3 November 2020
Penulis —  Ayusnita

BILIK ASMARA

Mnusia hanya bisa berencana, namun Tuhan juga yang maha menentukan.

Begitu senangnya suamiku setelah aku berhasil mendapatkan Santos. Lalu merencanakan untuk sengaja menghadirkan Santos sekaligus mempersilakannya untuk menggauliku di depan mata suamiku.

Tapi 5 hari setelah pertama kalinya aku merasakan digauli oleh lelaki yang bukan suamiku itu, Santos datang dengan wajah murung. Kebetulan suamiku juga sedang ada di rumah.

“Ada apa San? Kok kelihatannya seperti murung begitu?” tanya suamiku.

“Aku harus pulang kampung Mas. Ayahku sakit keras,” sahut Santos.

“Wow… kampungmu di pulau paling selatan dan dekat dengan Australia kan?”

“Betul Mas. Dari Jakarta harus ganti pesawat dua kali. Lalu dilanjutkan dengan kapal laut. Jauh sekali Mas,” sahut Santos.

“Terus, kapan mau balik ke sini lagi?” tanya suamiku.

“Belum tau Mas. Tergantung dari kondisi ayahku aja.”

“Kapan mau berangkat?” tanyaku nimbrung, dengan perasaan sedih juga karena bakal berpisah dengan Santos. Padahal baru saja aku menikmati sesuatu yang takkan nterlupakan darinya.

“Sekarang juga aku harus Ke jakarta Mbak. Karena aku dapat tiketnya yang trerbang dari Jakarta.”

Aku tak bisa berbuat apa-apa menghadapi perpisahan yang sangat berat buatku itu. Namun setelah Santos berangkat, Mas Pandu seolah tahu apa yang tengah kurasakan, lalu menepuk bahuku sambil berkata, “Gak usah sedih. Dengan mudah aku bisa mendapatkan penggantinya nanti.”

“Sedih sih nggak. Cuma kasihan aja padanya Mas,” sahutku berbohong. Padahal hatiku memang sedang sedih.

“Mmm… yayaya… pokoknya punya kejutan untukmu tiga hari lagi,” kata Mas Pandu.

“Kejutan apa Mas?”

“Lho… kalau dibilang-bilang sekarang, bukan kejutan lagi dong namanya. Pokoknya tiga hari lagi aku bakal punya kejutan untukmu, Sayang.”

Aku tidak tahu kejutan apa yang suamiku katakan itu. Yang jelas selama tiga hari benakku berisi tanda tanya besar. Tentang kejutan yang akan diberikan oleh suamiku itu.

Tiga hari kemudian, ketika suamiku pulang dari kantornya, aku menagih surprise yang dijanjikannya itu. “Mana kejutan yang Mas janjikan itu?” sambutku ketika Mas Pandu baru masuk ke kamar sambil melepaskan dasi dan jasnya.

“Ada… santai aja,” sahutnya sambil mengecup pipiku. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Ternyata sebuah blindfold

(penutup mata yang terbuat dari kulit dan berbentuk seperti kacamata besar).

“Pokoknya surprise itu akan kuberikan sambil menyetubuhimu,” sahut Mas Pandu, “Tapi kali ini matamu harus ditutup pakai blindfold ini. Dan jangan dibuka sebelum kusuruh. Oke?”

“Oke, “aku mengangguk sambil tersenyum. Sambil menerka-nerka barang apa yang akan diberikannya padaku. Apakah sejenis perhiasan seperti kalung atau gelang atau cincin? Ataukah dia mau berbuat romantis dengan memberikan karangan bunga? Entahlah. Yang jelas, Mas Pandu sudah melepaskan pakaiannya sehelai demi sehelai, sampai tinggal celana dalam saja yang masih melekat di tubuhnya.

Lalu Mas Pandu merayap ke atas perutku sambil memegang blindfold dan memasangkannya di mataku, dengan bahan elastis melingkari kepalaku.

Mataku sudah tertutup dan tidak bisa melihat apa-apa lagi. Cuma bisa merasakan Mas Pandu melorot ke bawah. Lalu terasa kemaluanku dijilati, membuatku tergetar-getar dan mengdeliat-geliat dalam nikmat.

Tak lama kemudian terasa liang kemaluanku diterobos oleh sesuatu, yang kupastikan bahwa ini adalah batang kemaluan Mas Pandu.

Lalu terasa liang kewanitaanku mulai dientot perlahan-lahan… makin lama makin cepat. Dan oooh… tumben Mas Pandu begini garangnya mengentotku.

Namun aku masih sempat bertanya, “Mas… abis makan obat kuat ya? Kontolmu ini terasa keras sekali ereksinya…?!”

Sebagai jawaban, Mas Pandu membuka blindfoldku. Mataku pun bisa melihat lagi seperti semula. Tapi apa yang kulihat… sungguh membuatku kaget, “Ini… Yuda?”

Ya aku tahu bahwa Mas Pandu punya adik kembar yang sedang kuliah di Amerika. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba ada di atas perutku dan sedang mengentot liang memekku?

Lalu terdengar suara suamiku yang ternyata sedang berdiri di dekat bantalku, “Itu Yudi, Sayang. Kalau Yuda itu tuh… masih menunggu giliran untuk menggantikan peran Yudi. “Aku masih bisa menoleh ke arah Yuda yang sedang berdiri di samping kananku, dalam keadaan sudah telanjang bulat juga!

Sejak mengenal mereka, aku memang sulit membedakan antara Yuda dengan Yudi.

“Ta… tapi… kalian kan sedang kuliah di Amerika. Kenapa bisa tiba-tiba ada di sini?” tanyaku dengan perasaan tidak keruan, karena kontol Yudi ini… sedang mengentotku dengan gerakan perlahan.

“Kan sudah dua tahun kami tidak pulang, Sekarang kebetulan sedang liburan musim dingin. Jadi kami pulang kampung dulu deh,” sahut Yuda yang masih berdiri di samping kananku, sambil memegangi batang kemaluannya yang tampak sudah ngaceng berat itu.

Yudi tersemnyum, “Dan Mas Pandu menyuguhi sesuatu yang luar biasa enaknya ini Mbak,” kata Yudi sambil mengayun kembali kontolnya, dengan kedua tangan memegangi sepasang toketku…!

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu