31 Oktober 2020
Penulis — jefry_1987
punggung ibunya yg membulat dalam kain batik selalu melirik matanya. Payudara ibunya terlihat jelas dengan bra hitam di balik kaos putih yang dikenakan ibunya. Halimaton juga merasa canggung di rumah Zahir malam itu, setiap gerakannya pasti sentiasa diperhatikan oleh putra bungsunya itu, Jefri. Entah mengapa hatinya selalu berdebar berhadapan atau menyeberang di depan Jefri yang jelas kurang ceria dan kurang berbicara tentang malam itu.
Selama makan malam yang cukup istimewa di mana Zahir membeli udang besar dan istrinya Salwa memasak makanan yg sungguh enak, Jefri hanya makan sedikit. Dia melihat lebih banyak ke meja atau melihat ke arah yang lain untuk menghindari dari berpandangan dengan Halimaton. malam nya Jefri tidak bisa tidur, Dia tidur di kamar bersama Zahir sementara ibunya tidur di kamar lain bersama Salwa dengan anak-anaknya, jefry melihat Zahir, saudara lelakinya yang tidur mendengkur karena kelelahan, Jefri menggosok batang kerasnya sendiri di kain yang dia kenakan.
Selama ini dia selalu berfantasi tentang teman-teman sekolahnya, Norbainun, Siti Amira, Hidayah dan lainnya. Dia juga selalu membayangkan guru nya Nona Cheah, yg kulit nya putih mulus dan memiliki penampilan dan tubuh seperti ratu yang cantik. tapi Sekarang ibunya yg selalu bermain-main dalam fantasinya.
Dia masih merasakan betapa hangatnya payudara ibunya. Hal ini membuatnya jefry tidak dapat menahan diri dan terus menggoncang kan batangnya sendiri sampai ia terpancut lebih dari yang biasa di atas perutnya. Malam itu dia melakukan masturbasi tiga kali sampai akhirnya dia tertidur pulas. Pada malam yang sama, Halimaton berkedip kedip di kamar dengan Salwa dan cucunya Hanim dan Muaz.
Jelas dengkuran halus Salwa menunjukkan menantunya telah lama dibawa mimpi. cucunya juga sudah lama tertidur. Halimaton meremas payudaranya sendiri perlahan, payudara yang sama dibelai oleh Jefri di bioskop yg lalu. Akhirnya kegatalan pada celah kangkang nya tidak bisa dikendalikan oleh Halimaton, dengan satu tangan meremas payudaranya sendiri, satu tangan lagi ke celana dalamnya.
Dia menggosok-gosokkan jarinya di celah kangkangnya dan memasukkan dua jarinya ke dalam lubang memeknya yang akhirnya berakhir dengan napas yang tak tertahan, Halimaton mencapai puncak nafsu. Apa yang sudah aku lakukan? hanya sesalan yang menjelma dalam pikiran Halimaton. Sepanjang malam, Halimaton menangis sendirian.
Pendingin yang terpasang di dalam bus membuat kan halimaton kedinginan. Halimaton berusaha menyandarkan tubuhnya ke jendela, tetapi disebabkan hentakan tingkap akibat perjalanan itu menyebabkannya ia nya tidak nyaman. Kepalanya juga sedikit pusing di jalan dan dia sangat mengantuk karena kemarin dia tidak cukup tidur.
melentukkan tubuhnya menghimpit tubuh Jefri, anaknya.”dingin ke mak”, Jefri berbisik perlahan. “Dingin, aku tidak enak badan,” jawab Halimaton dengan lemah, menatap ke arah Jefri. Jefri dapat melihat mata ibunya yang seolah-olah bergenang dengan air mata “Kamu demam,?” Jefri memegang dahi Halimaton. Dahinya panas. “Tidak sangat, mungkin air cond nya teralu dingin”. Jawab Halimaton sambil menurunkan tubuhnya ke tubuh Jefri. “Jika dingin, ayo jefry peluk biar kurang dingin nya”
Halimaton tersenyum dan merapatkan tubuhnya dekat putranya, Jefri. Tangan Jeffry menarik tubuh Halimaton dan memeluknya erat, sekarang dia merasakan tangannya menyentuh sisi-sisi payudaranya. Batang nya mulai kebas dan mengeras di dalam seluar yang dia pakai. Meskipun Jefri tadi sangat dingin tetapi kini tubuhnya panas dan hangat.
Dia membungkuk untuk memperhatikan ibunya, Halimaton dalam kesedihan malam tampak tertidur di pelukannya. Mata Jefri juga mengamati dan memantau penumpang yang berada di samping tempat duduk yang mereka tempati. Tentunya kedua gadis cina di kursi sebelah sudah lama tertidur. Jefri melihat jam tangannya, sudah lebih dari jam 1 pagi.
Sekitar dua jam mereka berada di atas jalan. Jefri perlahan-lahan meletakkan tangannya di bawah tangan ibunya dan dengan santai membiarkan tangannya di bawah buah dada Halimaton. Dia menunggu reaksi ibunya tetapi ibunya jelas masih terlena dalam pelukannya. Jefri tidak dapat menahan perasaan ketika dia melihat tali bra berwarna putih dari bahu ibunya di bawah blaus oranye pucat yang dikenakannya.
Dengan hati-hati Jefri membuka telapak tangannya dan memegang buahdada Halimaton. Perlakuan Jefri itu dapat dirasakan oleh Halimaton, dia merasakan tangannya menyentuh payudaranya dan kemudian dengan lembut mengelus payudaranya. Perasaan bergolak di dalam hatinya muncul kembali. rasa kegatalan yang tidak nyaman mulai muncul di celah kangkang nya.
Tangan Jefri juga terlindung di bawah jilbab ibunya yg berwarna putih. Sambil mengawasi penumpang lain di bus, Jefri terus meremas payudara ibunya perlahan-lahan sambil menunggu reaksi ibunya memegang tangannya seperti yang dia lakukan di bioskop. Mengharapkan ibunya tertidur dan tidak menyadari kelakuan nya, Jefri memasukkan tangannya di bawah baju ibunya.
Baju blause yang longgar itu membuat tangan Jefri masuk dengan sungguh mudah, jantung Jefri bergetak laju ketika tangannya memegang sepotong daging padat yang masih terbungkus didalam bra ibunya. Batangnya terasa sangat keras seperti besi sampai terasa sakit didalam seluar jean yang dia pakai. Dia terus meremas lembut payudara ibunya.
hati Halimaton mulai rasa ingin memprotes untuk menghentikan tindakan anaknya. Tetapi, rasa nikmat yang telah meresap ke seluruh tubuhnya terutama perubahan rasa di celah kedua-dua kangkang nya membuatkan dia terus mendiamkan diri. Jefri sedang mendengarkan keluhan ibu nya. Ah tidak, ibunya hanya bersin dengan lancar dan normal.
Dia melihat wajah ibunya dan dengan jelas melihat mata ibunya tertutup rapat, masih tidur dan tidak sadarkan diri karena sudah larut di pagi hari. Tidak puas, Jefri dengan sedikit keberanian perlahan membungkus tangannya di bawah bra ibunya. Tubuh Jefri bergetar ketika tangannya sekarang menyentuh payudara ibunya tanpa halangan.
Batangnya menjadi terlalu keras sampai dia merasa ingin terpancut dalam celana. Dahi Jefri terasa dingin berkeringat. Tangannya juga merasa berkeringat perlahan menempel ke buah dada yg mulus di bawah bra ibunya sendiri. puting ibunya terasa keras menyentuh telapak tangannya. Jefri menahan nafas menanti reaksi ibunya.
Setelah menunggu beberapa saat dan ibunya terus menumpuk, Jefri mulai meremas payudara ibunya. sambil merasakan kenikmatan meramas buah dada ibunya yg tidak begitu besar, Jefri khawatir ibunya akan bangun dari tidurnya. Perasaan Halimaton tidak pasti. Darah telah naik ke kepalanya. Dia belum bisa berpikir lebih baik.
Dia mengusap dan meremas di samping payudara ibunya yang besar sebelum tangannya bergeser ke sisi lain payudara. Dia memperhatikan wajah ibunya, mata ibunya masih terpejam, tidur. Jefri merasa lega, dia sekarang mengawasi gerakan tangannya meremas payudara ibunya di bawah blus oranye pucat. Halimaton tetap diam, membiarkan putranya Jefri meneroka payudaranya.
tangan nya yang agak menekan paha Jefri bisa merasakan kekerasan batang jefry. Halimaton ingin mengeluh, mengerang, merengek kenikmatan tetapi dia mencoba mengendalikan dirinya dan menahan nafasnya. Jefri terus menekan dan meramas dua buah dada ibunya. Kemudian dia mengentel gentel puting ibu nya yang kecil tetapi mengeras ketika digentel.
Dia terbayang puting itulah yg dia hisap sewaktu bayi dulu. Akhirnya, Halimaton merasa dia harus menghentikan tindakan Jefri. Dia menggerakkan tubuhnya saat dia mengeluh. Jefri terkejut dan dengan cepat menarik tangannya di bawah bra ibunya dan menarik keluar dari bawah blus yang dikenakan Halimaton.
Halimaton bersandar sambil menggaru kedua matanya. “Uuuhhhhh ngantuk, tertidur mak… jam berapa sekarang?” “Aaa… errr… ini hampir jam tiga mak ‘’. Halimaton bersandar ke tepi jendela bus sambil mengamati suasana murung di pagi hari di luar sana. Jefri bersandar di kursi bus dan memejamkan mata dan meletakkan tangannya di dahi.
bersambung…