2 November 2020
Penulis —  needlenbitch

Dalam Diam, Kami Bercinta

Setelah membayar, kami menuruni bukit dan kembali ke villa. Angin semakin kencang sore menjelang mahgrib itu. Kami memesan dua gelas kopi susu panas dan membawanya ke dalam kamar.

Setelah mengunci kamar, aku melapaskan semua pakaianku.

Bukankah tadi Irvan mengelus-elus pantatku? BUkankah dia ingin anal seks? Setelah aku bertelanjang bulat, aku mendekati Irvan dan melepaskan semua pakaiannya.

Kulumasi penisnya pakai lotion.

Aku melumasi pula duburku dengan lotion. Di lantai aku menunggingkan tubuhku. Irvan mendatangiku. Kutuntun penisnya yang begitu cepat mengeras menusuk lubang duburku. Aku pernah merasakan ini sekali dalam hidupku ketika aku baru menikah.

Sakit sekali rasanya. Dari temanku aku mengetahui, kalau mau main dri dubur, harusmemakai pelumas,

katanya. Kini aku ingin praktekkan pada Irvan Irvan mengarahkan ujung penisnya ke duburku. Kedua lututnya, tempatnya bertumpu.

Perlahan… perlahan dan perlahan… Aku merasakan tusukan itu dengan perlahan. Ah… Irvan,

kau begitu mampu memberikaapa yang aku inginkan, bisik hatiku sendiri. Setiap kali aku merasa kesat, aku denga tanganku menambahi lumasan lotion ke batangnya. Aku merasakan penis itu keluar-masukdalam duburku.

Kuarahkan sebelah tangan Irvan untuk mengelus-elus klentitku.

Waw… nimat sekali. Di satu sisi klentitku nikat disapu-sapu dan di sisi lain, duburku dilintasi oleh penis yang keluar masuk sangat teratur. Tak ada suara apa pun yang terdengar. Sunyi sepi dan diam. Hanya ada desau angin,

desah nafas yang meburu dan sesekali ada suara burung kecil berkicau di luar sna, menuju sarangnya.

Tubuh Irvan sudah menempel di punggungku. Sebelah tangannya mengelus-elus klentitku dan sebelah lagi meremas tetekku.

Lidahnya menjilati tengkukku dan dan leherku bergantian. Aku sangat beruntung mememiliki anak seperti Irvan. Dia laku-laki perkasa dan penuh kelembutan. Tapi… kenapa kali ini dia begitu buas dan demikian binal? Tapi… Aku semakin menikmati kebuasan Irvan anak kandungku sendiri. Buasnya Irvan, adalah buas yang sangat santun dan penuh kasih.

Aku sudah tak mampu membendung nikmatku. Aku menjepit tangan Irvan yang masih mengelus klentitku jugamenjepit penisnya dengan duburku. Irvan mendesah-desah…

“Oh… oh… oooooohh…”

Irvan menggigit bahuku dan mempermainkan lidahnya di sela-sela gigitannya. Dan remasan pada tetekku terasa begitu nikmat sekali.

Ooooohhhh… desahnya dan aku pun menjerit..

Akhhhh… Lalu aku menelungkup di lantai karpet tak mampu lagi kedua lututku untuk bertumpu.

Penis Irvan mengecil dan meluncur cepat keluar dari duburku. Irvan cepat membalikkan tubuhku.

Langsung aku diselimutinya dan diamasuk ke dalam selimut, sembari mengecupi leherku dan pipiku. Kami terdiam, sampai desah nafas kami normal.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu