2 November 2020
Penulis —  Mr_Boy

Dirumah Bambu Bercinta dengan Ibu

“Marni senang sekali kakak mengatakannya, akhirnya yang Marni rasakan selama ini mendapatkan jawabannya. Iya kak, Marni mau kok jadi pacar kakak. Karena dari kecil sampai sekarang kakak memang sudah menjadi lelaki yang masuk kriteria suami Marni…”

Ucap Marni dengan wajah yang berseri-seri, ku lihat Marni menjilati bibirnya sampai terlihat basah, bahkan menggigit bibir bawahnya sehingga terlihat menggoda.

Tangan Marni yang aku genggam terasa basah oleh keringat yang keluar dari pori-pori kulitnya, aku beranikan diri untuk mencium dalam-dalam aroma kulitnya dengan penuh rasa sayang.

“Dek, makasih yaa…? Kak Ucup senang kamu mau jadi pacarnya kakak. Sekali lagi kakak minta maaf.. karena dari dulu sampai sekarang kakak suka gesek-gesek penis kakak dipantat kamu disaat tidur…”

“Hmmm… Kak, kakak mau lagi…?”

“Mau apa dek…”

Kataku pura-pura tidak tahu.

“Meluk Marni sambil menggesek-gesek penis kakak dipantat Marni…?”

“Emang boleh dek…?”

“Boleh dong kak… Marni mau kok… Terserah kakak maunya gimana… Marni percaya kok sama kakak… Karena aku yakin kakak gak mungkin menyakiti Marni…”

Ucapnya sambil tersenyum.

Betapa bahagianya hatiku mendengar secara langsung adikku mau mengulangi masa-masa itu, masa disaat kami tak tahu nikmatnya berhubungan kelamin.

Karena mendapat lampu hijau, aku yang tadinya mau tiduran dilahunannya mengajak Marni kekamarnya.

“Kita ke kamar yuk…?”

“Iyaa kak..”

Aku tuntun tangannya menuju ke kamar, kebetulan sekali bi Sarah sedang didapur dan mang amar sedang dihutan. Walaupun kami berdua dikamar, baik bibiku atau mang amar takkan menaruh curiga atau marah, karena memang sudah biasa sejak dulu aku dan Marni sering tidur bersama.

Setelah kami berdua dikamar, aku kunci pintu papan kayu lalu ku tutup jendela rapat-rapat. Banyak niatku yang awalnya ingin bermain dan nonton tv, jadi berubah 180⁰ ingin berbuat mesum dengan adikku.

Ketika aku membalikkan badan setelah menutup jendela, Marni sudah naik keatas kasur, kulihat dia tidur miring melihat kearah ku dengan memakai kaos dan rok panjangnya.

Lalu aku pun naik ke atas kasur dan memeluk tubuh Marni dari belakang, sambil ku rapatkan tubuhku dengannya aku berkata,

“Dek, kalau yang kakak lakukan ini membuatmu tidak nyaman bilang yaa? Biar kakak sudahi dan tidak melanjutkannya..”

“Iyaa kakak sayang… Aku jadi ingat dulu lho kak… Waktu pertama kali aku sadar ada sesuatu benda tumpul menyodok-nyodok pantat aku… Tadinya aku mau marah karena ada orang yang mau berbuat tak senonoh denganku… Lalu aku tahu kalau itu adalah kakak… Waktu itu aku hanya mendengar nafas kakak berat sekali lalu melenguh… Marni diam saja karena Marni sangat menyayangi kakak… Sampai paginya ketika aku bangun tidur dikain rokku ada lendir yang menempel, setiap paginya aku membersihkannya agar ayah ibu Marni tidak tahu…”

Ucap Marni bercerita dimasa lalunya panjang lebar.

“Makasih ya dek, kamu memang adik kakak yang baik. Kalau kamu mau bisa saja kamu lapor ibumu bahwa kakak nakal kalau lagi tidur bareng..” kataku sambil menekan penisku dibelahan pantatnya.

Padahal aku dan Marni sama-sama memakai celana, tapi rasanya begitu nikmat, sampai hawa hangat dari tubuhnya seakan berhembus menghangatkan tubuhku. Secara reflek tanganku meraba-raba perutnya, lalu semakin naik keatas menyentuh payudaranya yang mengkal.

“Gpp dek payudaranya kakak pegang..?” Bisikku dibelakang telinganya sehingga membuatnya bergidik geli.

“Pegang aja kak, terserah kakak… Nanti kalau menurut Marni itu gak boleh.. pasti Marni ngomong kok..” ucapnya dengan nafas yang tertahan.

“Kamu baik banget dek sama kakak, kakak doakan kamu selalu bahagia ya sayang…?” Sambil aku remas payudaranya, pantatnya pun aku gesek-gesek dengan penisku yang sudah mengeras menusuk pantatnya.

Leher belakannya pun tak luput aku ciumi, sehingga semakin membuat Marni menggelinjang kegelian, dengan diiringi desahan nafas yang terasa nikmat aku dengar erangannya

Ahh~ Ahh~!

Otak mesumku semakin menjadi-jadi, tanganku mulai meraba pinggulnya, lalu dengan perlahan mengangkat rok panjangnya sampai tersingkap hingga pinggangnya.

Tentunya telapak tanganku dengan leluasa mengusap, menekan dan memijiti pangkal pahanya yang mulus.

Adikku tetap dengan pendiriannya, dia tidak melarangku tubuhnya saya gerayangi. Lalu akhirnya saya pun nekat menurunkan celanaku dan terlepaslah penisku dari kurungannya berdiri tegak dengan kerasnya.

Aku berusaha mengangkat cd-nya yang menutupi pantatnya kesamping, lalu aku kumpulkan air ludahku sebanyak-banyaknya, terus aku ludahi telapak tanganku sampai ludahku terkumpul. Setelah terkumpul, penisku aku baluri dengan air ludahku sehingga batangnya belepotan oleh air ludahku yang aku kumpulkan.

Setelah basah semuanya aku peluk lagi adikku, lalu penisku yang sudah licin itu aku arahkan ke belahan pantatnya. Ketika ujung kepalanya menyentuh belahan pantat Marni, adikku terkejut sekaligus tegang, karena ada benda asing yang menyentuh belahan pantatnya!.

Ahh~! begitu hangatnya sekaligus geli meskipun tidak masuk, penisku dijepit bongkahan pantat adikku yang padat.

Marni tetap diam meskipun penisku dengan sekali hentakan amblas dijepit pantatnya, aku dengar lenguhan dari mulutnya yang semakin membuatku ingin melakukannya lebih jauh.

Untuk pertama kalinya secara langsung aku menggesek belahan pantat Marni, padahal dulu aku hanya menggesek-geseknya saja dibalik celananya.

Kini dengan posisi menyamping, aku tarik ulur penisku dibelahan pantatnya yang lembut dan mulus.

“Dek, enak sekali pantatmu sayang… Kakak gesek sampai kak ucup keluar sperma ya sayang…?”

“I.. iyyaa kak… Ahh~..!”

Penisku menyundul dan menggesek bagian luar lobang vaginanya, sampai aku rasakan seperti melewati dua pintu lobang kenikmatan, lobang memek dan pantatnya. Aku belum berani menyetubuhinya secara total disaat rumah ada penunggunya, apalagi hari masih siang menuju sore, tak mungkin aku melakukannya hari ini juga.

Berkali-kali aku gesekkan batang kontolku dibelahan pantat Marni, menggesek bagian luar anus dan lobang memeknya. Semakin lama aku menempelkan selangkanganku dengan pantatnya, semakin aku jatuh cinta kepada adikku Marni.

Pantat Marni begitu padat dan lembut seperti adonan roti yang difermentasikan, membusung dan menempel erat dengan kontolku.

Sungguh nikmatnya memeluk Marni dengan menyelipkan kontolku dipantatnya, sesekali Marni pun memundurkan pantatnya menekan kearahku, karena diapun mungkin merasa nyaman dengan hubungan tabu ini.

“Marni, kakak sayang sama kamu…” Kataku sambil mendiamkan sejenak kontolku dibongkahan pantatnya.

“Aku juga kak… Marni beruntung punya kakak seperti kak ucup… Ahh… Jangan dilepas kak… Emmhhh…” Pantat Marni digoyang-goyang sampai terasa geli kurasakan.

Dibelakang tubuhnya aku terus memajukan pantatku, sambil merasakan hawa hangat dan licin dibongkahan pantatnya.

Aku tak menyangka kalau Marni dengan senang hati mau aku perlakukan begini, andai saja dulu aku dan dia mau disetubuhi.. aku ingin sekali merasakan vaginanya yang mungil dan super sempit diterobos kontolku yang besar.

_**Plok! Plok! Plok!**Sesekali aku keraskan kecepatan sodokanku sampai beberapa menit kemudian Marni tiba-tiba Marni melenguh sambil berkata,

_“Ahh… Kakk… Marni… Aduhhh.. Mmauu kelluarrhh… Ahh~ Ugh~!”Andai aku memeluknya dari depan pasti aku sumbat mulutnya dengan mulutku, bagaimana nanti kalau bibi mendengar lenguhan Marni? Tapi aku tak peduli karena aku merasakan ada sesuatu yang sangat besar mencoba mendesak dari dalam tubuhku ingin melepaskan diri, sesuatu yang begitu nikmat saat pertama kali aku keluar air mani.

Marni sudah duluan orgasme, kurasakan batang kontolku terasa licin seperti disiram minyak yang hangat. Lalu aku pun menekan sedalam-dalamnya dibongkahan pantat Marni

Croot..! Ccrroott..! Cccrroot…! menyemburlah spermaku sampai muncrat mengenai dinding bilik bambu. Mungkin karena hanya batangnya saja yang dijepit pantatnya, tapi kepalanya tembus kedepan, sehingga mulut kontolku mengarah ke dinding bambu.

Kedutan demi kedutan aku rasakan begitu dahsyat! Aku dan Marni lemas sekali setelah mengeluarkan sesuatu yang nikmat dari dalam tubuh kami, aku masih memeluknya erat Marni dari belakang, sambil merasakan detik-detik terakhir muntahan spermaku dipantatnya.

“Dek, makasih ya..? Pantat kamu memang luar biasa nikmatnya… kenapa gak dari dulu kita melakukannya sayang…?”

“Iyaa kak Marni juga menyesal, kenapa kita tak melakukannya dulu… Tadi waktu kakak menempelkan penis kakak dipantat Marni, Marni kaget merasakan secara langsung hangatnya penis kakak… Kak kalau Marni hamil gimana?”

“Kakak akan bertanggung jawab dek, tapi kakak yakin kamu takkan hamil… Soalnya kakak tidak memasukkannya didalam sayang…”

kataku menenangkan hati Marni yang mungkin takut kalau dirinya hamil.

“Janji ya kak, kalau Marni ternyata hamil kakak akan bertanggung jawab..?”

“Iya sayang sayang kakak janji… Sekarang kamu kekamar mandi kencing ya.. lalu cebokin memek kamu yaa sayang..?” Kataku setelah melepaskan dari jepitan belahan pantatnya.

“Ihh.. kakak mah ngomongnya jorok…”

“Kamu gak suka yaa…?”

“Bukan gak suka kak, tapi gak percaya aja kak ucup ngomongnya gitu… Gak usah dipikirin kak, kakak tetap kakak aku yang sekarang jadi pacar Marni, segala yang ada pada kakak Marni suka kok…”

Tiba-tiba Marni membalikkan tubuhnya, setelah memandangku saling bertatapan, arah mata Marni melihat kebawah ke bagian penisku.

“Kak..! Gede bangett… ohh.. gitu ya bentuknya…”

Saya pun untuk pertama kalinya melihat dengan jelas bentuk memek Marni yang tembem membusung dihiasi bulu-bulu halus. Ku beranikan diri menyentuh memeknya terasa begitu hangatnya.

“Ugh.. memek kamu tembem banget dek… kakak suka..” kataku mengusap belahan memeknya dengan jari tengahku, lalu berakhir di clitorisnya.

“Dek nanti kita bersetubuh yuk sayang…?”

“Bakalan sakit gak kak? Soalnya lobang Marni masih kecil kak…?”

“Sebenarnya kakak juga belum tahu gimana rasanya buat kamu untuk pertama kalinya menyatukan penis kakak di memek kamu dek, kalau kamu ragu lebih baik jangan soalnya kakak gak mau buat kamu sakit…”

Aku elus kepalanya.

“Kalau kakak mau.. Marni rela disetubuhi oleh kakak…” Tawar marni

“Beneran sayang? Kamu mau disetubuhi kakak..?!” Jawabku.

“Iyaa boleh kakakku sayang…”

Ketika sedang asyik-asyiknya ngobrol sama adikku, tiba-tiba pintu kamar kami diketukTok! Tok! Tok!“Marni ucup..! Bibi buatin kalian bubur ketan nak..!”

“Iya Bu Marni mau… Kak ucup juga mau..!”

“Dek jangan lupa memeknya dicuci ya.. jangan lupa kencing.. ya sayang..??”

“Iyaa kak…”

Setelah melakukan perbuatan terlarang itu, kami berdua membereskan sprei lalu mengelapnya dengan kain untuk menghilangkan jejak sperma yang berhamburan.

Kami pun keluar dari kamar, Marni kekamar mandi belakang, sedangkan aku menghampiri bibiku makan bubur bersamanya.

“Maaf ya cup bibi ganggu tidur kamu sama Marni..” ucap bibiku yang duduk didepan ku.

“Gpp kok bi, ucup senang bibi begitu baik sama ucup.. bagaimana caranya ucup membalas kebaikan dan perhatian bibi sama ucup.. ucup sebenarnya malu sama bibi, soalnya ucup belum bisa membalasnya…”

“Adanya kamu disini sudah membuat bibi senang cup… Jangan lama-lama tinggalin bibi sama Marni ya..? Karena kamu bagi bibi sudah seperti anak sendiri…”

Kulihat bibi memandangku dengan tatapan yang aku rasakan seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya.

“Iya Bi… Bagi ucup bibi sudah seperti ibuku sendiri.. bibi sangat baik… Ucup sayang sama bibi…” Aku dan bibiku saling bertatapan lalu kami sama-sama tersenyum.

Bi Sarah begitu cantik, kulit pipinya yang putih kemerahan membuatku ingin menciumnya.

Dari arah dapur datang Marni sudah selesai mandinya, terlihat dari rambut panjangnya yang basah menetes air.

Adikku duduk disampingku makan bubur di piring yang sudah disediakan oleh bibi. Tercium dari rambutnya wangi shampo yang sebenarnya mengundang birahiku, Marni tidak tahu bahwa diantara selangkanganku ada sesuatu yang terbangun dan mencoba berontak.

“Kamu mandi tak mandi tetap aja cantik dek… ” Puji aku pada Marni.

“Kan aku mandi hanya untuk kakak biar selalu bersih dan wangi…” Ucap Marni melihatku dengan senyuman manisnya. Manjanya Marni kepadaku berbanding terbalik jika sedang berada diluar rumah jauh dariku, pikirannya dewasa tapi ketika ada saya disisinya manjanya seperti seorang kekasih yang dimabuk cinta.

“Iyaa kamu memang adikku yang cantik, siapa dulu ibunya sudah cantik, murah senyum lagi. Iya kan bi..?” bi Sarah bengong ketika aku memujinya, tak ku sangka bibiku tersipu malu sampai memerah pipinya.

“Pantesan Marni begitu sayang sama kamu cup, kamu selain perhatian sama Marni dan bibi, pandai juga kamu membuat hati bibimu ini bahagia. bibi gak menyesal menganggap kamu putra kandung bibi.. andai kamu bukan saudara bibi, sudah bibi jodohkan sama Mirna cup…” Ucap bi Sarah kepada kami berdua, tentu saja aku terkejut sekaligus senang mendengar ucapan dari Bi Sarah, bahkan ku lihat raut muka Marni tatkala mendengar ucapan ibunya sampai salah tingkah.

Aku sungguh beruntung punya keluarga seperti mereka, kebaikan dan rasa sayang yang begitu dalam dihati kami bertiga, bagai tali simpul mati yang tak bisa dilepas.

Jalan hidup seperti ini aku sangat mensyukurinya, meskipun sedikit demi sedikit selama bertahun-tahun ada niatan dalam hati untuk menitipkan setetes air mani dirahim mereka berdua.

Kini pikiranku semakin terbuka, berusaha mencoba bangkit dari kehidupan yang serba kekurangan.

Tidak terasa ngobrol bersama mereka, hari pun sudah menjelang sore hari. Aku pamitan sama bibi dan Marni. Saat Marni nganter aku keluar rumah, tangan Marni menggenggam erat tanganku.

“Kak ucup jangan lama-lama sering kesini ya..?” Ucapnya dengan mimik yang seakan khawatir tak akan kesini lagi.

“Iyaa sayang…(Lalu aku berbisik pada telinga adikku)pantat kamu enak banget lho tadi.. makasih ya dek..? Maafin kakak ya sayang… kamu gak takut kan nanti kakak bakalan ngajakin kamu bersetubuh..?” Tanyaku kepada Marni yang masih menggenggam tanganku.

“Nggak kak, Marni gak takut.. juga Marni tak perlu menanyakan kepada kakak apakah akan bertanggung jawab atau tidak. Karena Marni yakin dan percaya kalau kakak memiliki sifat tanggung jawab pada keluarga…” Jawab Marni dengan begitu yakinnya pada kakaknya ini.

Baiklah! kakak merasa tenang sekarang… Jadi nanti kakak gak malu ngajakin kamu buat bersetubuh.. kalau begitu kakak pulang dulu ya? Assalamualaikum dek..”

“waalaikumsalam kak…”

Aku lepas genggaman tangan adikku, lalu pergi meninggalkan Marni.

Ketika aku menyusuri jalan setapak di persawahan, aku mencoba untuk menoleh kebelakang. Astaga! Marni masih berdiri dihalaman rumah melihatku dari kejauhan, berat rasanya meninggalkan dirinya yang dengan sukarela menyerahkan pantatnya untuk aku nikmati.

Aku lambaikan tanganku kearahnya dari jauh, dia pun membalasnya meskipun aku tahu pasti berat jauh dari orang yang disayanginya.

Terimakasih Marni, kamu memang wanita yang luar biasa.

Tak sabar rasanya kakakmu ini ingin merasakan vaginamu yang sempit itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu