3 November 2020
Penulis —  ryusasazaki44

Adikku Misca Ketiduran

Part IV - Melatih Birahi Misca 2

Mendengar panggilan nyokap kami.

“Y.. Ya” Jawab kami bersamaan.

Tanganku segera kutarik dari dalam kaos adikku. Misca bangkit dari duduknya membetulkan tali Bhnya yang sedikit tergeser kemudian menatapku. Adikku langsung menuju ke kamar mandi untuk cuci muka. Sebenarnya aku menjadi tak nafsu makan karena kesempatan bagus harus dilepaskan. Perumpamaannya baru saja saklar ON, namun PLN memutuskan arus listriknya.

Setelah selesai makan, aku bergegas untuk melakukan ritual. Ritualnya berkonsentrasi ditoilet. Ku ingat kembali kejadian yang baru saja terjadi, dadaku kembali berdebar tak kala mengingat sensasi yang kurasakan saat aku mencumbu adikku yang masih sadar. Akupun beronani memakai sabun (bukan sabun bolong), karena juniorku yang sudah sudah tak tahan dari tadi.

Sesudah selesai urusanku, aku keluar dan kudapati adikku menonton tv sendirian, tak terlihat sedikitpun orang tua kami. Ada dua kontradiksi dalam pikiranku saat ini. Disatu sisi aku ingin menghampirinya. Disisi lain aku ingin menghindarinya. Menyadari kehadiranku, adikku hanya sekilas meliriku dan kembali menonton tv.

“Deg… Deg… Deg.. Deg!”

Aku duduk di sofa yang sama dengan adikku namun sedikit menjauh. Adikku cuek dengan adanya kehadiranku, dia hanya fokus menonton acara tv. Walaupun suara volume tv yang besar, tak cukup menghalau suara debaran jantungku dari pendengaranku. Adikku sesekali melirikku.

Gue: “Um D.. dek, nyokap.. bokap kemana?” tanyaku sedikit terbata

(NB: Bokap keluar karna ada tahlilan, nyokap udah dikamar istirahat.)

Misca: “Tauk!”

Gue: “A-Anu… Dek, buat yang tad-”

Misca: “Berisik!!”

Gue: “Dek, mas cuma mau jela-..!!”

Misca: “Dieeem napa!!!”

Menoleh kearahku matanya yang berkaca

Melihatnya begitu reflek kugeser tempat dudukku mendekati adikku. Hendak mendorong kedatanganku.

“Mmpphh… Mpphhm.. Mphhhm”

Langsung kuraih kepalanya dengan kedua tanganku dan langsung kucium tanpa permisi, bukan karena nafsu tapi lebih karena aku tak tahan lihat perempuan nangis. Tentu penolakannya besar, banyak usaha seperti mendorongku, mencoba menghindari ciumanku dannyang extrem baik badan / kepalaku tak luput dipukul-pukul, ditampar, dicubit (dicubit paling sakit, Aku mah pasrah aja diamuk).

Bahkan saat adikku hendak mencoba menggeser duduknya kesamping untuk membuat jarak, itu malah membuat dia tertimpa dan tertindih olehku. Cukup lama 10 menit sampai adikku mulai tak meronta-ronta. Setelah yakin tenang aku lepaskan ciumanku. Tanganku masih memegang adikku untuk berjaga-jaga. Aku kuusap air mata nya.

“Mas..! Aku itu siapamu??” isaknya

“Aku juga ga tahu dek!! Mas cuma-”

“Nafsu iya!!”

(well gan, gak bisa dipungkiri ane juga mulai nangis gan)

Adikku bangkit, pergi kekamarnya. Aku mengira dia bakal pergi begitu saja. Ternyata adikku hanya mengambil kunci yang terpasang dipintu kamarnya dan menguncinya dari luar. Aku sendiri mulai bingung melihatnya maksudnya. Kemudian dia menarik tanganku kearah kamarku dan dia juga tak lupa mengunci kamarku dari dalam.

Misca: “Mas, harusnya aku yang nangis bukan mas.”

Misca: “Aku marah juga kecewa ke mas, mas tahu, aku dari kecil sampai sekarang itu kagum ke mas. Mas juga yang paling baik ke aku dari dulu.” isaknya sambil membelai kepalaku

Misca: “Adek cuma minta tolong, Jangan seperti tadi mas. Kalo ketahuan gak cukup mas di usir.”

Gue: ”…”

Misca: “Mas sayang kan sama adek.”

Gue: ”…” mengangguk.

Misca: “lihat aku bentar mas”

Aku menurutinya, dan adikku menciumku bibirku.

“Mmmphhh”

Gue: “D.. dek” kagetku

Misca: “Gapapa mas, cuma sekali ini aja dan tolong kedepannya jangan ungkit lagi kejadian sore ini maupun yang sekarang. Ya mas” pintanya

Kami berciuman kembali lebih mesra.

“Mmpphhh mmmmpphh”

Tiba-tiba tangan kananku digengam dan diarahkan ke payudaranya. (Ane paling kaget dan paling seneng banget kalo inget ini + ngaceng.)

Karena kaget aku sedikit bengong. Adikku senyum dan berkata.

Misca: “Kok bengong, Katanya mau mijit aku tadi”

Misca: “Jujur Ini juga salah mas tadi, bikin aku horny”

Gue: “G.. gimana kalau ketahuan ada ibu sama bapak!”

Misca: “Hmmm, Tadi kok berani???” melototnya

Gue: “Tadi cuma nekat…?!”

Misca: “Adek kasih tahu, bokap baru keluar, nyokap di kamar.”

Tanpa bertanya lebih lanjut, kuremas payudaranya. kiri kanan. Adikku memintaku memutar mp3 volume maximal. Kami berpangutan, lidah kami menari dan bertukar ludah.

“Mmmmppphh mmmmpphhh slruup mmmmpphhhhh”

Tak lupa kuremas payudaranya. Aku lupa berapa lama, yang pasti cukup lama karna posisi misca sudah kutindih.

“Uukkhhh… uuugghhhh… Mmmmn ahhh” Desah Misca

Gue: “Dek, boleh dbuka yaa” pintaku

Misca: “Ummm.. Tapi adek mau mas janji dulu, cuma atasan aja ga boleh lebih.”

Gue: “Tapi..”

Misca: “Gak, pokonya cuma itu yang bisa adek kasih ke mas. Lebih dari itu adek bakal teriak!”

Gue: “Iya mas janji sayang”

Kutarik bajunya keatas, dan adikku membatu melepas Bh-nya. Tak ku sia-siakan sertiap detiknya. Setelah terpampang sudah payudara nya yang menggantung (Sedikit kukagumi, karna lebih indah seperti inindari pada saat tertidur)

Gue: “Mas suka susumu dek, lebih bagus dari punya risa”

Misca: “apaan coba gombball”

Lngsung kulahap buah payudaranya bergantian.

“Uuuhhhhhgg mass pelllaaann pelaaaan donk”

“Sruuullppp mmmpp” ku sedot putingnya

“Ihhh.. ahhhh ahhhh mmmmhh mass gelii… ahhhh teruuuuus mmasss”

“Awwww jangann digigit aahhh oohhbh oohhhh masss enaak”

Mendengar desah misca, dengan menyebut kakaknya, sungggu membuat ku tambah bersemangat.

Kuulepas bajuku, tak ada protes dari adikku. Kulanjutkan aksiku mencumbu badan telanjang adikku. Leher, pundak, perut tak ada yang luput dari sapuan lidahku. Beberapa kali tanganku mengarah ke kemaluan adikku, tapi dicegahnya.

Desakan dibalik celanaku makin ketat. Kontolku meminta dibebaskan, kulepas celanaku dan celana dalamku. Akupun tak memakai apa-apa. Juniorku yang sudah bebas terpampang sudah. Adikku sedikit protes.

Misca: “Ahh.. Kok dibuka semuaaaa” sambil menutupi wajahnya.

Gue: “Gerah yaang”

Misca: “Iuuuhhh syang sayang”

Gue: “Sayang jepittin kontol mas pke susumu ya” pintaku

Misca: “Ih buaat apaa”

Gue: “Mas pengennd ngentotin susumu”

Misca: “Ogaah.. aku gak mau jijik mas” tolaknya

Gue: “Kalo gitu kocokin, ya please”

Misca: “mmm… tapi gak ngerti mas aku!”

Ku bangunkan adikku untuk duduk, ku arahkan tangan adikku untuk menggenggam kontolku. Adikku mengalihkan mukanya, dengan ragu mengikuti arahanku menggenggam batang kemaluanku. Aku meminta dia meludahii tangannya sebelum memeggenggam batangku. Kuajari caranya mengocok batang milik lelaki. Walaupun sedikit kaku, lumayanlah pikirku.

“ahh yess enak yank, lebih cepet!“perintahku

Adikku gelagapan mempercepat tempo kocokannya. Lama adikku mengocok batangku akupun ingin memuntahinya dengan sperma.

“Dek ambil tisuu cepetan, mas pengen keluar!!”

Kaget dengan ucapanku, adikku berusaha menggapai tisu di dekatnya tanpa menghentikan kocokannya. Sebelum adikku dapat meraih tisu-nya. Kontolku lebih dulu menyemburkan spermaku. kearahnya.

“Aahhhhhhhhh” erangku

“Crooooot croooot crooot crooooot croot”

5 kali semburan deras sperma panas mengenai tangan, pundak dan pipi kakannya. Karena kaget mendapat cipratan sperma hangat, adikku langsung melepas tangannya dari batangku dan menjauh dengan expresi sedikit jijik. Sprei kasur pun menjadi kotor akibat tumpahan sperma.

Misca: “mas! sengaja ya muncratin ke aku.”

Gue: “Hhehehh, gak kok cuma keenakan di kocokin kamu yank.”

Misca: “bo’ong pasti sengaja”

Gue: “Enggak sayang!”

Kemudian aku membersihkan, sisa cipratan sperma yang kemana-kemana. Kamipun membersihkan sperma yang kemana2. Tak lupa ku bantu membersihkan sperma yang mengenai adikku.

Sudah 2 jam ternyata waktu yang kami habiskan dengan bercumbu. Kami pun bersandar diatas tempat tidur dan kunyalakan kipas angin untuk menyegarkan tubuh kami. Karna malam masih panjang.

Gue: “Makasih ya syang”

Misca: “Ihh lo mas ni, jangan pake syang syangan np!! ku aduin mba risa loh?!”

Gue: “Kali ini aja gapapa ya, kan mas emng sayang kmu.”

Misca: “Ihhhn jijik tahu mas. Oke, tapi inget lo sama janjinya tadi cuma kali ini! Dosa mas. besok pokonya kita udah harus jadi kakak adik lagi. Ngerti!!”

Aku hanya mengangguk dan tersenyum kutarik dagunya, kukecup bibirnya.

“Mmmpphhh mas”

“Yaanng…”

“hmmm..”

“pengen lagii…”

Plaaaaakk

Malam itu kami berdua bercumbu kembali, adikku kembali kekamarnya sekitar jam 12 malam. Aku pun tidur dengan nyenyak dengan beban yang sudah berkurang. Meski dalam perjanjian yang dibuat adikku ini merupakan yang pertama dan yang terakhir kalinya. Tapi dia ia tidak mengatakan aku tak mencabulinya saat dia tidur.

To be Continued at - Malam peperangan

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu