1 November 2020
Penulis —  mamahlover

Aku melihat anakku menyetubuhi istriku, ibu kandungnya

ini jawbanya gan

Lalu kudengar Budi berkata dengan pelan, Bu… iyahh Bud, Ada apa? sahut Afreny sambil mendesah lembut. Kita ke kamar depan yuk’ Bu. jawab Budi sambil asik menjamahi tubuh molek istriku. Kenapa kamar depan Bud? tanya Afreny pelan. Takut kalau-kalau Icak dan Rio bangun Bu, ujarnya sedikit terputus karena menyupangi leher jenjang istriku, Makanya kita ke sana saja ya Bu.

lanjutnya sambil mengajak Afreny. jangan nak, tidak usah dilanjutkan lagi! pinta Afreny lembut sambil menahan lenguhan kenikmatan yang ia rasakan. Cukuplah ya Bud, sambung istriku untuk membujuk Budi menghentikan permainan ini, walau dari dalam lubuk hati istriku ini secara jujur dan gamblang ia menikmati betapa mendebarkan dan mengasyikan-nya hubungan terlarang ini.

dengan pelan dan penuh kasih sayang Budi meraih dan menarik lengan istriku Afreny untuk beranjak dari sofa yang dia duduki. dan berbeda dari kalimat penolakan yang ia lontarkan sejak awal, tubuh istriku ternyata lebih jujur dan beranjak dari sofa yang didudukinya mengikuti bujuk rayu jejaka yang umurnya terpaut 20 tahun itu seperti kerbau yang dicolok hidungnya.

Dalam kondisi baju daster bagian atas sudah melorot sampai ke lengan kiri dan kanan bersamaan dengan tali BH putihnya ikut melorot ke lengannya, Belum lagi bagian bawah dasternya yang naik ke atas pinggang sehingga celana dalam warna putih yang dikenakan istriku tadi juga sudah melorot kebawa pas dibawa pinggulnya atau bagian depan sudah dibawa pangkal pahanya, Budi merangkul mesra istriku layak nya pasangan pengantin baru menuju kamar depan yang berukuran 3 x3 meter.

Sambil kepala istriku bersandar di pundak Budi akhirnya keduanya masuk ke kamar depan dan kliikkkk… akhirnya kamar itu dkunci dari dalam oleh pasangan yang sedang dilanda birahi itu. Aku pun mengendap-endap seperti maling merangkak menelusuri loteng rumahku sendiri berpindah posisi menuju kamar maksiat itu.

Sebenernya kamar depan jarang dipakai, hanya untuk tamu atau family yang datang saja, sebab loteng plafon yang terbuat dari bahan triplek juga banyak yang rusak dan ada bolong- bolongnya, sehingga dari atas cukup jelas sekali apalagi pintu jendela menghadap ke arah matahari terbenam yang sinarnya cukup terang sekali.

Di dalam kamar itu terdapat satu buah springbed ukuran 2x2 tidak memakai tiang dengan satu buah bantal guling dan bantal tidur. Jadi langsung diletakan saja di lantai kadang kamar itu dipakai oleh Budi tidur bila menginap di rumahku. Budi dan istriku mendekati springbed itu, kemudian mereka berdua berhenti.

Budi memutar tubuh istriku hingga keduanya saling berhadapan. Lalu dengan lembut dan mesranya Budi berbisik, Buuuu… Buuuuu… Buuddii sayang Ibu bisik bocah itu dengan gemetaran. Ibu tau nak jawab istriku. Dan tiba tiba saja istriku berubah drastis, dengan pengalaman yang ia miliki ia memeluk dan mencium bibir Budi dengan mesra untuk mengusir kegugupan perjakanya itu.

Suara hati Afreny Oh Tuhan apa yang kulakukan, dan mengapa bisa berakhir seperti ini. Sebari tadi aku berusaha memegang teguh janji perkawinanku dengan mas Erlan… tetapi kini aku malah mencumbui anak ini. Aku merasakan secara perlahan tangan Budi meraih pinggangku. Dan aku sadar bahwa celana dalamku sudah melorot ke bawa pinggulku.

Ini akibat tangan nakal Budi yang kubiarkan bebas bergerilya. Akupun bingung kok bisa- bisanya anak itu berbuat nekad seperti ini, padahal usianya masih muda baru 13 tahun, tetapi hal-hal yang hanya di ketahui oleh orang dewasa seperti ini ia sudah dapat mengerti. Aku juga heran sampai saat ini aku sepertinya tidak bisa berbuat banyak dan seolah ada perasaan lain pada anak ini.

Kini tubuhku sudah sedikit merapat ke tubuh Budi dan ketika itu ada sesuatu yang membuatku sedikit bergetar, dan getaran tersebut adalah getaran getaran yang telah sudah sejak lama tak kurasakan bahkan tidak pernah kurasakan sama sekali saat bersama suamiku. Aku merasakan ada yang mengganjal di bawah daerah kemaluanku.

Benda yang mengganjal di bawah pusarku paling bawa terasa sekali, menyentuh nyentuh daerah kemaluanku. Budi semakin menarik pinggulku ke arah tubuhnya, dan benda itu semakin kuat mengganjal bahkan menyodok daerah kemaluanku. Aku dapat menduga benda itu adalah batang penis Budi yang sudah menegang dan sangat keras sekali.

Tapi entahlah apakah memang benar benda itu bantang penisnya Budi yang mengganjal di daerah kemaluan, apakah ada sesuatu yang disimpan Budi di kantong celananya. Kami masih saling lumat bibir, tidak hanya itu Budi berusaha melepas dasterku yang sudah jatuh di kedua lenganku. Tidak sulit bagi Budi untuk melepaskannya

karena dengan pelan dia menurunkan kedua tangaku dan menurunkan secara perlahan dan terus melewati kedua jari tanganku, kemudian terus diturunkan lagi melewati pinggulku, terus dilepaskan saja oleh Budi hingga jatuh di kedua kakiku. Sekarang kini hanya tinggal BH dan celana dalam putihku yang masih melekat, itupun sudah tak sempurna lagi.

Tali BH-ku sudah jatuh kedua lenganku, sedangkan cupnya berukuran 36B sudah terbuka yang menampakan keindahan payudaraku. Rasa malupun mulai menyelimuti diriku, di hadapan anak yang baru berusia 13 tahun ini aku seperti bahan mainannya. Walau sebenarnya anak ini seusia dengan anakku Rio, yang kadang sering melihatku telanjang dada bahkan telanjang bulat di kamar ketika selesai mandi.

Itu semua hanyalah pikiranku saja, tapi ternyata berbeda dari apa yang kuhadapi. Budi menatapku dengan tatapan penuh arti, tatapan sebuah permintaan, dan tatapan birahi seorang anak yang baru beranjak remaja. Lalu Budi juga membuka baju kaosnya dengan sangat cepat sekali, aku hanya menatap wajahnya dengan penuh kecemasan, aku tidak mengetahui kapan dia membuka celana pendeknya, yang kutahu tiba-tiba Budi meraih pinggulku dirapatkannya ke tubuhnya sambil meremas-remas pinggulku.

Kembali aku merasakan benda tumpul menyodok daerah kemaluanku. Akupun berciuman kembali dengan Budi tidak hanya itu Budi telah berhasil melepaskan pengait BH ku. Dan BH ku dilepaskannya dari kedua belah tanganku. Kemudian aku berbicara pelan kepada Budi, Kenapa kamu berperilaku seperti ini nak? ujarku sambil menatap dalam matanya yang terlihat memang agak gugup Tidak kau merasa takut apa yang akan kamu lakukan?

pandangannya dari tatapanku. Aku pegang bahunya, dan ia menatapku sembari membelai pipiku. Perasaanku tidak menentu, tiba-tiba aku memeluknya dengan erat. Lalu aku rasakan celana dalamku terasa pelan-pelan melorot turun dan terus turun ke bawah hingga jatuh di bawa kakiku seperti halnya baju dasterku.

Aku semakin erat memeluknya tidak hanya itu sambil meraba, Budi menekankan pinggulku ke arahnya hingga terasa sekali benda yang dari tadi mengganjal itu tidak lain batang penisnya yang sudah semakin tegang. Itu kutahu karena ketika berpelukan, tanganku sedikit turun ke pinggul Budi dan tak ditemukan

lagi kolor yang melekat di pinggulnya. Kini aku dan Budi sudah sama- sama telanjang bulat dan akupun tidak dapat berkata apa lagi, karena kondisi sudah seperti ini hingga tidak dapat berbuat banyak. Apalagi sekarang tangan kanan Budi menaikan kaki kiriku ke atas springbed sehingga bagian bawah selangkangan agak terbuka.

penis Budi semakin terasa mengenai daerah vaginaku, bahkan sedikit mengenai bibir vaginaku. Aku semakin erat memeluk Budi, seperti ada kehangatan dan kenyaman dalam pelukan anak ini, getaran-getaran cinta seorang anak terhadap ibu, sebalik getaran cinta ibu terhadap anaknya. Batang penis Budi terasa hangat walau hanya menyenggol bibir luar vaginaku.

Kini Budi membimbingku duduk di pinggir springbad, setelah duduk kami saling berpandangan dengan mesra. Kemudian Budi mengecup keningku, terasa sekali sentuhan lembut penuh kasih sayang diberikan anak ini. Sekilas aku melihat batang penis Budi yang tegang berdiri, Aku tercekat kaget dibuatnya. Astaga…

Penis Budi… bisa sebesar dan sepanjang ini !? Apakah aku bermimpi? Aku tidak tahu ukurannya tapi yang jelas aku merasa ngeri, dan tiba-tiba aku memeluk Budi dengan erat sambil kepalaku kusandarkan ke bahunya. Walau gelora birahi ku sudah sampai ubun ubun, namun karena kengerian akan ukuran kemaluan anak ini akupun menjadi merasa sedikit takut dan ngeri sehingga aku berusaha untuk menghentikan permainan ini, Hentikan saja ya nak perbuatan ini.

Kita sudah melampaui batas, seharusnya kita tidak melakukan perbuatan semacam ini. Seharusnya ibu memberikan pengertian kepadamu Bud, bukan menyesatkanmu dengan melakukan perbuatan tidak terpuji dan terlarang seperti ini. Tapi Bu, rasanya sulit untuk Budi hentikan. Karena dada ini, hati ini, otak ini, telah diselimuti dirasuki perasaan yang tidak bisa dihentikan.

Apalagi keinginan itu sangat kuat Bu. ujar Budi membantah omonganku. Tapi nak, kamu masih muda harus melawan hawa nafsumu, Bu Afenry, Budi mohon berikan kesempatan pertama buat Budi. Budi pingin sekali mencoba apa yang belum pernah Budi rasakan. Bolehkan Bu? Tolonglah Bu hanya bersama Ibu saja.

Wah apa ya? gan?

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu