31 Oktober 2020
Penulis — jefry_1987
Kisah Jefri dan Ibunya chapter 3
“Mak”.
Jefri berbicara perlahan, hampir berbisik ke ibunya.
“Hmmmm …”
Halimaton tersadar dari lamunannya. Pokok kelapa sawit di tepi jalan yang dilalui oleh bus ekspres itu lesu pada awal pagi itu.
“Kapan kita akan ke pulau Pinang lagi?”
“Eh, sudah seminggu kita ke Penang lagi tidak puas.?
seronok ya kamu.”
Jefri hanya tersenyum. Melihat ibunya yang masih bersandar hampir ke jendela bus.
“Sangat menyenangkan berada di Penang, segala macam ada!”
Jefri mencoba bercanda. Halimaton tertawa. Jari-jarinya yang kasar karena mereka melakukan tugas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan membuka warung di pagi hari di desa mereka dengan segera mencubit paha anak nya itu. Dia tidak tahu mengapa dia begitu mesra, mungkin reaksi spontan sebagai seorang wanita.
“jefry ingat nanti mau ke pulau pinang juga lah mak, mau cari kerja di sana”.”
serius lo?
“Jefri menganggukkan kepalanya sambil tersenyum memandang wajah ibu nya..
“jadi bagaimana dengan ibu mu? mau ditinggal di desa saja?”
Halimaton sepertinya merajuk. Jefri tidak bisa menjawab. Dia kesal dengan topik mengobrol dan mungkin membuat ibunya sedih. dia tarik Tangan ibunya. Tubuh Halimaton kembali bersandar ke Jefri. Kepala Halimaton bersandar ke pundak Jefri. deruan bus jelas terdengar di pagi yang tenang. Jefri memeriksa penumpang lain di dalam bus.
Jelas baginya hampir semua dari mereka tertidur pulas karena perjalanan jauh dan kedinginan. Mereka tampaknya dibuai mimpi di kursi mereka. Jefri memperhatikan ibunya. Wanita setengah baya itu masih membungkuk dekat dengannya. Dia menyaksikan dengan gairah buah dada ibunya yang bergerak mengikut dengan dorongan dari gerakan bus ekspres yang mereka ikut.
“Mak”.
“Mmmmm …”.
“Jeff sayang mak”.
Jeff membungkuk untuk mencium dahi ibunya yang tercinta ibu. Gelora nafsu mulai menjalar di tubuh Halimaton. Dia meremas perlahan-lahan tangan Jefri, anak bungsu tercintanya. Teman yang setia yang selalu ade bersama sejak kematian Azhar, suami tercintanya dan menemaninya di desa ketika anak-anak lain pergi bekerja dan belajar.
buah dada Halimaton yang telah diterokai oleh putranya telah mengeras kembali. buah dada yang belum disentuh oleh tangan pria lain setelah kematian Azhar, suaminya dan ayah Jefri. Selangkangannya mulai basah karena gatal dan lembab. Meskipun usianya 45 tahun, keinginan dan nafsunya tetap normal sebagai seorang wanita, lebih dari tiga tahun dia kesunyian…
Jefri merapat kan kepalanya ke kepala ibunya yang terbaring di pundaknya. Kepala mereka bergeser satu sama lain. Bau parfum yang digunakan oleh ibunya kembali meransang ghairah Jefri. Wajah Jefri begitu dekat dengan ibunya. Di malam yang suram di dalam bus ekspres yang gelap kerana lampu di ruang penumpang telah dimatikan, Jefri melirik ke wajah ibunya.
di perhati kan wajah ibunya yang sangat cantik, kulit hitam manis, berwajah bujur sirih dengan dihiasi tahi lalat di antara kening dan telinga kiri. Bibir ibunya kelihatan lembab, dia melihat lidah ibunya menjilat bibirnya dan bibirnya mulai basah, mungkin ibunya ingin membasahi bibirnya yang kering.
Dari sudut pandang Jefri, ibunya tidak terlihat seperti ibu di usia 40-an. Selain tubuh sederhana dari tubuh ibunya, mungkin orang akan berpikir bahwa usia ibunya hanya di awal 30-an. Memang, keluarga di sebelah ibunya tidak setua kakek-neneknya dan saudara mereka yang lain tampaknya lebih muda dari usia mereka yang sebenarnya.
“sayang ibuu,”
Jefri mencium pipi ibunya.
“Hmmmmmmm… ’
Halimaton tersenyum ketika dia merasakan bibir hangat Jefri mencium pipinya. Matanya tertutup. Meskipun itu hanya ciuman seorang anak kepada ibunya, hati Halimaton masih berdebar-debar. Dia mula merapat kan kedua peha nya. Kelembaban di celah selangkangannya membuatnya kurang nyaman.
“jefryy sayangg bangett dekat makkk”.
Sekali lagi Jefri mencium pipi ibunya. Ciuman itu begitu dekat dengan bibir Halimaton. Jefri memperhatikan bibir ibunya. lembab dan basah. terdetik di hatinya untuk menikmati bibir ibu nya. nafas ibu nya yang panas begitu dekat dengan wajahnya membuatnya benar-benar terangsang…
teringat teman-temannya berbicara, terutama Badrul dan Ikhwan, Jefri selalu mendengar mereka bercerita tentang keenankan mencium bibir pacar mereka. Mereka dengan bangga mengatakan selangkah demi selangkah sehingga mereka dapat berkulum lidah dengan pacar mereka. Jefri hanya tersenyum mendengarnya karena dia tidak pernah mencoba.
Ya! Dia akan mencium bibir ibunya. Tiba-tiba, ketakutannya berubah. Bagaimana jika ibunya menamparnya karena kurang ajar? Tapi sejak kecil ibunya tidak pernah menamparnya. lagipun… hati Jefri terus terpikir saat ia menggenggam buah dada ibunya di bioskop, ibunya tidak marah. ibunya Hanya memegang tangan nya dengan kuat sahaja.
Setelah kejadian itu dia tidak pernah bicara tentang hal itu. Jefri mendadak nekad, nafsu dan keinginannya juga tidak bisa ia kawal.. usia remajanya dan dalam keadaan memeluk dengan seorang wanita dengan tubuh yang lebih kecil membuatnya terangsang. Meskipun wanita itu adalah ibunya sendiri. satu Ciuman lain diberikan oleh Jefri kepada ibunya, kali ini hampir menyentuh bibir Halimaton.
“Uhhhhhhhh …”.
Perlahan Halimaton menghela napas ketika dia merasakan bibir hangat Jefri menekan bibir lembut nya. Dia memegang kuat tangan Jefri karena ia mula terangsang. Dia merasakan berada di dunia yang hayal tetapi nyata. Matanya tertutup. Jefri sedikit memaksa kerana khawatir ibu nya akan memberontak dan menolak ciuman nya itu, tetapi ibunya merelakan nya.
Kemudian dia menyadari bahwa tangannya yang dipegang kuat oleh ibunya sepertinya ditekan ke paha ibunya. Keadaan tubuh ibunya yang miring ke arahnya juga membuat sikunya menggeser buah dada ibunya. Wajah lembut ibunya, bibir ibunya yang basah, aroma yang ia kenakan ibunya membuat Jefri tenggelam dalam kenikmatan.
terasa batangnya mula mengerasss di dalam seluar nya.. menyebabkannya jefry tidak nyaman di kursinya. Halimaton mengeluhh lemah ketika bibir basahnya dikulum lembut putranya. kehangatan yang membara mulai merebak di tubuhnya ketika dia merasakan lidah anak nya itu mulai mencari ruang untuk masuk ke dalam mulutnya.
terasa lidah putra nya mulai masuk kedalam mulut nya.. Akhirnya, Halimaton menyerah, dia membuka sedikit celah bibirnya dan lidah putranya itu masuk ke mulutnya. Mata Halimaton tertutup rapat. Bahkan, dia mula terangsang.. sudah lama ia dambakan kehangatan itu., begitu lama dia tidak merasakannya dari seorang pria.
Keluhan dan nafas Halimaton terdengar perlahan ketika lidah anaknya memaksa kasar, lidahnya masih kaku. Dari ciuman itu, Halimaton sedar bahwa Jefri bukanlah pria yang berpengalaman namun cukup untuk membuat ia rasa gairah di dalam dirinya yang telah lama kehausan dan gersang.., Halimaton hilang kawalan diri apabila air liurnya dan air liur putranya yang kelemak-lemakkan itu bercampur menjadi satu.
“Mak”.
Jefri memanggil Halimaton, setengah berbisik. Bibirnya masih merasakan kepanasan dan kehangatan ciuman pertama dari ibu nya walaupun cuma seketika. Halimaton tidak menjawab panggilan Jefri. Rasa malu, kesal dan nikmat sangat pusing di jiwanya. Tangan putranya masih di genggam erat di peha nya. Bus ekpres terus menjelajah laju di jalan raya…
bersambung…