tadi siang, bareng dijemput sama Papa distasiun, ehh kamu gak lupa kan kalo hari ini Mama ulang tahun Bob?” Tanya kak Mona.

“Yee… inget lah kak, Mama mana pa? Tanyaku ke Papa yang sedang membantu bi Yanti memotongi kertas hias.

“Didapur kayaknya Bob, kamu ganti baju dulu sana, terus bantuin dekor ruangan, abis itu anterin kak Mona ambil kue buat Mama ya.” Pinta Papa.

“Siiapp bos!” Jawabku sambil berjalan kearah dapur.

Kulihat Mama sedang beraktifitas didapur, aku berjalan perlahan menuju kearah Mama dan Mama tidak mengetahui kehadiranku, tak ingin membuatnya kaget, kurangkul tubuh Mama dari belakang, kuelus perutnya besarnya dan kubisikan kata-kata ditelinganya.

“Happy birthday sayang…!” kataku pelan sambil mencium pipinya dari belakang. Mama membalas dengan menempelkan dahinya ke dahiku dan berkata.

“Hemmm udah pulang Bob, makasih ya sayang inget ulang tahun Mama”. Balas Mama sambil mencium bibirku.

“Inget dong Ma, tadinya sih Bob mau kasih surprise, ehh tau taunya dirumah udah pada rame mau dirayain, gak surprise lagi dong namanya hehehe..” Kataku kemama dengan masih memeluk tubuh Mama dari belakang.

“Barusan kamu juga udah kasih surprise kok sayang, Mama seneng banget barusan dapet ucapan ulang tahun dari kamu, entar malem deh biar Mama yang kasih surprise ke kamu.” Balas Mama sambil meraba tanganku yang sedang mengelus elus perutnya.

“Loh kok jadi Bob yang dikasih surprise Ma, kebalik dong, kan Mama yang ulang tahun.” Kataku sambil heran.

“Memang kamu gak mau Mama kasih surprise?” Balas Mama sambil memandangku.

“Mau dong Ma, memang apaan sih Ma surprisenya?.” Tanyaku ke Mama sambil mencium pipi Mama.

“Ya namanya suprise pastinya rahasia dong, tapi kamu pasti bakalan surprise. Hahaha..” Balas mama sambil setengah tertawa.

“Hah! Mama ini ada-ada aja.” Kataku.

“Udah ah bob, kamu ganti baju dulu sana. Ada Papa sama Kakakmu tuh, entar ketahuan lo kamu peluk-peluk Mama!” Ejek Mama.

“Biarin muachh…” Kulepas pelukanku dan kecium pipi Mama kemudian aku pergi utuk mandi dan berganti pakaian dikamarku.

Malam itu sekitar pukul 18:00 WIB. Aku dan kak Mona akan pergi ketoko kue untuk mengambil pesanan kue ulang tahun untuk Mama. Sebelum berangkat kuperhatikan Mama sedang duduk berdua dengan Papa disofa ruang keluarga, nampaknya Mama dan Papa sedang serius, entah apa yang sedang dibicarakan. Aku dan kak Mona kemudian berlalu dari ruang keluarga.

Dijalan aku masih berpikir, apa gerangan yang Mama dan Papa bicarakan diruang tamu tadi. Aku ingin menelepon Mama tadi disampingku ada kak Mona. Kemudian aku urungkan niatku dan mencoba untuk SMS mama.

“Hayo ngelamun..! Perhatiin tu jalan, nabrak orang baru tau rasa lu Bob.” Kata kak Mona mengagetkanku yang sedang menyetir sambil SMS.

“Ehh kak, jangan gitu dong, do’anya jelek banget deh.” Protesku sambil kembali konsentrasi mengemudi melintasi jalanan ramai kota metropolitan.

“Kamu sama Mama kok mesra banget sih bob?.” Tanya kak Mona mengagetkanku lagi. Sontak aku langsung mengrem mobil yang sedang kukendarai mendadak ditengah kemacetan.

“Aduhhh! Pelan-pelan dong Bob ngeremnya, untung kakak pake sabuk pengaman. Hihh…” Protes kak Mona.

Kudengar suara klakson dari belakang mobil kami yang tidak terima karena mobil kami berhenti mendadak, dengan cepat aku jalankan lagi mobil kami dan ambil parkir dipinggir jalanan.

“Kenapa Bob? Kok pucet gitu? Kamu sakit?” Tanya kak Mona sambil memperhatikan wajahku.

“Eh engg… enggak kok kak, Bob gak apa-apa.” Jawabku gugup. Aku sungguh kaget dengan pertanyaan kak Mona tadi. Aku sangat yakin bahwa sore tadi kak Mona melihatku dan Mama didapur bermesraan. Aku benar-benar mati kutu.

“Sorry.. sorry.. Bob, Kakak tau kamu kaget denger pertanyaan Kakak tadi kan, ya gimana ya Bob, kita udah pada dewasa kan, Kakak gak mau nanya kayak tadi pas ada Mama atau Papa, makanya Kakak baru nanya nya sekarang.” Jelas kak Mona. Kak mona orangnya memang tidak pernah bertele tele, dia selalu to the poin.

“Gini kak, tapi sebelumnya apa alasan kak Mona nanya kayak gitu ke Bobby?” Jelasku sambil menatap kakaku.

“Tu kan, masih nanya juga. Jelas-jelas tadi sore kakak lihat kamu sama Mama berpulukan mesra banget didapur, kalian terlihat seperti orang pacaran saja. Gak heran kan kalo kakak nanyain ini sama kamu? Masak kakak harus nanya sama Mama.” Tegas kak Mona.

“Oke oke.. Tapi kakak janji ya, masalah ini jangan sampai Papa tau. Bobby mau jujur sama kakak. Tapi jangan Papa. Kakak ngerti kan maksut Bobby?” Balasku sambil mengiba.

“Ya tergantung, asalkan kamu jujur aja sama kakak.” Pinta kak Mona.

“Oke, Bobby sayang banget sama Mama, sayang banget sama keluarga kita. Entah lah kak sejak kapan, Bob sama Mama memang sudah seperti orang pacaran, bahkan Bob sampai sekarang tidak pernah punya pacar lagi diluar. Maafin Bobby kak, Bobby tau kalau ini salah.” Jelasku sambil menundukan kepala.

“Bob, itu Mama kandung kamu sendiri, masak kamu pacarin. Kakak sungguh gak nyangka, Kakak sangat kaget melihat kemesraan kamu dan Mama tadi sore.” Kata kak Mona.

“Iya Bobby salah kak. Tapi kak, ini semua bukan adanya paksaan, Bob sama Mama memang sama-sama saling sayang. Bobby merasa nyaman jika dekat dengan Mama.” Tegasku sambil menatap kak Mona.

“Iya Bob, tapi gak sedekat itu. Jadi sudah sejauh mana hubungan kamu dengan Mama?” Tanya kak mona.

“Kak? Apa perlu Bobby jawab. Kakak bisa menebak sendiri jawabanya, Kakak juga tau kan kalau Mama lebih sering kesepian dirumah. Kakak juga tau kalau Papa kerja diluar kota sampai-sampai jarang pulang.” Kataku.

“Jadi…! Jangan bilang kamu dan Mama sudah sampai pernah ML!” Tegas kak mona.

Menjawab pertanyaan kak Mona kali ini, aku hanya bisa menganggukan kepala tanpa berani menatap wajahnya.

“Bob kamu benar-benar keterlaluan. Itu mama ya Bob. Mama kandung kita. Kamu tega banget sih Bob!” Tegas kak Mona memarahiku.

“Bob udah minta maaf kan kak. Lagian itu juga atas dasar saling sayang. Bob tidak pernah memaksa mama. Bob bisa pastikan kalau Mama menerima Bob dengan rasa sayang sama halnya dengan rasa sayang Bob ke Mama.” Tegasku.

“Okey.. Huuuftt.. Jalan, jalan bob jalan!” Jawab kaka singkat sambil menghela nafas dalam-dalam.

Jelas kak Mona masih tidak terima akan hubunganku dengan Mama. Kulihat raut wajah kecewa dari kak Mona. Percuma kak Mona juga tidak bisa menerima penjelasanku terhadapnya. Suasana semakin hening. Sampai pada akirnya kami sampai ditoko kue tempat kue ulang tahun Mama dipesan. Kuparkir mobil kami didepan toko.

“Kak udah sampe nih, jadi gak ambil kue nya.” Tanyaku ke kakak, berusaha mencairkan siasana.

“Tau ah, kamu ambil aja sendiri.” Jawab kak Mona jutek.

“Loh kok gitu kak, Bob kan gak bawa uang kak. Ayo dong kak, jangan gitu lah.” Rayuku ke kak Mona.

“Ahhh.. kamu tu Bob ya, bikin BT saja.” Jawab kak Mona sambil membuka pintu mobil. Kuikuti langkah kak Mona. Kulihat wajah murungnya belum juga sirna, aku harus berusaha membuat kak Mona yang biasanya ceria kembali tersenyum.

“Kak, senyum dong. Jangan muram gitu napa? Malu kan dilihat orang.” Candaku.

Tak ada jawaban keluar dari mulut kak Mona. Sampai kami masuk kedalam toko, kak Mona hanya muram saja.

“Kak, senyum dong. Malu tuh diliatin cowok cowok. Dikiranya kita pasangan yang lagi berantem, tu lihat pada ngetawain kita.” Kataku ke kak Mona yang sedang duduk dikursi tunggu disampingku. Memang saat itu ada beberapa cowok seumuranku sedang duduk-duduk diujung dimeja makan.

“Biarin, siapa juga yang mau dibilang pasangan kamu!” Jawab kak mona jutek.

“Idih, Bob mah juga ogah tu dibilang pasangan. Bob ralat tadi kata-kata Bobby.” Balasku.

“Hihhh… Dasar, jangan kurang ajar!” Gemas kak Mona sambil mencubit lenganku kuat-kuat. Sontak membuat aku berteriak kesakitan, membuat semua isi ruangan toko melihat kearah kami.

“Ahkkkkk…! Aduhhh kak, sakit tau.” Protesku sambil berteriak.

“Biarin, itu pelajaran dari kakak buat kamu.” Jawab kaka sambil melotot kearahku.

“Duhh.. Sakit bener kak, sumpah sakit banget.” Kataku sambil mengelus lenganku yang kiri. Sedikit aku naikan lengan kaosku, dan hasilnya lebam bekas cubitan kak Mona membekas berwarna ungu. Kak Mona sendiri sampai kaget, terlihat setengah merasa bersalah sendiri.

“Hahh.. Duh, sorry Bob, kakak kelewatan. Sakit ya.” Kata kak Mona, sambil mengelus lebam dilenganku.

“Aauww.. Sakit kak.” Kataku sambil menjauhkan lenganku dari tangan kak Mona. Kulihat raut wajah kasian kak Mona melihatku yang sedang kesakitan. Tak apalah, dengan begini kak Mona akhirnya bisa kembali terlihat semangatnya.

Setelah beberapa saat penjaga toko keluar dari kasir dan membawakan sekotak kue. Kak Mona membayarnya dan aku membawa kotak itu kedalam mobil, aku berjalan kemobil dibelakang kak Mona sambil masih mengelus lenganku yang lebam. Kak mona sebenernya kasihan, itu terlihat sekali dari wajahnya. Cuma mungkin kak Mona masih jaim, karena waktu itu kak Mona sadang marah kepadaku.

kunyalakan mobil, kemudian kami berjalan pulang. Didalam mobil baik kak Mona maupun aku masih sama-sama terdiam. Sampai akhirnya handphone kak Mona berdering dan entah siapa yang menelepon. Setelah itu kaka Mona mematikan handphonenya.

“Bob didepan belok kiri ya, kakak ada temen. Bentar aja kok.” Kata kak Mona. Kuturuti kak Mona. Sampai disebuah cafe, akhirnya kuparkir mobil kami. Kulihat kak Mona mencari-cari seseorang. Aku sendiri masih belum jelas apakah yang sedang kak Mona lakukan.

Sampai pada akhirnya kak Mona melihat kearah meja dicafe tersebut, dimana ditempat tersebut terdapat sepasang kekasih. Kemudian kak Mona mendatanginya dan apa yang terjadi sungguh aneh. Tiba-tiba saja kak mona menyiramkan air minum dimeja itu kearah sepasang kekasih tadi. Dan usut punya usut ternyata itu adalah cowok kak Mona yang sudah berselingkuh.

Terlihat dari kejauhan kak Mona marah-marah kepada cowok itu, dan akhirnya menangis meninggalkanya. Karena tidak terima aku segera keluar mobil dan menghampiri kak mona yang bejalan kearahku. Sungguh aneh, tiba-tiba saja kak Mona memeluku dan mencium bibirku dengan mesra selayaknya sepasang kekasih.

Aku mengerti dan aku mencoba membalas dengan memeluk tubuh kak Mona dan ciumanya kuimbangi, tak ada keraguan sedikitpun saat itu, kak Mona sudah gelap mata, dia sudah lupa atau sengaja melupakan marahnya karena aku dan Mama, ciumanya sungguh tidak mengada ngada. Hampir 1 menit kami berciuman didepan umum, semua mata dilokasi itu tertuju kepada kami yang sedang berciuman mesra.

Lidah kak Mona juga tidak bisa diam, bahkan lidah kak Mona dimasukan kedalam mulutku semakin dalam. Kurasakan nafasnya memburu. Sampai akhirnya aku menahan pundaknya dan menghentikan perlakuan kak Mona. Aku usap air mata kak Mona, kupeluk tubuhnya dan kubisikan kata-kata ditelinga kak Mona.

“Sudah kak, lupain. Cowok kayak dia gak perlu ditangisi.” Kataku sambil membukakan pintu mobil untuk kakak. Setalah itu sebelum aku masuk kedalam mobil kulihat cowok itu masih berdiri disamping meja sedari tadi dan melihat kearah kami, kuacungkan jari tengah kearahnya dan aku masuk kedalam mobil, kemudian kami pergi dari cafe tersebut.

Dalam perjalanan, kakak hanya diam saja memalingkan wajah dariku menghadap kearah jendela. Sepertinya kakak sanagt bersedih, cowoknya selingkuh, belum lagi mengetahui hubungan gelapku dengan Mama, aku diamkan saja sementara kak Mona, supaya lebih tenang. Sampai beberapa saat kurasa kak Mona sudah tidak menangis lagi.

“Kak?..” Panggilku pelan.

“Emmm..” Jawab kak Mona singkat.

“Udah, jangan dipikirin. Cowok kayak dia memang kurang ajar.” Kataku geram.

“Kamu tu juga kurang ajar!” Balas kak Mona.

“Lah kok Bobby! kan kak Mona sendiri yang minta di…” Belum selesai aku ngomong, tangan kak Mona sudah mendarat dilenganku.

“Pllakkk… Aduhhh.. Sakit kak, aduhh.. Sorry.. Sorry kak..” Rintihku kesakitan, karena lenganku yang lebam kena tampar lagi oleh tangan kakak.

“Uppsss.. Sorry Bob, kakak lupa, masih sakit ya lengan kamu.” Kata kakak dengan menggigit kuku jari-jarinya sambil nyengir.

“Sakitlah kak, udah dicubit, titabok, belum lagi pas kita ciuman kakak remas lengan Bobby juga, tapi gpp kok hehehe..” Candaku.

“Ehh dasar, kamu kok kurang ajar sih Bob, sama kakak sendiri diembat juga, mau ditambahin lagi apa!” Sahut kak Mona.

“Apa? Dicubit? Jangan lah kak, sakit tau. Dicium sih mau. Uppss… Becanda kak becanda…” Godaku sambil tersenyum.

“Kamu tu ya.. Kakak mau kamu berhenti didepan!” Tegas kak Mona.

“Aduh, apalagi sih kak Bobby cuma becanda kak. Maaf kak maaf.” Balasku.

“Berhenti gak!” Tegas kak Mona.

“Oke.. Oke.. Kak..” Kataku sambil memarkir mobil untuk kesekian kalinya dipinggir jalanan. Kali ini entah apalagi, kak Mona sungguh sensitif, padahal aku hanya becandain dia, bukan salahku, adegan ciuman mesra tadi juga kak Mona sendiri yang memintanya.

Setelah mobil berhenti. Kutarik handrem, kemudian kak Mona beringsut dari duduknya berkata.

“Kamu diam disitu!” Perintah kak Mona.

Alangkah kagetnya aku, kak Mona beringsut dari duduknya dan melangkahkan kakinya kearah duduku. Diturunkanya jok tempat duduku sedikit kebelakang dan sekarang kak Mona duduk mengangkangiku, aku hanya diam tidak bergerak. Karena duduk kak Mona dipangkuan pahaku, posisi kepala kak Mona lebih tinggi dari kepalaku.

Kedua tangan kak Mona kini memegang pipi kanan dan kiriku. Aku sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan benar, bibirku langsung dilumat habis olehnya, ciuman kak Mona kali ini lebih bernafsu daripada yang tadi. Lidah kak Mona dimasukan kedalam mulutku, kubalas perlakuan kak Mona itu, kumainkan lidahnya dengan lidahku, sesekali aku hisap supaya masuk lebih dalam kedalam mulutku.

Beberapa menit kami saling berpangutan, kak Mona semakin merapatkan posisi duduknya diatasku, kakinya masih mengangkangi pahaku dangan lutut yang tadinya bertumpu pada jok yang aku duduki sekarang sudah tidak lagi, terasa pantat kak Mona sudah menduduki gundukan kontolku, terasa hangat memek kak Mona dari luar rok nya yang tipis.

Akhirnya, karena semakin bernafsu, kedua tanganku tidak diam saja. Aku ambil inisiatif untuk memegang kedua bokong kak mona. Tapi ternyata tindakanku membuat kak Mona menghentikan ciumanya dan melotot kearah mataku.

“Bisa diem gak Bob!” Perintah kak Mona. Aku hanya bisa menganggukan kepala saja. Ternyata kak Mona melanjutkan ciumanya, aku imbangi ciuman kak Mona yang penuh nafsu itu. Ludah kami saling bercampur. Harum tubuh kak Mona membuatku sangat nyaman. Meskipun sedikit membuatku kecewa karena aku tidak dijinkan menjamah tubuhnya.

Tubuhku kali ini benar-benar dibawah kendali kak Mona. Dia sedang mencumbuku, aku hanya pasrah dan menikmati perlakuan kaka Mona. Kemudian setelah beberapa saat, kaka Mona memegang kedua tanganku dan mengarahkanya dipermukaan bokongnya. Mulut kami masih perpangutan. Akhirnya rasa frustasiku sedikit terobati dengan dijinkanya aku memegang bokong kakaku.

Kuelus, kerumas kedua belah pantat kak Mona. Kurasakan dari balik rok tipisnya, bahwa ternyata kak Mona menggunakan celana dalam G-String saja. Kurasakan hanya sebuat tali membentuk huruf Y. Pastinya ini adalah G-String. Kuturunkan tanganku dan sedikit aku naikan rok kak Mona. Belum sampai naik, kedua telapak tangan kak Mona menghentikan pergerakan telapak tanganku itu.

“Muaachh.. Udah ah Bob, keenakan kamunya, udah dapat Mama masak kakak mau kamu nikmatin juga. Dasar ihhh…” Kata kakak menghentikan ciumanya dan mencubit hidungku.

“Tapi kak!” Balasku.

“Eiitt.. Gak ada tapi-tapian. Mau kakak laporin sama Papa?” Ancam kak Mona, sambil mengangkat kedua pahanya dari atas pahaku, kemudian merapikan kembali rambutnya yang acak-acakan dan kembali kejok sebelah kiri tempat dia duduk sebenarnya.

“Yahh, kakak gitu amat.” Protesku.

“Jalan Bob, udah terlalu lama kita, Papa sama Mama nungguin.” Balas kak Mona.

“Iya.. Iya.. Iya..” Jawabku jutek.

Kini kak Mona sudah tidak muram lagi. Wajahnya sudah terlihat normal, kuperhatikan kakaku yang cantik sedang berdandan dalam perjalanan pulang, mulai menyisir rambut, memakai bedak, lipstick dan lainya. Cantik bukan main.

“Apa Bob? Perhatiin tu jalan.” Kata kak Mona.

“Iya iya, kalo gak nanti nabrak orang kan? Udah tau Bobby.” Ejeku sambil konsentrasi kearah depan.

“Hahaha.. Dasar, konsen aja Bob nyetirnya. Kapan-kapan juga dapat lagi kok dari kakak, kakak orangnya gak pelit kok.” Goda kak Mona.

“Hehe.. Makasih kak.” Balasku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu