1 November 2020
Penulis — bennoda
Seharusnya ini tak terjadi, mak.. Bagian II
Pada sore harinya, Halimah yang selesai mengangkat pakaian dari jemuran terlihat kelibat anaknya yang sedang terbaring di sofa. Bunyi tv masih terdengar namun tidak pasti apakah anaknya sedang tidur atau tidak. Perlahan-lahan dia menghampiri anaknya dan dia melihat mata anaknya terpejam rapat. Terlintas di fikirannya ingin mengulangi kembali saat-saat indah menikmati zakar keras anaknya di dalam genggamannya.
Sementara itu, Maman yang terbaring di sofa sebenarnya tidak tidur. Dia sebenarnya ingin memancing emaknya karena kenikmatan zakarnya dikocok pagi tadi mendorongnya untuk menikmatinya sekali lagi. Dia tahu emaknya ragu-ragu memastikan apakah dirinya sedang tidur. Jadi Maman sengaja mematikan dirinya di atas sofa.
Halimah sadar, inilah waktunya yang paling sesuai untuk melepaskan nafsunya. Tanpa segan lagi, Halimah menyelak celana pendek tipis anaknya. Zakar anaknya yang gemuk dan panjang itu di pegang dan terus di kocoknya. Tidak sampai semenit, zakar anak bujangnya itu sudah mengeras di dalam genggamannya. Halimah berkali-kali menelan air liur melihat zakar yang keras di hadapan matanya itu.
Halimah sadar, seleranya kepada zakar anak lelakinya itu meluap-luap di lubuk nafsunya. Dia tahu risiko melakukan perbuatan terkutuk itu, lebih-lebih lagi bersama darah dagingnya sendiri. Halimah menggigit bibirnya gemas. Halimah tidak peduli, tekaknya seolah berdenyut ketagihan melihat zakar tegang anaknya di depan mata.
Maman sekali lagi menggeliat kenikmatan. Zakarnya yang sedang di pegang emaknya tiba-tiba merasakan memasuki lubang yang hangat dan basah. Perlahan-lahan dia membuka matanya kecil. Dilihatnya zakarnya kini sudah separuh hilang di dalam mulut emaknya. Terlihat olehnya raut muka emaknya yang masih cantik itu sedang mengulum zakarnya dengan matanya yang tertutup.
Hidung emaknya kelihatan kembang kempis bersama deru nafas yang semakin cepat. Inilah pertama kali Maman merasakan bagaimana nikmat zakarnya di nikmati mulut wanita. Kenikmatan yang dirasakan membuatnya tidak peduli siapa wanita yang sedang mengulum zakarnya itu. Lebih-lebih lagi, itu bukan dilakukan secara paksa.
Halimah yang yakin anaknya tidur, perlahan-lahan menghisap zakar anaknya. Perlahan-lahan dia menghirup air liurnya yang meleleh di zakar anaknya. Penuh mulut Halimah menghisap zakar Maman. Semakin lama Halimah menghisap zakar Maman, semakin dia lupa bahwa dia sedang menghisap zakar anaknya sendiri. Perasaan Halimah yang diselubungi nafsu membuatkan dia semakin galak menghisap zakar anaknya.
Zakar keras yang penuh menusuk lelangit mulutnya dirasakan sungguh menggairahkan, air pelumas anaknya yang menyatu dengan air liurnya dirasakan sungguh membangkitkan selera. Sudah lama benar dia tidak menikmati zakar suaminya. Dirinya seolah-olah seperti seorang anak kecil yang senang setelah mendapat pemainan baru.
Maman semakin tidak tahan. Hisapan ibunya di zakarnya yang keras menegang itu membuat Maman semakin tak karuan. Dia nekat, apa yang terjadi, jadilah. Dia tak dapat bertahan lagi berpura-pura tidur seperti itu. Akhirnya disaat air maninya hendak meledak. Maman memberanikan dirinya memegang kepala emaknya, Halimah.
Kepala ibu kandungnya yang sedang galak turun naik menghisap zakarnya itu di pegang dan di tarik rapat kepadanya, membuatkan zakarnya terbenam jauh ke tekak Halimah, ibu kandungnya. Halimah terkejut, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Serta merta dia merasakan teramat malu apabila disadarinya, anaknya sadar dengan perbuatannya, malah, anaknya memegang kepalanya sementara zakar anaknya itu semakin terbenam jauh ke dalam mulutnya.
Halimah yang sadar, zakar anaknya itu sedang memuntahkan air mani di dalam mulutnya terus diam tidak meronta. Dia membiarkan saja mulutnya menerima pancutan demi pancutan panas air mani anaknya hingga tidak dapat ditampung oleh mulutnya itu. Halimah tak ada pilihan, dia tidak dapat melepas kepalanya agar zakar anaknya memancut di luar mulutnya.
Pautan tangan Maman di kepala emaknya semakin longgar, seiring dengan air maninya yang semakin habis memancut dari zakarnya. Halimah mengambil peluang itu dengan terus menarik kepalanya hingga terlepas zakar Maman dari mulutnya. Segera Halimah bangun dan berlari ke kamar. Maman yang tiba-tiba merasakan penyesalan itu segera bangun ke kamar emaknya.
“Makk… Maaf makk… Maman minta maaf mak… Man tak sengaja makk… Mak…” Rayu Maman di luar kamar emaknya.
Sementara di dalam kamar, Halimah sedang tertelungkup di atas tempat tidur. Membenamkan mukanya ke bantal dengan air matanya yang semakin bercucuran jatuh. Rasa penyesalan akibat pengaruh nafsu telah membuat dirinya seolah hilang harga diri hingga melakukan perbuatan terkutuk itu dengan anak kandungnya sendiri.
Bersambung lagi ..