2 November 2020
Penulis —  SeolHyun

Family is Family

Sudah tujuh tahun Ayah pergi meninggalkan kami. Kecelakaan motor itu membuat keluarga kami kehilangan pemimpin keluarga yg kami cintai. Aku baru memasuki semester dua masa kuliahku, saat itu aku ingat sedang sibuk mengurus kartu rencana study ku untuk semester tersebut ketika handphone ku berbunyi, ibuku mengabarkan berita duka tersebut sambil menangis sesenggukan.

Semenjak ayah pergi ibu dengan pahit berkata bahwa uang pensiunan ayah tidak seberapa, dan beliau berkata jujur bahwa sangat sulit untuk membiayai kuliah dan makan kami berdua diperantauan. Kami memang bukan keluarga berada karena ayah hanya buruh pabrik biasa. Parahnya lagi, saat ayah meninggal, ibu baru dia minggu menjelani opname karena thypus yg dideritanya.

Tubuh ibu memang lemah dan mudah sakit, jadi seringkali butuh biaya pengobatan. Untunglah ajaran ayah masih terpatri dalam diri kami, tak patah arang, aku dan Yani bekerja sambil kuliah, didorong keinginan survive dan semangat pantang menyerah, kami kami tetap melanjutkan kuliah tanpa sepeserpun biaya dari pensiunan mendiang ayah.

Sudah tujuh tahun semenjak ayah pergi meninggalkan kami. Kondisi ibu semakin jauh menurun dan sering sakit, membuatku terpaksa pulang meninggalkan pekerjaanku yang terhitung cukup bonafit di ibukota, sudah enam bulan yg lalu aku resign, ibuku yg memintaku pulang karena Yani sering keteteran. Semenjak lulus kuliah adikku memilih membuka bisnis online aksesoris wanita dan bisnis kosmetik, dia ingin banyak dirumah menjaga ibu.

Siang itu aku sedang sibuk merawat tanaman warisan mendiang ayah diteras rumah.

“Irwan.. Uhuk.. uhuk..!!”

“Iya bu..”

“Ambilin ibu obat sama air anget nak..”

Kata ibu setelah selesai makan.

“Iya”

Aku lalu mencari obat dikamar ibuku, lalu mengambil segelas air hangat dari termos, lalu kuberikan pada ibuku dimeja makan.

“Gluk.. gluk..” ibuku meminum dua kapsul obatnya. Aku bergegas mendekati ibu, dan memapahnya kembali ke kamar.

“Ibu, mau Yani bikinin wedang jahe anget gak biar seger?”

“Boleh nak..”

Yani pun dengan gesit menyiapkan minuman untuk ibu.

Saat kutinggalkan ibu diranjang sekilas kulihat ibu tersenyum kecil sambil bergumam lirih “anak kita berbakti dua-duanya yah.. Kamu pasti bangga sama mereka..”

Tak terasa air mataku berkaca-kaca, buru-buru kututup pintu kamar ibuku dan kembali ke bonsai-bonsai diteras rumahku.

*

Aku Irwan, saat ini usiaku 27 tahun. Sudah cukup matang untuk seorang pria. Sedangkan adikku Yani hanya berbeda setahun denganku, saat ini usianya 26 tahun.

Seperti yang kuceritakan diatas, sejak ayahku meninggal aku fokus menata hidupku. Saat kuliah waktuku tersita untuk tugas dan kerja sambilan, siang malam penuh kerja keras. Sebagai mahasiswa teknik mesin tentu laporan dan tugas tak boleh telat, belum lagi kuis dll. Pun dengan adikku Yani, dia juga anak teknik industri, namun kami beda kampus.

Sempat tiga tahun bekerja di perusahaan advertising di Jakarta aku resign karena ibu ingin dekat denganku, walau berat karena aku cukup betah bekerja disini, namun aku tak mau mengecewakan orangtuaku yang tersisa satu-satunya karena akupun bekera keras untuk beliau juga.

Sudah beberapa waktu ini aku sering mimpi basah, libidoku seolah meninggi, setiap malam sebelum tidur, pikiranku melayang ke fantasi-fantasi jorok yang membuat batang penisku berdiri malam dan pagi. Dulu tak setiap malam, karena kesibukanku di kantor, namun belakangan semakin parah setelah aku resign.

Mungkin faktor kurangnya kegiatan bisa jadi pemicunya. Awalnya aku mencoba menyalurkannya ke kegiatan lain seperti jogging, mengotak atik motor honda supra fit Z milik almarhum ayah, sampai ikut gymn dan futsal, awalnya berhasil mengurangi libido ini, namun setelahnya mimpi-mimpi basah ini kembali lagi.

Aku pikir ini karena faktor tubuhku yg sedang mencapai stamina puncak, harusnya aku segera menikah diusia segini seperti kawan-kawanku yang lain. Namun sepertinya sulit, ibuku tidak bisa kutinggalkan, belum lagi statusku sebagai pengangguran, mana ada wanita yang mau. Kondisi diperparah bahwa aku tak pernah memiliki pacar sejak ayah meninggal sampai saat ini, seperti yg kuceritakan diatas, aku sibuk mencari rejeki untuk ibu dan adikku.

Pagi ini aku bersiap berangkat, kemeja putih rapi karena sudah kulicin setelah shubuh tadi, lengkap dengan sepatu pantofel dan celana bahan hitam.

“Bu, aku berangkat dulu ya”

“Iya nak, hati-hati ya”

“Dek, kakak berangkat yak”

“Iya kak, jangan lupa pesenan adek ya”

“Cuma nugget sama kornet aja kan?”

“Iya”

“Btw kamu kok rapih amat, mau kemana?”

Pagi itu kulihat Yani dengan kerudung modis ala-ala hijaber dengan bunga disekujur lehernya dan bergamis oranye cerah. Wajahnya full make up.

“Aku mau ke lamarannya si Resti kak”

“Ooh, mau bareng ke depan?”

“Ga usah aku nanti dijemput Adit”

“Kamu pacaran sama si adit?” Tanyaku menyelidik.

“Enggak ih, adit juga jemput sofi sama wulan kok.. Apaan sih kak Irwan nanya kaya gituan ish”

Sengit Yani mendelik sebel. Aku hanya cengengesan..

“Hehehe.. Yaudah maaf.. Yaudah aku berangkat ya, bu, dek”

Ku ambil jaket kulitku, kugeber honda beatku dan aku meluncur ke kota, hari ini aku dapat panggilan kerja, akhirnya setelah penantian panjang ini aku dapat panggilan lagi. Semoga ini jadi akhir hari-hari pengangguranku, sudah bosan aku bangun pagi lalu ngelamun. Awalnya memang mengasyikan, bangun tidur, buka laptop, main Dota2 atau Pubg, tapi lama kelamaan suntuk juga, malu umur udah segini tapi paginya ngerem dirumah.

Sepanjang jalan aku mencoba rileks dan fokus agar bisa berhasil di test masuk ini. Namun tiba-tiba aku memikirkan Yani adikku, saat dia menyebut akan dijemput adit teman SMP nya, hatiku agak tidak suka, kenapa ya?

Yap, sejujurnya belakangan ini aku sering memperhatikan adikku, terutama setelah resign. Aku lihat tubuh adikku semakin sintal dan padat berisi, sejujurnya sebagai pria menurutku tubuh Yani adalah tubuh idaman para laki-laki. Kalau saja mereka melihat bagaimana Yani dirumah, sudah pasti mata mereka akan melotot karena tubuhnya, padahal wajahnya ya biasa saja, tidak cantik, walau tidak bisa dibilang jelek juga sih.

Untungnya adikku sering pakai gamis bila berpergian sehingga kemolekan tubuhnya bisa tersembunyi. Sedikit cerita saja, sekitar dua minggu yang lalu aku kembali bermimpi basah, dan dalam mimpi tersebut aku bersenggama dengan Yani, adikku sendiri. Saat bangun aku kaget sendiri, apa aku sudah gila?! Pikirku waktu itu.

Mimpi basah dengan adikku itu membuatku pusing, aneh kalau harus memandang adik sendiri dengan nafsu. Tapi itulah yg kurasakan sekarang, tidak normal? Jelas. Asusila? Ya tentu. Tapi itulah yg terjadi padaku sekarang. Inilah buruknya belum menikah di usia segini pikirku, libido sudah butuh penyaluran tapi tidak ada, bahayanya wanita terdekatku yang memiliki body aduhai justru adik sendiri, gila memang.

“Cantik juga Yani ini” sering pikiranku berkata seperti ini. Malah belakangan aku mulai berani membayangkan mencium bibirnya, menggerayangi payudara serta vaginanya, bahkan menggumuli tubuhnya. Bayangan-bayangan kotor itu datang silih berganti merasuki kepalaku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu