1 November 2020
Penulis —  toket_erni

Mila Story

Suatu hari, dalam perjalanan pulang dari Carefour, tiba2 di daerah tendean mobilku kepanasan dan mengeluarkan asap dari balik kap mobil. Di dekat situ ada sebuah pompa bensin dan aku sempat meminta tolong, namun para pekerja situ menyarankan aku untuk segera ke bengkel yang letaknya tak jauh dari situ.

Sesampainya aku di bengkel, Nampak ada dua orang montir sedang duduk2 dan meminum segelas jamu. Ketika aku jelaskan permasalahanku mereka dengan sigap mengikutiku ke mobil. Mobilku yang tidak bisa dihidupkan lagi akhirnya didorong masuk ke bengkel kecil tempat mereka yang Cuma muat untuk satu mobil saja.

Aku menelepon suamiku, setelah menjelaskan keadaan mobil suamiku meminta agar dia berbicara dengan montir. Aku memberikan hpku ke salah satu montir dan merekapun berbicara yang aku gak tau jelas apa saja yang dibicarakan. Saat itu aku sedang memperhatikan montir lainnya yang ternyata sedang berbicara dengan penjual jamu gendong.

Dari pembiacaraan mereka aku tau kalau si Montir yg bernama Rudi itu sekali2 melecehkan si mbok jamu yang masih muda dengan guyonan joroknya. Inti pembicaraan Rudi adalah meminta jamu kuat lelaki tapi sekaligus obyek pelampiasan dari efek setelah meeminum jamu itu. Aku kasihan juga dengan si Mbok jamu itu menanggapi guyonan Rudi.

Dia mengatakan yang penting di cek dulu apa radiatornya bocor, soalnya menurut suamiku dia rajin mengontrol mobil jadi mestinya gak mungkin penyebabnya kurang air. Montir yang bernama Adi ini langsung memerintah Rudi memeriksa radiator. Rudi yang telah selesai meminum jamu, mengatakan pada Adi kalau si Mbok Jamu lagi2 Cuma membawa segar lelaki bukan kuat lelaki.

Adi ternyata sama saja ikut2an becanda jorok malah lebih parah dari Rudi. Waktu Adi melihatku memperhatikannya dia mencoba tersenyum ramah dan menawarkan jamu. Si Mbok jamu menawarkan jamu dan akupun meminta jamu beras kencur. Adi menimpali pesenanku agar si Mbok jamu jangan salah memberikan jamu segar lelaki.

Saat meminum jamu aku sempat berbasa basi dengan si Mbok jamu dan akhirnya setelah menghabiskan jamu, aku kembalikan gelasnya ke Adi dan memberikannya ke si Mbok. Adi sedikit becanda menyakan apakah milik si Mbok sebesar diameter gelas atau tidak, kalau iya berarti si Mbok harus minum jamu sari rapetnya sendiri, dari pada nanti kalau bertempur dengan dia, Adi tidak usah melakukan gerakan ngebor.

Adi mengatakannya sambil memeragakan gerakan yang memang tidak sopan, dan sambil melirikku. Ahhh aku Cuma diam saja. Aku membayar semua jamunya dengan member lebih. Pada saat si Mbok jamu mengangkat bakulnya Adi membantu dan saat selendang jamunya diselempangkan di dadanya Nampak dada si Mbok jamu menonjol besar.

Sialan batinku. Walaupun marah2 si Mbok masih saja tersenyum menanggapi tingkah Adi. Dia pun pamitan. Rudi yang sedang asik memeriksa radiator berteriak “Tun kapan kamu tidur sama aku?” si Mbok jamu hanya menimpali agar Rudi kerja saja membuka mesinnya. Rudi menyauti lagi “kalau ini dibuka muncrat” Adi tertawa2 dan si Mbok jamu mesem2 sambil menyumpahi Rudi edan dan porno.

“Maaf bu, ya Cuma becanda” ujar Rudi dari balik kap mobil ku. Aku melirik Adi yang tanpa sengaja aku lihat dia memegang2 burungnya sambil melihat kepadaku dan si Mbok. Kurang ajar memang ini orang batinku. Tadinya aku pikir Adi Cuma tidak sengaja melakukan hal itu. Tapi waktu si Mbok jamu berlalu dan aku membuka pintu belakang mobil hendak mencari botol air minum.

Adi yang berlalu di belakangku, dengan sengaja menggeserkan penisnya di pantatku yang sedang merunduk mencari botol di jok belakang. Ahh dia sudah kurang ajar nampaknya. Tapi aku diam saja. Lagi2 pikiran liarku sedikit menggodaku. Tapi aku coba bertahan. Masa dulu sama si Mbah sekarang sama montir yang kotor2 ini batinku.

Aku melihat Adi sedang memperhatikan aku. Bukannya malu ketahuan mencuri pandang dia malah berkata kalau aku mirip Marissa Haque yang hitam manis. Aku melihat ke bawah sepertinya burung Adi agak berdiri. Gila memang orang ini niat kali ya batinku. Rudi yang tadi memeriksa radiator mamanggilku, di depan kap mobil Rudi menjelaskan bahwa ada yang bocor radiatorku dan harus dibongkar supaya bisa ditambal Cuma ahrus menunggu dingin.

Beberapa menit menunggu aku memainkan HP sambil ber SMS ria dengan Regy, dan menceritakan kelakuan dua montir ini. Regy menertawakan aku, dan mengatakan kalau dia diposisiku sudah dia sikat dua orang itu. Aku bilang aku takut risikonya kalau2 dua orang itu suka jajan sembarangan. Lamunanku tersentak saat Adi menerima telepon dan mengatakan pada Rudi bahwa istrinya telpon.

Rudi menerima telpon dan ketika dia hendak duduk dengan membelakangi aku sedikit terlihat celana Rudi kedodoran dan terlihat jelas belahan pantatnya. Aku melihatnya terus. Setelah menerima telpon Rudi bilang bahwa istrinya akan membuat masakan dan meminta bantuan istri Adi. Adi hanya bilang agar istri Rudi saja yang telpon istrinya Rudi menuruti Adi yang memang lebih tua dan sepertinya memang pemilik bengkel ini.

Waktu Rudi menelepon istrinya lagi2 aku melihat belahan pantat Rudi. Sepertinya Rudi tidak sehitam Adi. Selesai menerima telpon Rudi kembali kea rah mobilku, dan aku beradu pandang lagi dengan Adi. Dan Adi tidak malu2 melihatku. “Duduk sini aja mbak biar gak panas” ujar Adi. Aku bilang justru enak di situ saja karena ada angin.

Tak lama aku ingin pup. Walaupun sudah aku tahan takut tak ada toilet atau takut toiletnya jorok, namun tetap saja aku gak bisa menahannya. Adi menunjukkan toilet di belakang bengkel yang cukup kecil tapi tidak jorok. Adi menghidupkan lampu dan lagi2 saat dia berlalu dengan sengaja dia menggesekkan penis dibalik celana jeans pendeknya ke pantatku.

Hmmm kayanya sudah horny Adi ini. Aku bertahan saja dengan perlakuan Adi itu. Waktu aku akan pup karena harus jongkok sementara aku menggunakan baju muslim terusan, maka supaya tidak basah aku terpaksa membuka bajuku dan menggantungnya. Praktis aku hanya menggunakan BH saja. Waktu aku selesai pup dan hendak menggunakan celana dalamku aku baru sadar kalau WC itu ada jendelanya dan ada orang yang melihatku dari ruangan gelap disamping jendela itu.

Dari topinya aku tau itu Adi. Aku tau Adi masih menatapku walaupun aku sempat melihat kearah matanya. Aku bingung, tapi aku cepat2 menggunakan baju dan keluar. Aku duduk lagi dikursi luar, Adi baru keluar dari belakang sambil membawa arlojiku yang ternyata tertinggal. Saat menyerahkan arloji Adi menyempatkan meremas tanganku.

Rudi ternyata telah selesai membongkar radiatorku, dari kolong mobil dia berjalan keluar dan menuangkan sisa2 air di radiatorku. Rudi meletakkan radiatorku dan dia berjalan masuk kea rah Adi sambil memnita uang untuk membawa radiatorku ke tukang las.

“Kamu kok diam aja Boss, mikirin Atun ya? Makanya cari uang kalau punya 1 juta paling dia mau.” Ujar Rudi seenaknya tanpa memperdulikan aku. Adi menimpalinya dengan berkata, ambil saja Atun. Setelah mendapatkan uang dan dengan ramah permisi kepadaku tak lama Rudipun pergi naik angkot. Kini tinggal aku dan Adi.

Adi makin berani menatapku lekat2, dari balik meja kasir sambil mengangkat salah satu kakinya ke kursi. Tangan satunya memegang batang rokok dan satunya entah mungkin masih memegang burungnya. Aduh jangan2 Adi coli batinku. Aku bingung. Aku pun lagi2 memainkan HP ku dan SMS Regy. Benar menurut Regy paling Adi sedang coli.

Aku bertanya pada Regy apa yang harus aku lakukan? Apa aku pergi saja? Tapi banyak belanjaan dan ada laptop di mobil aku ragu… Lama tak dijawab oleh Regy, begitu aku akan pergi Adi menerima telpon. Baru saja aku mau bilang mau keluar sebentar Adi memanggilku mengatakan bahwa telpon itu dari Rudi.

Aku meraih telepon itu dan segera berbicara dengan Rudi. Rudi menjelaskan bahwa bolongnya agak parah mau ganti radiator atau mau tetap di las. Aku gak mengerti dan begitu aku mau menanyakan pada Adi aku kaget, ternyata memang betul Adi sedang coli. Penisnya ternyata sudah diluar celana, jadi selama tadi duduk ternyata Adi sambil mengusap2 penis hitam dan panjangnya itu.

Aku ngeri melihatnya sedikit terbata2 aku bingung menjawab Adi bangkit dia berjalan kebelakangku sambil memeluk aku yang sedang menerima telpon dari Rudi Adi bilang agar beli radiator saja. Rudi masih menyakan beberapa hal ke aku lewat telpon tapi aku sudah tidak tau mau bagamana. Tangan Adi sudah meremas2 susuku dan aku merasa burungnya sudah menempel keras di pantatku.

“Bilang Beli saja di langganan di daerah mayestik” ujar Adi. Aku mengatakan hal itu kepada Rudi. Telepon segera kututup aku ingin segera pergi. Tapi ketika aku berbalik Adi justru menciumi aku sambil mendorngku jalan mundur masuk ke belakang. Begitu masuk melewati tiarai kain Adi membiarkan celana pendeknya terlepas dan salah satu tangannya memegang kepalaku agar dia bisa menciumku.

Setelah retsleting terbuka tangan itu membuka tali BHku dan mulutnya masih saja mencoba mencium mulutku sedangkan penisnya yang tegak itu seperti pistol yang menusuk2 menodongku agar terus mundur hingga aku tak bisa mundur lagi karena ada tembok dibelakangku. Aku Cuma bisa meminta dengan lirih untuk menyudahinya tapi dia malah dengan leluasa melepaskan bajuku hingga aku hanya menggunakan celana dalam saja.

Adi menghidukpan lampu kamar dan menikmati tubuhku yang telanjang. Sementara baju Bh, dan HPku sudah di buangnya di dekat kasur tanpa dipan yang ada di lantai. Karena tak bisa menciumku Adi merunduk dan mengulum putting susuku dengan buas dan salah satu tangannya mulai meremas2 selangkanganku dari balik celana dalamku.

Aku tentu saja tak bisa lagi bertahan. Merasakan aku tak lagi melawan Adi membuka celana dalamku dan menciumi vaginaku. Adi menciumi vaginaku sambil memainkannya dengan jari2 tangan kanannya. Aku yang sambil berdiri bersandar di dinding mencoba menahan kepala Adi namun ketika dua jarinya menusuk dalam ke area sensitifku aku hanya melongo dan mengelepar ketika jari2 itu mengocok2 bagian itu.

“Enak ya sayang?”

“iya mas” jawabku. Di cabutnya tangannya. Aku yang lemas tak mampu berdiri melihat aku agak jongkok. Adi mengarahkan penis hitam legamnya ke mulutku. Aku pun mengulumnya. Sudah lama aku tidak melakukan ini. Karena tadinya hanya si Mbah yang aku sepong, sedangkan suamiku tak pernah. Aku agak terkesima dengan ukuran panjang penis Adi.

Kepalanya besar tapi batangnya tidak sebesar kepalanya. Tapi batang itu panjang. Bentuknya aneh, tapi begaimanapun bentuknya akhirnya masuk kemulutku. Adi sempat mendorong masuk penisnya hingga penuh. Aku merasakan kepalanya menyentuh tonjolan amandelku walaupun belum semuanya masuk. Setelah itu ditarik keluar.

Aku pun membimbing penisnya masuk vaginaku yang sudah kuyup tadi. Kepalanya yang besar akhirnya masuk. Sedikit2 batangnya masuk. Aku merasakan sudah semuanya namun kok pantatku serasa ngawang. Belum semuanya mungkin, dan Adi pun tiba2 menyentaknya dari bawah hingga masuk semua aku kaget dan merasa sedikit ngilu apa lagi bagian G spotku tersentak.

“Bunda gimana mobilnya”

“mm mini sedang di dongkrak sama montirnya” jawabku. Adi tersenyum mendengar jawabanku. Tiba2 dia menyentakkan penisnya dari bawah.

“ehh didongkrak mas” Adi menyentakkan lagi.

Aku yang gelagapan menjawab lagi “ehhhh didongkrak2 mas” aku bingung. Adi memegang dan meremas pantat dan susuku.

“ohh bisa aku bicara dengan montirnya”

“emmmm lagi dikolong montirnya mas, nanti ya Ayah” jawabku. Dan segera menutup HPku. Begitu selesai Adi tertawa sambil memegang pantatku. Aku pun bergerak2. Pertama2 yang aku rasakan kepala kontol Adi sama sekali tak bisa bergerak seperti terjepit. Akhirnya Adi membalikkan tubuhku. Di tariknya keluar penisnya.

Diarahkan ke wajahku sambil ditepuk2kan di hidung mulut dan terus ke bawah hingga tepat di mulut vaginaku. Di bukanya pahaku dan didorongnya penisku hingga masuk kedalam dan dia pun mulai menggenjotku. Dia pun mulai menikmatinya. Aku benar2 pening dengan apa yang aku rasakan di vaginaku, Adi makin beringas menciumi aku, dimintanya aku membuka jilbabku dan setelah terbuka Adi menciumi leherku sampe habis penuh dengan cupang.

Tak lama kemudian dia memintaku berbalik. Dengan doggy style aku benar2 dibuatnya mabuk kepayang. Aku berteriak2 setaip kali Adi menusuk2 dengan kuat penisnya yang seperti tombak. Cairan yang keluar dari vaginaku benar2 banyak akibat ulah Adi ini. Aku dibuatnya kesetanan dengan tusukan Adi. Hingga suatu saat Adi menjambak rambutku dan mencengkeram erat susuku dan akhirnya meledaklah penis itu di vaginaku.

Adi membalikkan badanku dan kembali menancapkan penisnya sambil menciumi aku. Setelah berbaring lama. Adi bangkit dan berpakaian. Aku pun mengikutinya. Tak lama ketika aku sedang berpakaian aku mendengar Rudi datang. Adi langsung menyuruh Rudi memasang radiatornya. Ketika aku keluar aku melihat Adi juga membantu memasang radiatorku.

“Oooh jadi gitu. Aku disuruh pergi jauh2 kalian ngentot ternyata”, ujar Rudi dari bawah.

“Ehhh gak boleh kurang ajar sama pacarku ya? Kita baru jadian makanya si Atun cepet kamu sergap kalau nggak keduluan aku nanti. Mulai besok Rud, kamu harus hormat sama mbak ini dia pacarku. Oh ya kamu namanya siapa sayang?”

Aku baru sadar kalau Adi belum tau namaku. Rudi tertawa terbahak2 dari bawah.

“Mila mas” jawabku lesu. Adi menghampiriku sambil sekali lagi memegang susuku dan menciumi aku. “Rud 34 B! Top marktop bro”. ujar Adi sambil kembali menciumi aku, aku benar2 pasrah dan menciuminya juga.

“Halaah Atun itu 36 C, pasti dia masih lebih gede” ujar Rudi dari bawah. “Liat aja besok, aku kemaren2 gak enak sama boss, aku takut boss suka duluan, padahal Atun itu kalau aku yang pegang gak marah2 kaya sama Adi”. Aku diam saja, tiba2 SMS masuk, dari Regy dia menanyakan bagaimana aku akhirnya. Aku menjawab saja kalau aku udah kena sama Adi.

Aku bercerita kalau penisnya minta ampun panjang banget”. Regy pun langsung menelepon, aku tidak bisa menjawab semua pertanyaannya. Tapi Adi bangkit dan berlalu menhgampiri Rudi, baru aku bisa menjawab walaupun sambil berbisik2. Selesai menutup HP, Adi dan Rudi pun selesai memasang radiatorku. Tapi ketika hendak membayar, aku kaget karena biaya pembelian radiator cukup mahal.

“Kita puter2 dulu sayang ATMmu apa”.

“Mandiri jawabku” Ada yang deket sih tapi kita ke Komdak saja disitu ada yang drive thru” Ujarnya. Mobilpun berjalan. Belum jalan jauh Adi sudah membuka celananya lagi.

“Aku orang miskin, belum pernah aku pacaran naik mobil bagus dingin sambil disepong pacarnya. Paling naik motor”.

“Kamu sering jajan kan? Aku gak mau” jawabku.

“Nggak, aku gak pernah jajan. Sama sekali nggak. Tapi memang pacarku bobol semua. Ha ha ha. Jadi ngapain aku jajan.” Adi tertawa ngakak

“Beneran gak pernah sayang” aku pun pasrah dan mulai menyepong pacar baruku ini. Seperjalanan hingga ambil ATM aku hanya diberi kesempatan mengambil kartu ATM dan menyebut PINnya. Setelah itu aku mengulumnya lagi. Suatu ketika waktu Adi hendak membayar tol dalam kota, dan membayar tol. Adi berbincang2 dengan penjaga tol

“Mbak jangan ngiri ya, kita lagi pacaran” Aduh pasti petugas tol itu melihat jelas aku sedang nyepong Adi. Adi tertawa2 terbahak2. Tak lama kemudian disekitar daerah slipi. Adi pun memuncratkan spermanya. Dan akupun menelannya habis2 semuanya. Rasanya beda dengan si Mbah. Aku mengambil tissue membersihkan mulutku.

“kamu enak bener sayang. Kamu harus sering2 datang ya”.

“IYa mas” jawabku. Seperjalanan Adi memainkan tangannya di dadaku.

“Copot dong BHnya aku mau mainin pentilmu” akupun menuruti perintah Adi. Walaupun BHku sudah aku copot aku masih kembali mengenakan bajuku karena BHku aku copot lewat lengan sementara pengait dibelakangnya Adi yang melepaskannya. Adi memainkan lagi pentil dan buah dadaku.

“Toket lu keren juga say, memek lu juga enak. Kontol gue gimana?”

“Panjang bener mas, gak kuat aku” Jawabku. Setelah keluar tol dan mengarah kembali ke daerah Tendean. Aku makin geli dengan permainan Adi di dadaku. Ahhh mudah2 tidak lagi batinku. Besok juga aku gak akan ke bengkelnya lagi. Adi tiba2 berusaha membuka retsleting bajuku lagi.

“Mas jangan, banyak orang. Ini kan di jalan. Kaya tadi di Tol mas gitu aku kan malu” Adi diam saja. Tangannya kini malah pindah berusaha menyingkap rok ku. Aku sudah mencoba melarangnya namun karena takut dia marah, aku biarkan tangannya menyingkap hingga dia bisa meraih selangkanganku.

“Udah deh mas. Sini aku sepong lagi ya”, ujarku. Aku melihat tititnya itu sudah tegang lagi walaupun belum keras betul.

Baru sebentar saja penis itu aku kulum, aku merasakan penis itu sudah keras sekali. Aku merasakan kalau mobil ini akan berbelok, ketika aku ingin melihat sampai mana Adi malah menekan keapalaku agar tetap menyepong kontolnya. Aku baru sadar kalau ternyata aku sudah di bengkelnya lagi. Mobilku pun sudah masuk lagi ke posisi yang tadi.

Adi memaksaku rebah dan sandaran kursipun dibuatnya rata. Di angkatnya bajuku. Dan dibukanya celdam aku. Akhirnya aku dieksekusi lagi di dalam mobil ku. Mobilku yang masih menyala dengan AC yang dingin itu membuat Adi benar2 kesetanan dan lebih buas dibandingkan tadi. Aku merasakan mobilku bergoyang2 hebat.

Kaki kiriku melingkar dipundakny sedangkan satunya melingkar di pinggangnya. Adi memompaku dengan sangat kuat. Aku tak tahan untuk tidak berteriak2. Tapi kadang2 teriakanku tertahan oleh serangan ciumannya yg juga bertubi2. Dengan gempuran itu dan serangan yang buas aku pun kewalahan. “Sama2 sayang, enak bener kamu Mil” akhirnya kami keluar bersama2.

“Kamu enak banget sayang, aku goyang lagi ya” Aku pikir Adi hanya akan sedikit menggoyang agar spermanya tuntas keluar. Tapi goyangannya makin lama makin keras, dan kini kedua kakiku disandarkan di bahunya.

“shhhh shhhh dari dulu aku pengen ngentotin cewe di mobil goyang seperti sekarang ini. Anjing kamu enak banget Mil” Dia mengocok2 lagi. Aku agak kesakitan sebetulnya, dan kurang bisa menikmatinya namun aku mencoba bertahan.

“Aduh kakiku sakit mas.”

“Sorry ayo pindah kebelakang saja.” Di belakang walaupun pertamanya agak sulit mencari posisi yang enak akhirnya diantara barang belanjaan tempat aku merebahkan badan, Adi menggenjotku lagi. Karena sudah lemas aku cukup pasif kali ini dan ketika Adi orgasme aku hanya diam saja. Aku benar2 nggak kuat melayani Adi. Sebelum Adi bangkit, dia mengambilkan bajuku. Setelah Adi bangkit aku yang takut Rudi melihat apa yang terjadi dari luar, ternyata tak melihat Rudi sama sekali. Setelah berpakaian lagi, Adi menciumi aku. Kami berciuman cukup lama, sampe akhirnya aku meminta untuk menyudahinya dan aku pun pamit pulang.

Cerita Sex Pilihan