2 November 2020
Penulis —  Mr_Boy

Dirumah Bambu Bercinta dengan Ibu

Setelah mandi kami merasa segar bugar, harapanku ingin menyetubuhi ibuku akhirnya terkabul juga. Bahkan yang lebih membuatku bahagia adalah aku diijinkan menghamili ibuku sendiri. Sungguh bagiku itu adalah sebuah anugerah terindah yang diberikan Tuhan untuk keluarga ini.

Tak ku sangka ibuku yang sebenarnya orang baik-baik, mau membuka hati untuk perbuatan yang tabu. Butuh waktu bertahun-tahun saya berjuang, berusaha menaruh kontolku didalam memeknya.

Memek ibuku yang begitu berharga dan mulia telah ku sirami dengan cairan cintaku, dulu saya dilahirkan dari rahimnya ibu. Tapi sekarang malah saya yang menaruh sel spermaku hingga akan menjadi bayi dirahimnya.

Cinta yang sangat besar, kepercayaan yang sangat kuat. Menjadi pondasi sebagai dasar keyakinan yang tertanam di hati kami. Perjuangan dengan penuh kesabaran pastilah akan membuahkan hasil, yaitu keberhasilan menghamili ibuku sendiri.

Kebiasaan ku setiap sore memberi makan kambing dan mengecek ayam bebek apakah sudah masuk kandang atau tidak.

Kebetulan cuaca sore ini tak ada hujan, tapi suhunya masih tetap dingin dan berkabut. Aku duduk didepan rumah sambil melihat lembah juga gunung-gunung dari kejauhan, ada yang terlihat ada juga yang tertutupi awan putih.

Ketika sedang menikmati keindahan alam yang sangat indah, aku jadi teringat ayah yang sedang dikota mewakili kampung kami menghadiri pesta rakyat. Masih teringat dalam kepalaku amanat ayah sebelum berangkat ke kota, beliau menitipkan ibu agar aku menjaganya, tapi malah aku nodai kehormatannya, juga secara sadar aku menitip benihku didalam rahimnya.

Tapi aku sangat mencintai ibuku, bahkan setelah kami saling bertukar dan menelan ludahnya, kami seakan menjadi satu perasaan.

Ketika sedang duduk menikmati pemandangan alam, ibuku datang membawa teh manis dan ubi rebus yang dibawa dengan piring.

Minuman yang masih mengepul, ubi rebus yang masih panas, juga busana ibuku yang memakai daster selutut. Membuat suasana sore ini begitu hangat dan menyenangkan.

“Sayang, ini teh manis sama ubi rebusnya…” Ucap ibu sambil berjongkok dan menaruh segelas teh manis dan ubi rebus.

“Makasih bu… Kok ibu repot-repot sih bawain Ucup ubi rebus? Pantesan ibu lama… Ucup kangen… Hehee!” Kataku merayu ibuku.

“Kan ibu udah biasa bawain kamu minuman sayang… Lagian ibu gak tega kalau melihat kamu duduk tak ada minuman pun disisi kamu…” Ucap ibu lalu duduk di sampingku.

“Ucup minum ya Bu tehnya…?

“Iyaa sayang diminum.. nanti keburu dingin…”

Teh yang dibuat ibu pun aku minum, ibuku hanya melihatku ketika beberapa tegukan air teh itu masuk ke tenggorokan ku,

“Hmmm.. teh buatan ibu mantap! Manisnya pas…” Kataku memuji ibu.

“Makasih sayang, ibu merasa senang mendapat pujian dan perhatian dari kamu… Bagi ibu kamu selain sebagai anak ibu, ibu menganggap kamu seperti suami ibu sayang… Aneh yaa? seorang ibu mencintai anaknya sendiri sebagai suaminya…” Ucap ibuku sesekali memandangku lalu melihat ke depan kearah pegunungan.

“Bagi Ucup ibu tidak salah, Ucup juga menganggap ibu sebagai istri selain sebagai ibu. Ucup ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya, karena ibu dengan kerelatan hati mau mengandung anak Ucup. Ibu jangan khawatir tentang anak kita, Ucup akan bekerja keras merawat dan mendidik anak kita Bu…” Kataku kepada ibuku yang duduk merapat denganku.

“Ternyata kamu udah dewasa ya sayang, padahal perasaan baru kemarin kamu dilahirkan oleh ibu. Oiya, tunggu sebentar ya? Ibu mau kedalam dulu bikin sesuatu…?”

“Bikin apa Bu?”

“Rahasia dong hihi..!”

_Ketika ibuku bangkit dan pantatnya menungging, saya sentuh bongkahan pantatnya hingga ibuku kaget.

_“Kamu mah nakal ihh sama ibu, bikin ibu kaget aja…” Ucap ibu cemberut manja lalu tersenyum manis.

“Ibu gak pake CD ya..?” Kataku kepada ibu.

“Iyaa sengaja…” Ucap ibu lalu masuk kedalam mengambil sesuatu entah itu apa.

Beberapa saat kemudian ibu datang membawa gelas 200ml berisi cairan warna coklat, lalu duduk lagi di sampingku.

“Apa itu Bu…?”

“Ini jamu hasil ramuan ibu, jamu ini sudah diwariskan turun-temurun dari nenek kamu untuk kaum lelaki agar sperma kamu menjadi melimpah sayang…”

“Masa sih Bu? Emang ayah pernah dikasih jamu ini Bu?”

“Pernah ibu bikinin, bahkan sering ibu kasih. Tapi bapak kamu gak suka jamu, ya sudah ibu berinisiatif membuatkan kamu jamu hasil ramuan ibu…”

“Wahh! Bener nih Bu bisa membuat sperma melimpah… Ibu benar-benar hebat… Nanti kita coba ya Bu..?”

“Iyaa sayang… Nanti cobain ke ibu ya…?”

Ucap ibuku keliatan senang sekali.

“Ini ramuan apa aja didalamnya Bu?” Kataku penasaran.

“Ada madu, telor ayam kampung, buah pinang yang dibakar lalu ditumbuk, sama ibu campur dengan sedikit susu…” Kata ibu menjelaskan isi ramuannya.

“Air susu ibu?”

“Susu sapi sayang.. ihh… Diminum ya sayang… Nanti kita rasakan sama-sama efeknya…”

Ucapnya dengan nada manja.

“Iyaa, sini biar Ucup minum jamu herbalnya Bu…” Ibu pun memberikan jamu itu kepadaku, lalu saya minum sambil ku rasakan rasanya yang sedikit kental dan menyegarkan.

“Hmmm… Enak banget jamu buatan ibu… Sering-sering bikin jamu buat Ucup ya Bu??”

“Alhamdulillah, kamu suka ya…?’

“Iya Ucup suka Bu… Makasih Bu…?”

“Sama-sama sayang… Ibu juga senang kamu menyukainya… Ibu ke dapur dulu ya mau masak buat nanti malam, banyak tenaga yang sudah kita keluarkan badan ibu sampai lemes, didalam kemaluan ibu juga masih terasa bekas sodokan kamu masih nyut-nyutan lho…”

Ucap ibu mengelus memeknya.

“Mau masak apa Bu..? Ucup ikut bantu ya..?”

“Ya sudah, itu piring sama gelasnya dibawa sekalian ke dalam ya…”

“Baik Bu…”

Ibuku pergi duluan masuk ke dalam, sedangkan aku mengambil gelas dan piring bekas ubi rebus.

Sebelum saya masuk, ku lihat sekitar rumah terasa hening, maklum saja rumah kami agak berjauhan dengan para tetangga. Selain itu dikampung ini hanya dihuni sekitar ±30 KK saja.

Aku berjalan menuju ke tempat ibuku didapur, setiap ibuku memasak memang sudah kebiasaanku dari dulu membantunya memasak, sampai aku pun tahu cara mengolah beberapa masakan yang ibu buat.

Kami sudah selayaknya seperti sepasang suami-istri, hatiku dengan hatinya sudah seperti air dan kopi menyatu kuat takkan terpisahkan. Tapi aku masih tetap menghormati dan taat kepada ibuku sebagai ibu kandungku.

Ibuku mengerti sikapku yang tidak seakan-akan menganggapnya budak seks dan tempat pelepasan nafsu saja, ketika kami sedang memasak ibuku berkata,

“Nak, ibu bangga sama kamu… Meskipun hati ibu sudah kamu dapatkan, tubuh ibu sudah kamu nikmati. Tapi kamu masih memuliakan ibumu sebagai orang yang sudah melahirkanmu. Rasanya hati ibu seperti condong sama kamu sayang… Ibu sangat menikmati hubungan ini, ibarat orang kehausan dikasih air, betapa dahaganya hati ibu tanpa kasih sayang dan perhatian darimu nak…” Ucap ibuku berdiri didepan tungku sambil menunggu tumis rebung yang dari kemarin sudah diiris-iris tipis.

Sambil berjongkok memasukkan kayu bakar agar api tetap menyala, aku berkata kepada ibuku,“Memang ibu sudah Ucup setubuhi, Ucup juga sudah berani merayu ibu agar ibu mengandung anakku. Tapi Bu, Ucup mencintai ibu bukan hanya sekedar pelampiasan birahiku saja, Ucup murni mencintai ibu sebagai ibu kandungku juga sebagai istriku. Ibu memang istrinya ayah, Ucup berharap lepaskan belenggu keraguan dari hati ibu, lalu cintai Ucup sepenuh hati ibu sehingga tak ada cinta yang lain selain cinta kita berdua Bu…” Tiba-tiba ibuku yang berada disampingku ikut berjongkok menghadap tungku yang menyala hangat, lalu memelukku dan menempelkan pipi kanannya dengan pipi kiriku.

“Sayang, kamu sudah membuat hati ibu deg-degan lho… Iya… ibu mencintaimu melebihi bapakmu, kamu mau menghamili ibu berapa kali pun ibu mau.. ibu sayang kamu nak…” Kami pun saling berpandangan, lalu saling berciuman. Bibir lembut ibuku terasa nikmat sekali aku rasakan.

Wangi shampo yang menyegarkan masuk kedalam hidungku, kulit ibuku yang putih mengeluarkan aroma sabun yang sering aku jadikan alat bantu onaniku dikamar mandi, membuatku ingin menyatukan kembali tubuhku dengan ibu melalui alat kelamin kami.

Setelah berciuman, aku dan ibuku saling tersenyum bahagia. Sebelum aku meneruskannya lagi aku keluarkan kayu bakar bersama arangnya yang menyala, agar api didalam tungkunya mengecil.

Lalu aku angkat ibuku untuk berdiri, dengan posisi seperti ini kami saling berciuman lagi. Kali ini saya tidak mau lama-lama, dengan perut yang lapar tidak mungkin kami bersetubuh selama bermenit-menit.

“Bentaran aja ya Bu? Ucup pengen ngentot ibu…”

“Iyaa sayang… Lama juga tidak apa-apa…”

Ucap ibuku tersenyum.

“Dasternya diangkat Bu.. kakinya yang sebelah ditaruh di atas ember besar… Ucup ingin menjilati memek ibu pasti wangi…” Ibu pun mengangkat sebelah kakinya keatas tutup ember, sehingga bibir memeknya melebar dan terlihatlah lobang memeknya masih malu-malu sembunyi dicelah memek ibuku yang tembem.

“Udah ibu cuci bersih lho sayang pake daun sirih yang ibu tumbuk… Hihi..!”

“Wahh! Coba Bu Ucup pengen nyium memeknya…”

Saya cium belahan memeknya yang merekah berwarna kemerahan bagian dalamnya dan agak hitam pinggirannya.

Ketika aku tempelkan hidungku dilembah kenikmatan ibuku, benar juga! Memeknya wangi daun sirih yang terasa hidungku nyaman menghirupnya. Baunya yang legendaris begitu istimewa merasuk dan mengalir mengikuti aliran darahku.

Dengan lahapnya saya jilati memek ibuku secara brutal, kedua tangan ibuku memegang erat pundak ku, dengan kaki kirinya diangkat keatas tutup ember yang besar. Sehingga memeknya terbuka sampai aku lihat lobangnya mengap-mengap seperti bekicot yang nempel dikaca jendela.

“Uugghh! Sayang enak banget sihh jilatan kamu… Oohhhh… Aaahhhh… Ooouuugggghhhh…!!!” Itilnya saya hisap kuat-kuat, sambil ujung lidahku menggelitik menari-nari, sehingga membuat itil ibuku bergoyang-goyang mengikuti irama tarian lidahku yang liar.

Beberapa menit kemudian ibuku melenguh diiringi semburan air cinta yang memancar dari lobang surgawinya, meskipun leherku pegal karena menengadah, tapi dengan penuh semangat birahi untuk ngentot ibuku, aku tampung lendir orgasmenya dengan rakus.

Mungkin karena efek lapar dan birahi yang membuncah didalam diriku, saya habiskan lendirnya sampai tak keluar lagi tak tersisa.

Bahkan aku masih menyedot lobang memeknya seperti menyedot Tutut sawah sampai membuat ibuku kelojotan, lemas.

Seandainya ibuku tak berpegangan pada pundakku, pasti ibuku ambruk karena tak kuat kakinya menahan serangan kasih sayang dari lidahku yang membelai memeknya begitu mesra.

Puas saya menikmati tekstur kulit memeknya yang lembut dan rasanya yang gurih, saya pun ikut berdiri lalu melepaskan celanaku. Seperti biasa aku tidak memakai celana dalam, sehingga ketika celana terlepas. Kontolku berdiri tegak menjulur kedepan siap disarungkan.

Setelah aku dekati ibu, ujung kontolku aku oles-oles dipermukaan bagian dalam memeknya. Ahh..! Rasanya sungguh luar biasa, ketentraman dan kedamaian aku dapatkan dari memeknya. Lalu dengan sekali hentakkan aku majukan pantatku kedepan, dengan batang kontolku mengarah keatas sesuai posisi lobang memeknya yang menganga

Blessssskkk…!! Aaahhhhh…!! Kami sama-sama melenguh ketika kontolku masuk dan mengisi lorong surgawi ibuku, kubiarkan sejenak merasakan kedutan-kedutan lembut yang seakan meremas batang kontolku.

Ibu pun memeluk leherku dan memandangku dengan perasaan kasih sayang dan birahi yang menggebu-gebu. Wajahnya yang putih terlihat memerah sampai aku merasa gemas melihatnya, lalu aku ciumi wajah ibuku mulai dari kening, kedua pipinya, dagu lalu bibirnya.

Dengan kecepatan sedang aku mulai menggerakkan pantatku dan kontolku sangat senang sekali menerobos keluar masuk didalam lorong memek ibu yang lembut.

“Bu, memek ibu enak sekali… Ahhhh… terasa menggigit ahhh…” Kataku kepada ibuku yang sedang memeluk leherku.

“Ibu juga sayang, kontol kamu lebih nyaman ibu rasakan… Sampai memek ibu ketika kontol kamu masuk… Tanpa ibu sadari berkedut hebat melekat erat kontolmu… Ahhhh… Ibu sungguh bahagia sayang…” Ucap ibuku yang terpancar raut kebahagiaan dari wajahnya.

“Bu, ibu lepaskan saja dasternya…” Kataku kepada ibu.

“Iya sayang…” Ibu pun melepas dasternya, ketika mengangkat dasternya payudara ibuku yang besar ikut terangkat lalu terjatuh kembali bergoyang-goyang. Sungguh pemandangan yang luar biasa.

Aku juga membuka kaosku lalu ditaruh di atas tutup ember tempat kaki ibuku yang terangkat.

Lalu ku arahkan ujung moncong meriamku ke lobang memeknya yang licin dan hangat, dengan sekali tekan

Blesssskkk!!! Seluruh batang kontolku masuk kedalam ditelan memek ibuku sampai hanya tersisa pangkalnya saja yang menempel dengan pubisnya.

Setelah masuk aku peluk ibuku, sedangkan ibu memeluk leherku sambil aku ciumi bibir juga lehernya.

Tubuhku sampai gemetaran merasakan kenikmatan yang begitu dahsyat didalam memek ibuku, rasanya seperti dikunyah oleh daging lembut yang bergerinyal, meremas erat dan seakan menyedot batang kontolku sampai kedasar lobang memeknya.

Otot bagian dalam memek ibu pun seperti sengaja mencengkeram batang kontolku, sampai aku dan ibuku kelojotan merasakan kenikmatan persetubuhan sedarah ini.

Kami tahu bahwa yang sedang kami lakukan ini salah.

Perselingkuhan, pengkhianatan, serta cinta terlarang yang dilakukan kami berdua memang sudah keluar dari jalur kodratnya sebagai manusia yang berakal.

Kuatnya cinta yang bersemayam di hati kami, kenikmatan yang didapatkan dari penyatuan kelamin senasab, sudah membutakan semua larangan yang mengekang kebebasan kami.

Hentakan demi hentakan selangkangan yang beradu, begitu merdu menggema seperti suara adonan roti yang di pukul-pukul dengan telapak tangan

Plok! Plok! Plok! Suara itu mengisi dapur ini.

Tungku yang menyala menjadi saksi bisu persetubuhan terlarang ini.

Lendir memek ibu yang membalut kontolku membangkitkan birahiku, keringat yang bercampur semakin membuat kami lupa jati diri kami. Serta penyatuan alat kelamin, semakin menambah kesempurnaan persetubuhan kami.

“Ohh ibu, Ucup sangat mencintaimu Bu… Memekmu sungguh luar biasa nikmatnya… Ugghh…!!” Aku hentakkan sedalam-dalamnya lalu ku diamkan sambil merasakan pijatan lembut otot memek ibuku yang berkontraksi hebat!.

“Kontol kamu pasti akan menjadi kontol yang akan selalu ibu rindukan sayang… Ahhh… Terus siksa ibu seperti ini sayang… Uuuhhhhh… Kontol kamu terasa hangat didalam memek ibu lho… Enak sekali…!” Ucap ibu meracau. Aku tidak menyangka kalau ibu sudah terbiasa berkata seperti itu tanpa malu dan beban.

“Sini biar Ucup pangku ibu…”

“Gak berat emang memangku ibu sayang…?”

“Bagi Ucup, ibu mah ringan… Yuk Bu biar Ucup pangku ibu…”

Kataku kepada ibu.

Dengan masih kontolku bercokol didalam memeknya, tidak dilepaskan. Ibu memeluk leherku lalu kedua kakinya melingkar di pinggangku erat sekali. Kedua tanganku merangkul pantatnya yang besar agar ibuku tidak jatuh.

Posisi saya saat seperti seperti sedang memangku bayi besar, hanya perbedaannya kontolku dihujamkan kedalam memeknya yang dalam.

Rasanya benar-benar tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, seluruh batang kontolku dikunyah oleh ribuan daging hangat dan licin yang bergerinyal, terasa disedot kuat sampai menyentuh mulut rahimnya.

Ibu merangkul leherku lalu diciuminya bibirku hingga kami saling beradu lidah secara bergiliran didalam mulut kami berdua.

Ruangan didapur terasa hangat karena ada tungku yang menyala, aku dan ibuku menjadi semakin liar dan tak terkendalikan dengan terus mengangkat dan menurunkan pantat ibuku, sedangkan kontolku mengunci lobang memeknya tidak saya lepaskan.

“Aahhh… Aaahhhh… Sayang… Ibu mau kelluuaaarrr nak… ”

“Kita bareng Bu… Sebentar lagi Ucup akan keluar juga… ”

Plok! Plok! Plok! Crek! Crek! Crek!

Suara selangkangan dan suara kelamin saling beradu dan terasa becek oleh lendir yang keluar dari dalam memek ibuku.

Lalu tiba-tiba ibuku memelukku erat dan merapatkan tubuh bagian bawahnya dengan merangkul pinggangku oleh kedua kakinya yang melingkar.

“Aaaaahhhhhh… Sayyyaaannnngggghhh ibu kellllluuaaarrrhhhh… Uuuuhhhhggggghhhhh… Aaahhhh… Aaaaahhhh… Enak sekali ngentotttt sama kamu sayangku… Suami ibu…!”

“Ucup juga mau kelluaar buu… Aaaahhhhhh…”

Ada sesuatu yang melesak keluar dari dalam tubuhku mengalir deras dibatang kontolku.

Crottttt… Crrrrroooootttt… Ccccrrroooooottttt… Cccrrroooottttt…!!! Begitu banyak air mani yang aku semburkan kedalam memek ibuku, sampai ibu pun merasakannya semburan spermaku memancar dimulut rahimnya.

Entah karena begitu nikmatnya semburan itu didalam memeknya, ibuku mendapatkan kembali orgasmenya yang begitu dahsyat! Sampai bola matanya mengarah keatas.

“Ibu kelluaarrr lagggiiiii… Aaaaaahhhhhhhh…!!!” Cret! Cret! Cret! Aku rasakan kepala kontolku seperti disiram cairan hangat yang membuat lobang memeknya menjadi semakin licin berlendir.

Kami berdua sama-sama diam merasakan sisa-sisa orgasme dengan nafas yang terasa berat, sambil melihat sekeliling aku lihat ada dipan jati tempat kami makan, lalu aku duduk dengan ibu masih aku pangku dilahunanku.

Saya usap-usap kepalanya agar ibuku tenang kembali, karena aku rasakan tubuhnya terasa lemas setelah melepaskan double orgasmenya.

Setelah tenang ibuku menatapku dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu ibu tersenyum mengusap pipiku dan mencium keningku.

“Sayang, ibu benar-benar salut sama kamu… Kamu sungguh kuat mengangkat ibu yang gendut ini bahkan sampai buat ibu orgasme dua kali berturut-turut.. ibu mencintaimu nak… Sangat menyayangimu… Sering-seringlah entot ibu ya sayang…?” Kini ibu mengelus kepalaku.

Dengan sendirinya kontolku terlepas dari cengkeraman gigitan mulut memeknya,“iya ibuku sayang… Ucup akan selalu entot ibu kapanpun dimana pun… Buatin Ucup jamu itu lagi ya istriku hehee…!” Kataku kepada ibu.

“Pasti akan ibu buatin setiap hari tanpa bapakmu tahu sayang… Makan dulu yuk sayang…?”

“Iya Bu, Ucup juga lapar… Kita makannya telanjang aja disini Bu sekali-sekali kayaknya seru.. hehee!” Kataku sambil mengusap-usap pinggulnya yang lebar.

“Ibu terserah kamu aja nak… Ibu akan menurut sama kamu…”

Ibu pun bangkit sambil aku bantu berdiri, ku lihat lendir dari dalam memek ibuku mengalir dipaha bagian dalam sampai ke mata kakinya, bahkan ada yang menetes karena saking banyaknya.

Aku dan ibuku sampai tertawa melihat memek ibuku basah kuyup oleh lendir kami yang sudah tercampur menjadi satu.

Kami pun akhirnya makan sepiring berdua dengan telanjang bulat didapur depan tungku yang menyala, aku suapi ibuku dan ibu menyuapiku.

“Bu, Ucup senang mendengarnya ibu akan menurut sama Ucup… Tapi Ucup juga akan menurut sama ibu, karena ibu tetap ibu Ucup yang harus Ucup hormati sebagai orang tua… Bu, makasih yaa memeknya…?”

“Sama-sama sayang memek ibu boleh kamu nikmati kapanpun asal jangan sampai ada yang tahu… Kontol kamu juga enak banget didalam memek ibu… Sekarang juga masih terasa nyut-nyutan lho..!”

“Maaf yaa ibuku sayang, diperut ini akan tumbuh anak kita…”

Kataku sambil mengusap perut ibuku.

Setelah makan, kami saling membersihkan alat kelamin yang berlumuran lendir. Malam ini kami tidak mandi, karena mana mungkin kami kuat menahan rasa dinginnya air dimalam hari.

Dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, kami menuju kamar ibuku dan tiduran sambil berpelukan di atas kasur. Ngobrol ngalor-ngidur hingga akhirnya kami pun tidur menanti hari esok yang lebih baik.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu