2 November 2020
Penulis —  ninja8484

Cintaku untuk bu rachmi

Waktu itu siang menj***** sore, Joni sendirian di rumah, duduk di sofa di depan televisi. Tapi lama kelamaan Joni merasa bosan. Joni memutuskan untuk keluar sebentar mencari rokok, mumpung kedua orang tua Joni sedang tidak dirumah, dan Joni bisa bebas merokok.

Dan Joni pun keluar dengan sepeda motor Joni. Dasar sial warung rokok dekat rumah Joni tutup semua, dan langit mulai tertutup mendung. Joni ragu sejenak, bingung apakah terus mencari warung yang buka atau pulang saja, tapi setahu Joni di dekat jalan raya sana ada warung yang buka. Joni memutuskan tetep mencari rokok ke warung di depan sana.

“Hei, Bu Rahmi!” Joni memanggil wanita berjilbab itu. Ia menoleh dan tersenyum sambil menghampiri Joni.

“Hei Jo! Lagi apa kamu? Beli rokok ya?” tanya wanita itu.

“He.. He.. Ibu tahu aja!”

“Sudah Ibu bilang, jangan merokok!” kata Bu Rahmi,“Nggak baik untuk kesehatan.”

Joni cuman cengar-cengir. Bu Rahmi adalah guru privat adik Joni yang masih kelas 6 SD. Dia adalah seorang ibu berusia 45 tahun dan berjilbab, dan belum dikaruniai anak. Suaminya sudah 2 bulan ini pergi ke aceh menangani sebuah proyek jangka panjang. Seminggu dua kali Bu Rahmi ke rumah Joni untuk memberi les untuk adik Joni.

“Ibu mau ke rumah kan? Bareng yuk, keburu hujan.” Akhirnya dengan agak terpaksa, Bu Rahmi menumpang Joni karena hujan sudah mulai deras. Dari kaca spion joni mencuri2 pandang wajah dan pantat bu Rahmi yang menggairahkan. Tak terasa kontolnya mulai bangun.

Sejak pertama kali bertemu Bu Rahmi, diam-diam Joni mengaguminya. Wanita berjilbab itu cantik dan montok. Wanita yang selalu mengenakan jilbab besr dan baju terusan longgar itu tidak bisa menyembunyikan keindahan dan kemontokan tubuhnya. Semuanya samar terlihat dari balik pakaiannya yang serba longgar.

Lama-lama rasa kagum itu berubah menjadi obsesi. Joni yang terkenal suka mainin cewek, mulai bernafsu mencoba memek sang wanita berjilbab yang jadi guru privat adiknya tadi. Pernah Joni ngintip bu Rahmi yang sedang buang air besar di kamar mandi rumahnya. Sambil mengintip, Joni melakukan onani. Joni ingin sekali merasakan, seperti apakah memek wanita berjilbab yang katanya selalu memelihara dirinya itu.

“Masuk, Bu. Biar Joni ambilkan handuk”

“jo, ibu numpang ke kamar mandi, mau gantri baju. Untung ibu bawa baju ganti. Soalnya tadi baru saja ambil cucian dari laundry.” Kata bu Rahmi. Dan Joni baru tersadar, ini kesempatan baik untuknya melihat kemontokan tubuh bu Rahmi ini. Jadi saat bu Rahmi ganti baju di kamar mandi, segera Joni mengintipnya, menikmati lekuk2 tubuh bu Rahmi yang sangat montok, dan memandangi tubuh putihnya.

Belum lagi joni mencapai klimaksnya, bu Rahmi sudah rampung berganti baju. Jilbab putih yang tadi ia kenakan ia ganti dengan jilbab coklat berbahan kaus yang lembut. Bajunya juga coklat, yang agak tipis. Mereka duduk di sofa ruang tengah, mengobrol sambil minum teh hangat.

“Bukannya jadwal lesnya masih 1 jam lagi Bu?” tanya Joni, sambil berusaha meredam nafsunya yang belum terlampiaskan.

“Iya sih. Ibu habis dari rumah teman Ibu dekat sini, daripada mondar-mandir, sekalian saja ke sini. Lagipula tadi sudah gerimis.” Kata wanita berjilbab itu. Suaranya yang terdengar pasrah khas wanita solo kembali membuat gairah Joni naik ke ubun2. Mereka mengobrol cukup lama.

“Sini Bu, cangkirnya biar diisi lagi.” Joni menawarkan.

“Eh, terima kasih!” Joni menerima cangkir yang diulurkan Bu Rahmi dan beranjak ke dapur. Dengans engaja Joni menyentuhkan tangannya dengan tangan bu Rahmi, walaupun wanita tadi segera menarik tangannya. Ternyata tangan bu Rahmi halus sekali. Pikiran joni langsung melayang, bagaimana rasanya kalo tangan halus wanita cantik berjilbab itu mengocok kontolnya.

Saat Joni membuatkan teh hangat, pikiran-pikiran kotor yang tadi sempat tertahan kembali muncul. Joni mengingat-ingat tubuh Bu Rahmi yang tak mengenakan apa-apa dikamar mandi tadi. Ia membayangkan seperti apa nikmatnya jika memek wanita berjilbab tadi ia sodok2 dengan kontolnya. Dan semakin Joni bayangkan gairahnya semakin menjadi-jadi.

“Ini, Bu!” Joni menaruh cangkir teh di atas meja.

Bu Rahmi tersenyum, “Terima kasih!”

Joni masih berdiri di samping Bu Rahmi. Dan Joni lihat ia sedikit bingung, “Ada apa, Jo?”

Joni tak tahu kenapa Joni bisa begitu nekat waktu itu. Dalam sekejab Joni sudah memeluk Bu Rahmi. Bu Rahmi sangat terkejut dan berusaha melepaskan pelukan Joni. Tapi tenaga Joni lebih kuat. Joni dorong tubuh ibu berjilbab itu hingga rebah di atas sofa.

“Jo, apa-apaan kamu?” Bu Rahmi berontak atas perlakuan Joni. Namun perlukannya semakin erat.

Joni berbisik pelan, “Aku pengen memekmu, Bu!” dan Joni lihat Bu Rahmi semakin terkejut. Ibu setengah baya montok berjilbab itu diam terpaku untuk sesaat. Joni memanfaatkan waktu sesaat itu untuk menyibak jilbab besar bu Rahmi yang montok keatas, dan langsung merenggut lepas kancing-kancing baju panjangyang dikenakan Bu Rahmi.

“Aku menginginkanmu, Bu!”

Joni lihat payudara Bu Rahmi yang bulat berisi di balik bra putihnya. Bu Rahmi hanya memandangnya seakan tak percaya apa yang baru saja terjadi. Wanita alim itu sudah tak lagi meronta, sepertinya sudah pasrah akan apa yang akan terjadi. Mungkin juga karena sudah dua bulan ini ia tidak mendapatkan nafkah dari suaminya, secara tidak sadar ia menginginkan perlakuan Joni itu.

Dengan cepat Joni menyibakkan baju terusan bu Rahmi sampai ke pangkal pahanya, lalu ia lepaskan bra putih wanita berjilbab itu. Di depan Joni kini tampak jelas payudara Bu Rahmi yang sungguh indah, dengan tubuh yang montok, pinggul seksi, dan kaki-kaki jenjangnya. Baju terusan yang sudah awut2an dan jilbab yang tersingkap sudah tidak bisa menutupi keindahan tubuh wanita muda berjilbab itu yang selama ini dirindukan oleh Joni.

Tanpa menunggu Joni mulai mencumbui tubuh seksi Bu Rahmi. Mula-mula dari payudaranya. ia mainkan lidahnya, ia ciumi dengan penuh nafsu, sesekali lidah Joni memainkan putingnya yang menantang. ia rasakan tubuh Bu Rahmi tergetar pelan, dan wanita berjilbab itu mulai mendesah pelan. Sesekai ada berontakan yang setengah hati, mungkin karena dalam hatinya, wanita berjilbab itu juga sungguh menginginkan seks yang sudah dua bulan ini tidak ia dapatkan.

Joni lanjutkan cumbuannya turun ke arah perut, dan semakin ke bawah. Joni menarik turun celana dalam putih bu Rahmi, melalui paha yang putih dan betis yang masih terbalut kaus kaki putih yang semakin menggairahkan nefsu Joni. Saat itu ia dengar suara Bu Rahmi memohon pelan.

“Ja.. Jangan, Jo… nggghhh…!!!”

Tapi Joni tak peduli, Joni mulai mencumbu sela-sela paha itu. Harumnya liang kewanitaan Bu Rahmi membuatnya semakin bergairah. Kepala Joni ia sisipkan di antara kedua paha Bu Rahmi, dan mulai mencumbu liang kewanitaan wanita berjilbab besar itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Ternyata memang benar, apa yang ia dengar.

Memek wanita berjilbab memang lebih harum dan manis dibanding memek wanita biasa. Mungkin karena mereka selalu merawat memeknya sepenuh hati untuk suami mereka. Joni terus memainkan lidahnya di sana, kadang bibir Joni memainkan klitorisnya hingga tubuh Bu Rahmi bergetar, dan desahan-desahan pelan terdengar dari bibir wanita berjilbab itu saat jari Joni menyusup ke dalam memeknya.

“Mmmh… nggghhh…!! Oh.. Jooonnnn… jaaanggaaannn… ooohh… eeenaaaak.. Oh.. Oh!” rintihan bu Rahmi yang tak keruan itu membuat birahi Joni semakin meninggi.

Lidah nakal Joni terus menari-nari di memek wanita berjilbab itu, menyalurkan kenikmatan yang mulai membius kesadaran Bu Rahmi. Sekarang Bu Rahmi mulai hanyut dalam permainan cumbuannya, desahan dan erangannya mengimbangi tarian lidah Joni pada klitorisnya. Baju terusan coklatnya sudah tersibak sampai ke perut.

“eemmmhhh…!!! Aoooohh… jhhooon… Yaa.. Ya! Oh.. Oh, ya… Teruskan.. Oh.. Oh!”

Tak lama kemudian Joni rasakan getaran hebat tubuh Bu Rahmi. Erangannya pun terdengar semakin keras.

“AH.. Ya, ya.. Ohhhh.. Aku.. assattaggaaa… Aku keluaaaar.. Oh yaaa.. Ooohh!” Bu Rahmi menggelinjang hibat dan liang kewanitaannya mulai dibanjiri cairan memeknya, membuat memek wanita montok berjilbab itu semakin becek. Joni menyapukan lidahnya, menjilati cairan itu.

Joni melihat wajah cantik Bu Rahmi yang masih berbalut jilbab yang sudah tersingkap kini bersemu merah, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan pelan. Keringat membasahi tubuhnya yang sintal. Bu Rahmi membuka matanya, lalu memandanga Joni. Pandangannya sayu. Masih belum hilang rasa marah dalam pandangan itu, seakan bertanya ‘Mengapa kamu melakukan ini pada ibu?

Joni sambut bibir Bu Rahmi dengan bibirnya. Selama beberapa saat mereka berpagutan. Dan Joni rasakan ibu muda berjilbab montok itu mulai membalas ciumannya.

Joni mulai melepaskan semua pakaiannya. Segera ia sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Senjata Joni sudah tegang sejak tadi, seperti sebuah rudal yang siap ditembakkan. Ukurannya memang tidak seperti milik bintang film porno yang sering ia lihat, tapi cukup besar juga. Bu Rahmi memandang Joni dengan tatapan ragu, takut, dan nafsu menjadi satu.

“Maaf, Bu!” kata Joni pelan.

Joni tuntun kontolnya ke lubang memek Bu Rahmi. Joni rasakan wanita montok berjilbab itu sedikit menolak saat kepala kontol Joni menyentuh klitorisnya.

“Ja.. Jangan, Jo! Ja.. Jangan dimasukkan, nan.. Nanti..”

“Ibu nggak usah khawatir, Jo tanggung jawab,” katanya, “Jo bisa membuat ibu mabuk kepayang!”

“Ta.. Tapi Jo..”

Belum selesai Bu Rahmi bicara, Joni sudah menusukkan senjatanya hingga masuk setengahnya.

“Eennggghh!!!! Aaahh!!… Ah.. Jo!” Bu Rahmi mulai meronta.

“Tenang Bu!” Joni pegangi kedua tangan putih wanita berjilbab itu.

Joni rasakan lubang memek Bu Rahmi yang masih sempit itu menjepit kontolnya dan meremas-remasnya. Joni bertanya-tanya, mungkinkah suaminya jarang menggunakan memek bu Rahmi? Joni dorong kontolnya hingga menyusup lebih jauh. Bu Rahmi merintih.

“Eennghhh… Sa.. Sakit Jo..”

“Iya.. Iya Bu! Jo pelan-pelan masukinnya.”

Mungkin Bu Rahmi nemang jarang diberi nafkah batin oleh suaminya. Apalagi sekarang sudah dua bulan suaminya tidak memberi, jelas jelas sempit, pikir Joni. Joni lihat titik-titik air mata mulai basahi mata Bu Rahmi, dan ada sebagian yang jatuh ke pipi putih mulus wanita berjilbab itu. Pandangan yang bercampur antara marah dan birahi terlihat di mata wanita montok berjilbab itu.

“Jo.. Hentikan! Ja.. Janganhh… diteruskan… eemmhhh!!!” desah Bu Rahmi.

Kepalang tanggung, pikir Joni. Dan Joni lesakkan kontolnya hingga masuk seluruhnya, sampai-sampai Bu Rahmi menjerit.

“Ah.. Jo, sakit Jo!”

“Tak apa-apa, Bu. Cuman sebentar sakitnya.”

Joni diamkan kontolnya di dalam memek Bu Rahmi selama beberapa saat, ia rasakan pijatan lembut dinding memek wanita berjilbab itu pada kontolnya. Terasa nikmat sekali. Lalu Joni mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, mengocokkan kontolnya di dalam memek Bu Rahmi. Bu Rahmi mengerang, pada awalnya tedengar rintihan kesakitan, namun lambat laun berganti desahan kenikmatan.

“Ya.. Ya, Oh ya sayang! Aku setubuhi kamu, sayanghh…!!” bisik Joni.

Peluh membanjiri tubuh Bu Rahmi, matanya terpejam seakan-akan menjemput kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Desahannya mengiringi gerakan pinggul Joni. Baju terusannya awut-awutan. Jilbabnya yang terlilit ke leher sudah bersimbah peluh. Dahinya berkerut penuh kenikmatan.

“Oh, ya.. Ough.. Ough. Janggannh… Terusss… oohh… mmhh!! Mmhhh!!! Enaaaak, ja.. Jangaanhh… berhentiiihh, ough..”

Joni terus memompa kontolnya keluar masuk, menggesek dinding memek milik wanita berjilbab yang sudah sangat becek itu. Joni lihat tangan Bu Rahmi mulai meremas-remas payudaranya sendiri. Kenikmatan sudah menjalari seluruh tubuhnya. Desahan dan erangan terus menggema di ruangan itu, berbaur dengan deru suara hujan di luar.

Tak lama kemudian Joni lihat Bu Rahmi menggelinjang hebat, dan dari bibirnya terdengar erangan panjang menandakan ia telah mencapai klimaks. Joni rasakan cairan hangat basahi kontolnya di dalam memek wanita montok berjilbab itu.

“Oh, oh.. Ya.. Ooohh.. aastagaaa…! Akuuuhh… keluaaarghh, oh.. Oh..!”

Dan tanpa sadar tangan wanita berjilbab itu meraih Joni dan memeluknya erat sambil terus mengerang merasakan kenikmatan puncak yang menguasai tubuhnya.

“Oh.. Oh, ya ough!”

Nafasnya tersengal-sengal.

“Ya, nikmat sekali, oh..!”

Jonipun merasa sudah hampir mencapai klimaks, maka ia percepat gerakan pinggulnya. Dan sepertinya gerakan Joni memacu kembali gairah Bu Rahmi. Joni rasakan pinggul seksi Bu Rahmi mengimbangi gerakan pinggulnya. Sodokan kontolnya terasa semakin dalam menghujam memek wanita alim berjilbab itu.

“Oh.. Ya.. Oh, lagi sayang.. Oh!” desah Bu Rahmi kesetanan,“Lebih cepat lagi.. Oh.. Oh!!” ternyata nafsu birahi sudah meguasai diri wanita alim itu.

Dan tak lama kemudian Joni rasakan kontolnya berdenyut-denyut.

“A.. Aku hampir keluar Bu!” katanya,“Keluarin di mana?”

“Oh.. Keluarin saja.. Di dalam.. Nggak apa-apa..”

Dan seketika itu juga Joni mencapai puncak, kontolnya memuntahkan banyak cairan mani ke dalam memek Bu Rahmi, memenuhi rongga kewanitaan wanita berjilbab yang sangat hangat.

“Ough.. Bu! Aku keluar, Bu! Oh nikmat sekali, oh..!”

Bu Rahmi menggelinjang lagi, ia mencapai klimaks lagi sesaat setelah Joni orgasme.

“Ya.. Oh, ya sayang.. Aku juga keluar.. Oh.. Oh..”

Tubuh mereka bersimbah peluh, Joni merasakan sangat lelah. Tubuh Joni ia rebahkan di sofa di samping tubuh Bu Rahmi. Nafas mereka tersengal-sengal. ia lihat wajah Bu Rahmi yang bersemu merah tampak cantik, ia membisu.

“ibu marah ya?” tanya Joni. Sang wanita berjilbab tadi diam. Terdengar pelan isak tangisnya terdengar.

Hujan masih turun dengan derasnya. Adik Joni menelpon, katanya ia belum bisa pulang karena hujan belum reda. Dan Joni menghabiskan sore itu berdua bersama Bu Rahmi. Bu Rahmi yang sudah lemas itu kembali disetubuhi dengan berbagai macam gaya oleh Joni. Dan walaupun masih ada rontaan kecil dari ibu muda berjilbab itu, tetap saja wanita alim itu mencapai orgasme berkali2.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu