1 November 2020
Penulis —  toket_erni

Mila Story

Begitulah pengalaman pertamaku dengan si Mbah. Setelah itu aku memang selalu merasa bersalah, dan tidak pernah membahasnya dengan Priska. Hubungan kami sebagai kakak adik selalu canggung, dan tidak pernah bertatap mata dengan langsung. Walaupun begitu, setiap malam atau pagi pagi sekali, aku selalu ingin ke sana, tapi bagaimana, aku tak punya uang yang cukup.

Aku kadang kadang iri dengan Priska yg berpenghasilan sendiri dan bisa 2 minggu sekali ke sana. Sampai akhirnya setelah 3 minggu tidak kesana suamiku bertanya bagaimana perkembangan terapiku. Aku keceplosan menjawab bahwa biayanya sangat tinggi. Suamiku tanpa diduga duga mendorongku ke sana lagi terutama untuk terapi keputihanku.

Akhirnya berbekal dengan uang dan ijin suamiku akupun berangkat. Dan hari itu aku melakukannya lagi dengan si Mbah, aku bagaikan orang kelaparan tidak saja diam pasrah menunggu perlakuan si Mbah, aku aktif melakukan apa saja yang aku bayangkan. Apalagi sesuai dengan syarat si Mbah, aku harus datang tanpa underware.

Seperjalanan aku tak henti2nya merasa kegelian dan sudah turn on tingkat tinggi begitu aku sampai dihadapannya. Sehingga hari itu saya memaksanya untuk melakukannya baru terapi. Setelah puas, akhirnya aku di terapi juga. Kali ini sudah tentu tanpa minuman jamu khususnya itu. Selama aku menunggu punggungku di akupunktur.

“Pasiennya ga cantik ya Mbah? Kok ga di apa2in?

“Cantik kok. Cuma kayanya gak bisa atau belum bisa. Lagian masa semua pasien aku kerjain. Kamu dulu kan gak mau aku gituin.”

“Kok gak bisa? Memangnya ada pantangannya ya Mbah?”

Dia diam saja tidak menjawab. Dan menyuruhku berbalik untuk memijit bagian atas ku. Aku sekearang tidur terlentang dan tidak lagi telungkup, dan yah tanpa busana sedikit pun kecuali jilbab yang memang tidak diijinkan untuk dilepas. Setelah dia memijit-mijit baik kaki perut dada… uh I love it. Dia mulai memasanga jarum2 akupunkturnya.

Ingin sekali aku memintanya sekali lagi, tapi aku tidak ingin terkesan murahan kali ini. Aku mencoba menahan sekuat tenaga setiap dia memegang payudaraku dan vagina ku. Setelah selesai memasangnya dia pun keluar. Aku pun berkaca di cermin yang menempel di atap ruangan ini. Gila posisiku menantang sekali.

Si Mbah menerima pasien lagi, dan yang aku tau lagi lagi tidak terjadi apa2. Setelah semua jarum di badanku dicabut, dia memintaku untuk berbilas membersihkan diri di kamar mandi. Sedangkan dia kembali menerima pasien. Setelah mandi dengan air hangat aku pun keluar dari kamar mandi dan sempat bertemu dengan si Mbah yang baru keluar dari kamar pasien bersama sang pasien.

“Yang tadi cantik juga, kok nggak di…”

“Kan aku sudah bilang, nggak semuanya aku tidurin. Memang yang tadi oke, tapi belum waktunya.”

“Kok belum waktunya Mbah? Memang biar mau, Mbah pake kaya pellet gitu ya? Dan sekarang belum bereaksi?” Si Mbah, diam. Aku jadi ngeri karena takut salah ngomong dan lancing.

“Iya memang lah pake. Mana mau kalau gak di gituin dulu, apalagi perawan kaya tadi, aku harus tau dia sudah pernah liat burungnya cowok apa belum”

Kaget aku mendapat jawaban dari Si Mbah, jadi semua cewek korban dia pasti dikasih pelet, tapi kok dia bilang ke aku?

“Oh jadi pake pelet ya Mbah?”

“Ya iya lah, aku yang akupunktur ya aku masukin semuanya ke badannya” Jawabnya tenang.

“Tapi kok… harus nunggu dulu yang sekarang? Kalau aku kok cepet reaksinya?”

“Kamu mah ga aku kasih apa2. Kamu beda. Adikmu iya aku kasih pellet pengasih gitu, kalau kamu sama sekali nggak” Aku bener2 kaget dengan jawaban si Mbah yang tenang apa adanya tapi benar menampar.

“Jadi… aku kaya cewe murahan yang kegatelan ya Mbah?”

“Ha ha ha” si Mbah menyeringai bengis.

“Aku memang membuatmu terangsanga habis kemaren, karena aku tau kamu memang mau dientot. Dan yang aku suka…” Mbah mendekati aku sambil menarik tali kimono ku hingga telanjang.

Sambil tangannya merengkuh vagina ku dia berbisik di telingaku “Kamu enak, vaginamu empot2” Aku ingat sekali perkataan itu.

Perkataan yang membuatku jijik dengan diriku sendiri. Setelah itu si Mbah melampiaskan semua nafsunya kepadaku. Dan berbeda dengan yang tadi pagi dia melakukannya dengan sangat beringas dan dia mulai menciumku. Sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Aku hanya melihat apa yang terjadi melalui cermin.

Kami baru selesai jam 3 sore. Aku capek lapar walaupun mulutku sempat disuruhnya mengulum bersih penis si Mbah. Seperti biasa aku dilarang mandi dan disuruh pulang langsung.

“Mbah, kalau aku beda, kenapa aku masih tetap harus bayar?”

“Kan biaya terapinya sudah aku potong” Jawab si Mbah dengan kurang ajarnya.

“Kenapa nggak gratis?” Tanyaku.

“Bawa cewek lain. Kalau kamu bisa aku gratisin. Priska juga bawa temannya Debby sama Nine”

Ohhh ngerti aku sekarang.

“jadi aku juga bawaannya Priska dong Mbah?”

“Aku sudah bilang, kamu beda kamu gak Cuma bonus. Nggak percaya? Ayo kamu nungging!”

Akhirnya pun si Mbah melakukannya lagi kepadaku. Kali ini aku masih menggunakan baju yang baru saja aku pake. Hari ini aku menggunakan baju muslim terusan dari atas ke bawah. Begitu aku nungging, di singkapnya bajuku dan sedikit dia memintaku mengulum penisnya dulu agar kembali siap tempur. Tidaak sampai 15 menit kali ini kami menyudahinya bersama-sama.

Si Mbah tidak mencopot penisnya, justru ditekannya dalam dalam sehingga orgasme ku luar biasa sekali apalagi aku melihatnya dari cermin, aku benar-benar merasakan puas saat itu. Sambil memelukku dari belakang si Mbah berkata” Kalau kamu hamil bilang saja aku yang tanggung jawab. Kali ini entah mengapa aku yang menciuminya berkali kali, memeluknya erat2.

“Aku punya temen Mbah, sesame ibu-ibu yang nunggu anaknya pulang sekolah TK. Nanti aku tawarin ke mereka”

Si Mbah memelukku dengan mesra, Dan akhirnya dia pun setuju dengan ideku itu.

Seminggu setelah kejadian itu, ketika aku sedang memarkirkan kendaraanku di lapangan kosong dekat sekolah anakku. Jendela mobilku ada yang mengetuk. Si Mbah! Aku pun mempersilahkan dia masuk. Untung anakku sudah turun tadi.

“Ada apa Mbah?”

“Mana yang katanya mau kamu kasih ke aku?”

“Oh aku sudah tawar2in ke mereka Mbah” sahutku terbata-bata. Aku benar-benar kaget.

“Iya tapi yang mana? Aku gak mau yang sembarangan”

“Itu mereka duduk di dekat mobil van itu sambil jajan dan ngobrol”

“Kok nggak ada yang keren”

“Yahh beberapa yg agak gemuk kan lumayan Mbah buat pasien biasa”

“Hmmmm…”

Si Mbah Nampak tidak puas, dan aku benar2 masih kaget dan ketakutan kalau ada yang lihat si Mbah masuk. Walaupun kaca mobilku cukup gelap pasti tadi ada yang liat si Mbah disamping mobilku.

“Yang itu kan cantik Mbah, namanya Lis, dan yang itu Regy juga ok kan”

“Jangan nunjuk2 nanti keliatan” ujar si Mbah.

“Kalau di dalam Mobil nggak keliatan kok, kaca mobilnya ini gelap apa lagi pohonnya kan rindang ini Mbah”

“Hmmmm, coba kamu turun, ngobrol sama mereka terus kamu tunjukkin mana yang Lis mana yang Regy. Yang apke jilbab itu nggak kan?”

“Oh Itu Rita, dia yang paling tajir mbah, dia cantik kok. Masa nggak mau? Dia punya rumah banyak lo Mbah”.

“Aku nggak Suka! Kamu turun idupin HPnya kamu telpon ini nomerku dan jangan di matiin biar aku denger, Oh ya buka semua baju dalammu, aku nggak suka ketemu kamu, kamunya pake kutang dan celdam”

Aku menurutinya, aku lepas semuanya untung aku belum mens, padahal sudah hamper waktunya. Apa aku hamil ya? Aku pun turun dan aku segera menghampiri ibu-ibu itu. Kami ngobrol cukup lama. Tak lama kemuadian HPku berbunyi dan aku tau si Mbah memanggilku. Mungkin dia kepanasan di mobil. Aku pun pamitan ke ibu-ibu itu, dan sebagian dari merekapun pamitan termasuk Lis dan Regy.

“Kok ditutupin si Mbah? Tadi gak liat si Lis sama Regy dong?” Tanya aku.

“Liat kok, aku udah tau yang mana, aku gak suka Regy, apalagi Rita” Jawab mbah.

“Regy itu badannya bagus lo mbah, Rita apalagi dia sudah mau ikutan, dia mau besok katanya”.

“iya aku dengar, aku gak suka”

“Ya terserah Mbah sih, ini korannya aku lepas ya. Dari luar juga gak keliatan kok. Kalau mau aku cium juga boleh tapi gak usah pake Koran gini”

Aku melepas Koran itu sambil menciumnya. Dia diam saja.

“kalau itu siapa yang pake baju kuning Rambutnya panjang?” mbah kembali bertanya

“Ya itu Lis, cantikkan?”

“Iya Cuma kok gak ada toketnya, Regi yang baju coklat kan? Sama juga aku gak suka mangkanya sama Regy. Kalau Lis boleh deh”

“Ohhh ya deh, ada lagi sih Mbah mungkin belum liat, Cuma dia datengnya pagi. Namanya Ida, tapi dia nganter ponakannya, terus langsung pulang. Oh ini liat di HP aku aja” Aku tunjukkan foto Ida dari hp ku. Nampaknya dia suka.

“Yah ini lumayan, kayanya toketnya OK”

“Duh si Mbah, dia mah lebih gede dari aku” sahutku.

Aku menciumnya lagi kali ini dia membalas. Kami berciuman cukup lama. Akhirnya dia membuka kancing baju hem putih ku, menciumi buah dadaku. Dia tiba2 berpindah ke jok belakang sambil melepas celananya.

“Di sini Mbah?” Tanyaku dari jok depan.

Dia tidak menjawab. Aku pun dengan terpaksa berpindah ke belakang membuka hemku yang separuh terbuka dan melepas rok panjangku, sedangkan dia masih menggunakan hem lengen pendeknya. Aku menaikki pahanya dan perlahan-lahan kubimbing penisnya yang sudah tegang ke vaginaku. Blesss disentakkannya penis itu begitu kepalanya telah bearada dibibir vaginaku.

Mataku terbeliak dan sedikit berkunang-kunang, belum pulih dari efek itu dia pun memompanya dari bawah, kali ini aku tidak kuasa untuk tidak berteriak-teriak. Selangkanganku serasa penuh, dan dia pun bergerak liar sambil menciumi leherku, aku memang sudah turn on sejak tadi tak ber underware jalan2 ke mana2.

Gila, tak lama aku pun lemas. Direbahkannya aku menyamping di jok belakang, sedang kakiku dibukanya lebar2, dia pun memasukkan lagi penisnya, dan menggenjotnya dalam2. Mulutku melongo tak mampu bersuara, aku maunya teriak2 karena orgasmeku belum tuntas tadi, tapi si Mbah sudah mendorong2 dengan kuat dan dalam.

Aku pun dapat lagi. Dia pun gak lama kemudian keluar. Cukup deras terasa di vaginaku. Sebagian dia keluarkan di perut dan dadaku. Akhirnya pun aku masih harus membersihkan dengan mulutku. Badan kami basah kuyup oleh keringat.

“Cepat pergi dari sini, aku belum tuntas”

Disuruhnya aku menggunakan baju dan celana, padahal aku masih lemas. Ketika mobil baru bergerak jalan aku pun masih belum bisa berkonsentrasi. Sehingga aku biarkan saja lambaian tangan ibu2 yang masih tersisa di situ. Mbah mengajakku ke sebuah motel kecil yang tak jauh dari situ. Yang aku tau, motel ini seperti ada cottage2nya dan ada garasi yang tertutup rolling door.

Para penjaga hotelnya berlarian menghampiriku dan menawarkan ruangan. Ketika aku membuka jendela mereka kaget karena ternyata aku wanita dan berjilbab. Kami memasuki salah satu cottage dan setelah membayar sebesar 250 ribu si petugas memberikan kunci dan menutup garasi. Masih jam Sembilan pagi waktu itu.

Dan kamipun melakukannya hingga jam 10 saja. Itupun aku harus bergegas kembali ke sekolah. Waktu pulang, si Mbah yang nyetir, sementara aku sepanjang perjalanan masih harus melakukan blow job. Si Mbah baru tuntas waktu sampai di depan sekolah. Si Mbah memarkirkan mobil agak jauh, baru setelah mobil terparkir dan berhenti, Si Mbah memeganga erat kepalaku dari belakang dan berejakulasi.

“Mbah aku sudah telat, anakku paling sudah nunggu”

“Yah gak apa2” Si Mbah mengerti dan cepat2 dia merapihkan diri dan keluar dari mobil. Setelah yakin dia pergi jauh, baru aku keluar. Baru saja aku keluar ternyata Lis dan anaknya beserta anakku sedang berjalan kea rah mobilku.

“Hey kok telat, ke mana dulu sih mama nih” Kata si Lis. Setelah aku berbasa basi sedikit dan berterimakasih dengan si Lis.

“Ayo cepet berangkat, kan anak2 mau sempoa” ujar si Lis. Aku dan Lis sama2 meleskan anaknya untuk sempoa.

“Hey Mil, bersihin tuh mulut” ujar Lis mengaget kan aku. Aku gelagapan dan membersihkan mulutku dengan lengan bajuku.

“He he he, ini lho…” Ujar si Lis sambil memungut seuatu dari pipiku. “Ihhh punya siapa nih” aduh ternyata ada bulunya si Mbah di pipiku. Lis tertawa terbahak2.

“ohhh ketemu papanya ya” Anakku ribut bertanya2 apa lagi dipikirnya papanya ada. Aku kebingungan.

“ya deh cepet berangkat yuk, ngaca tuh di mobil di deket dagu lu ada apa?” Ujar Lis lagi. Aku otomatis kaget lagi. Cepat2 di mobil aku mengaca di spion. Yakin sudah bersih dari semua rambut2, aku pun berangkat mengikuti mobil si Lis ke tempat sempoa.

Ternyata sesampai di tempat sempoa, kekagetanku belum usai. Setelah turun dan mengantarkan anakku masuk kelas, Lis menghampiriku dengan menawarkan tissue dan menunjukkan cermin compact powdernya.

“Liat nih, muncrat ke mana2” sahut lis.

Aduh aku malu ternyata di bawah daguku ada bekas sperma si Mbah. Lis pun tertawa dan menyuruhku pulang. Sesampai di rumah, mobil kubiarkan di luar dan aku segera masuk. Siti pembantuku bertanya2 kenapa tak aku hiraukan. Ketika aku sedang membersihkan wajahku Tutik mengetuk pintu.

“Ibu ada tamu”

Aduh belum aku mandi udah ada tamu. Ketika aku keluar, aku pucat… Si Mbah! Dia sudah menungguku di teras. Aku bingung.

“Mbah aduh kok kesini?” Kataku setengah berbisik.

“Sudah lama aku mau tau, di mana rumah mu dan Priska”

Aku pun diam menahan rasa bingung dan sedikit marah.

“Sebentar Mbah”. Aku memanggil siti dan kusuruh dia berangkat dengan ojek menjemput anakku. Ahhh pokoknya harus tidak ada siapa2 di rumah ini, jangan sampai aku berantem sama si Mbah, Siti tau.

“Cepet berangkat Tik, aku ada tamu ya”

Setelah yakin Siti jauh, aku pun mengajak si Mbah masuk, Si Mbah menutup pintu dan menyergapku. Di Bukanya seluruh bajuku, dan kali ini jilbabku juga hingga aku benar2 telanjang bulat diruang tamuku. Aku sempat menolak dan memintanya menghentikan apa yang dilakukannya namun ketika dia sudah membuka semua bajunya dan mencengkeram vaginaku aku gak bisa apa2 lagi.

Di karpet depan TVku aku diterjangnya habis habisan dari belakang. Yup doggy style yang tadi terlewatkan. Ketika aku mendapat peluang untuk lepas, aku meronta dan memintanya berhenti sebentar. Aku membuka kamar tamu yang biasanya digunakan oleh Priska kalau datang, dan mengajak si Mbah ke dalam. Kuhidupkan AC dan tanpa diminta aku bersiap2 nungging di atas tempat tidur.

Si Mbah mengakhiri permainannya dengan memposisikan aku dengan gaya misionaris. Lehernya penuh dengan cupanganku. Aku juga begitu. Gila nih Si Mbah. Tadi keluar di mobil 2 kali, waktu pagi dan kembali dari motel waktu aku blow job, sekarang di rumahku. Sudah 3 kali. Sedangkan aku sudah gak tau berapa kali.

Setelah selesai, aku minta si Mbah pergi, karena takut anakku pulang. Aku nggak tau berapa lama kita main tadi. Dan benar saja. Gak sampai ½ jam anak ku sudah pulang. Lis mengantarkan Siti dan anakku. Di depan pagar Lis memintaku mengambil kunci mobil.

“Mil, mainan anakku tadi kebawa sama anakmu di mobil kayanya”.

Aku mengambil kunci dan membuka pintu mobil mencari mainan anak Lis. Sementara anak2 kami sudah berhambur ke dalam rumah bersama pembantuku. Waktu aku mencari mainan anak Lis, Lis menemukan BH dan celana dalamku, lagi2 dia mentertawakanku. Hari ini memang gila. Tapi masih tak seberapa, dalam hatiku, tunggu saja sampai hal ini menimpamu juga Lis.

“Gila loe, quicky dimana kemaren?” Aku cuma mesam mesem aja menanggapi seruan Lis. Sementara teman2 yg lain bersorak menanggapi kata2 Lis.

“Kok lu tau Lis?” Ruth bertanya penasaran.

“Woooy udaaah…” Aku coba memotong pembicaraan,

“ah ya tau lah, underware di mana2 sama mulutnya masih cemot!”

Gila! Aku malu abis, pembicaraanpun meluncur dari yang menjurus sampe bener2 jorok. Ahh tiba2 aku berpikir, tunggu aja kalau mulutmu yang kebobolan, aku gak jadi marah, malah menimpali semua omongan yg sudah benar2 jorok itu. Akhirnya setelah bel sekolah berbunyi dan sebagian ibu2 berangkat pergi, akupun beranjak hendak pulang, Lis menghampiriku.

“Mil, anterin ke situ dong akupunktur”

“Gw pikir lo ga mau Lis”

“Mau cuma gw malu kalau ketauan, nih perut gw besar”.

Oh pantesan dia selalu pk baju longgar selama ini. Lis tidak terlalu tinggi, hanya 160 cm. Rambutnya panjang dibawah bahu, berkaca mata tipis, putih mirip cina. Sebetulnya dia biasa saja, cuma bibirnya agak sensual, dan wajahnya cukup manis. Badan biasa dan memang benar si mbah dadanya gak terlalu besar.

Sepertinya 32A saja. Tapi pantatnya memang bohai, walaupun itu tidak pernah benar2 keliatan karena dia selalu berbaju longgar dan celana panjang. Satu hal yang aku tau belakangan kulitnya putih mulus dan bentuk paha dan betisnya cukup indah. Setelah berdiskusi apa yg ia ingin lakukan akhirnya kami semobil dengan mobil Lis menuju ruko si Mbah, walaupun aku sempat ke toilet untuk melepas semua underwareku.

Singkat cerita sesampainya di ruko si Mbah, dia menerima kami dengan gembira. Setelah merawat Lis, si Mbah pun melayani aku dengan buasnya di kamar lain. Dia mengatakan semua bagaimana indahnya tubuh Lis. Seperti biasa dia merawat bagian belakang tubuh Lis dulu dan setelah semua jarum tertancap dia menggarapku di ruang sebelah.

Dan itu ronde pertama. Ronde ke dua dilanjutkan setelah si Mbah membalikkan tubuh Lis dan menancapkan jarum akupunktur di bagian atas tubuh Lis. Si Mbah bercerita bahwa dia tidak membuka semua underware Lis, dan mengatakan bahwa sekarang bukan waktunya menggauli Lis. Hingga akulah yg menjadi pelampiasan si Mbah, dan aku seperti biasa menikmatinya walau aku tak bebas berteriak2 keenakkan merasakan permainan si Mbah.

Setelah selesai semuanya aku cepat2 menunggu Lis di ruang tunggu. Dan aku yakin memang si Mbah tidak mengeksekusi Lis hari itu. Dalam hatiku aku cukup puas, dan apa yang aku peroleh mulai hari itu resmi gratisss. Horeee. Keesokan harinya seperti biasa, kami para ibu2 berkumpul di dekat halaman parker sekolah, begitu kulihat Lis berangkat pergi, cepat2 akupun berangkat menuju ruko Si Mbah.

Sesampainya di sana aku tidak menjumpai Lis, bahkan ketika aku masukpun tidak ada. Bahkan belum ada satu pasienpun karena masih belum jam 8 pagi. Sambil menunggu akupun membantu si Mbah menyiapkan seluruh ruangan terapi. Rupanya si Mbah ini cukup rajin, seluruh lantai sudah di sapu dan dip el dari sejak tadi pagi dia bangun.

Jam 9:30 aku sudah siap2 berangkat kembali ke sekolah, aneh kemana si Lis. Ketika aku pamitan dan turun pulang di ruang pasien tidak ada juga si Lis. Yang ada hanya 2 orang pasien satu laki2 gemuk dan perempuan muda yang aku yakin bukan type yang Mbah suka. Kejadian itu berlangsung terus hingga akhir minggu, Lis tak datang ke si Mbah dan aku sekarang jadi rajin datang ke ruko Mbah pagi2 untuk membantu Mbah dan menunggu Lis datang.

Mbah pun bertanya2 mengapa Lis tak datang2. Namun efek baiknya dari hal ini, aku sekarang diberi akses untuk masuk ke dalam tanpa harus memencet bel dulu. Mbah memberikan PIN code pintunya, sehingga aku bisa masuk dengan leluasa. Pada hari Jumat dimana sekolah pulang lebih pagi, dan setelah mengantarkan anakku pulang aku sempatkan mengunjungi si Mbah.

Begitu dia masuk dan setelah yakin Regy sudah berada di atas aku pun masuk ke dalam. Ruang tunggu pasien Nampak kosong sepi. Memang hari jumat biasanya ramai tapi rata2 setelah jam 2 atau jam 3. Akupun bergegas masuk ke atas dan benar saja dari salah satu ruangan aku mendengar suara2 yang pastinya itu si Mbah dengan Regy sedang ML.

Ahh si Mbah yang katanya gak suka ternyata Regy di embat juga. Aku mendengarkan semua erangan Regy dan teriakan2nya yang ternyata lebih keras dari aku. Dan tak jarang Regy menyumpah-nyumpahi si Mbah dengan kata-kata jorok. Sedangkan si Mbah yang terdengar hanya lenguhannya saja, atau perintah si Mbah seperti

“ayo kamu nungging!”

halahhh ini pasti si Mbah akan menunjukkan kemampuannya dan benar saja tak lama kemudian Regy pun berteriak teriak dan melolong-lolong dengan kerasnya.

Aku mendengarkan saja apa yang terjadi di ruangan itu hingga suatu saat setelah Regy berteriak panjang dan ruangan menjadi sepi, si Mbah tiba2 keluar dengan kondisi masih telanjang bulat. Dia kaget melihat aku duduk di ruang tengah. Aku hanya tersenyum. Si mbah pun diam saja sambil menisyaratkan agar aku juga diam.

Si mbah mengaambil air minum sambil mengambil sebatang rokok. Dia menghidupkan tv dan ternyata itu caranya dia mengecek ada tamu atau tidak di ruangan depan. Ahhh kenapa selama ini aku tidak diberi tahu, aku pikir itu tv biasa, dan tidak ada program CCTVnya. Setelah melihat tidak ada siapapun di ruangan depan si Mbah memindahkan chanel dan ternyata ruangan tempat Regy beradapun ada kameranya.

Aku yang gemas melihat penis si Mbah dari tadi berdiri menantang, mencoba meraihnya untuk membersihkannya. Si Mbah melarangnya, dia menuju ke kulkas dan mengambil 3 buah ice cube. Es batu itu digenggamnya sekaligus membalur pennisnya. Penis yang pasti kepanasan itu membuat semua ice cube itu meleleh terkena barang panas he he he.

Aku makin gemas dan aku rebut butiran e situ dan mulai aku gosok2an ke penis Mbah. Batang itu makin mengeras dan membusung sehingga aku tak tahan untuk tidak mengulumnya. Aku tau Batang yang masih kuat itu tak akan meledak dimulutku. Aku berdiri dan mengajaknya ke salah satu ruangan, yah aku minta jatah.

Aku buang 3 es batu yang tadinya aku genggam ke salah satu sudut ruangan, dan segera aku peluk dan cium dengan erat si Mbah. Mulutnya yang masih bau rokok itu menyambut ciumanku dengan buas. Sementara tangannya menyingkap rok panjangku serta memainkan vaginaku yang memang sesuai peraturan mbah tidak menggunakan apapun.

Setelah merebahkan aku di tempat tidur dan melucuti rok ku si Mbah menindihku dan menciumi aku dengan kuat. Tiba2 aku merasakan ada rasa dingin di selangkanganku. Aku pikir itu penis Mbah ternyata tangan Mbah memasukkan satu buah es batu ke vaginaku, aku yang sempat hendak menjerit tertahan dengan bibir si Mbah yang masih mencium aku dengan kuatnya hingga nafasku sesak dibuatnya.

Sementara aku mengelinjang2 akibat kemasukan es batu yang dingin di vaginaku apalagi jari2 si Mbah menusuk2 vaginaku hingga es itupun makin masuk ke dalam. Si Mbah bangkit sedikit dan diarahkannya penis ke vagina ku, bagitu masuk akupun tak kuasa untuk tidak menjerit2. Apalagi saat si Mbah memompa2 vaginaku, aku pun berteriak2 merasakan sensasi yang ada.

Tanganku mencengkeram punggung si Mbah sebagai pelampiasan atas apa yang terjadi di diriku. Si Mbah tiba2 berhenti bergerak, rupanya dia ingin membuka kaos lengan panjang yang masih aku kenakan. Tapi kaos itu tak dibuka dengan sempurna, ketika aku berusaha melepaskan kaos dilenganku, si Mbah menahannya.

Tanganku berada di atas kepalaku terjerat oleh kaosku sendiri dan tertahan oleh tangan si Mbah. Ini membuat dadaku membusung sehingga membuat si Mbah dengan lapar menciumi dan menggigit2 kecil payudaraku. Aku berteriak2 lagi, dan sudah tak peduli kalau ada Regy di ruangan sebelah. Mbah menggenjotku dengan makin hebat.

Karenanya es yang ada di dalam vaginaku terdesak2 hingga keujung rahimku, aku tak kuat lagi hingga akhirnya orgasmekupun datang. Tapi si Mbah bukannya berhenti malah menggenjot aku habis2an. Mataku terbelalak aku mengerang2 berteriak memintanya berhenti. Berkali2 aku berteriak memanggil namanya dan akhirnya seperti halnya Regy akupun menyumpahi si Mbah.

Dia menyingkapkan jilbabku, dan kali ini membiarkan ku membuka kaos lengan panjang yang tadi di tahannya. Tapi ketika aku hendak sedikit menarik pinggulku Si Mbah malah menghentakkannya membuatku ngilu. Dia menciumiku dan leherku sementara aku masih mengerang merasakan sodokan yang dalam di vaginaku sementara tanganya memeras2 dadaku.

Sedikit2 Mbah mulai memompaku. Aku sudah memintanya untuk stop dulu malah membuat si Mbah memompanya makin hebat. Aku rasa tak sampai 1 menitpun aku jebol lagi. Mulutku pun dibuatnya melongo saat dengan teganya dia memompa dengan lebih kuat lagi, aku pun hanya kuat mengejang sekali dan meronta2 dengan memukul dada si Mbah sebentar sesudah itu aku lemas nyraris tak sadarkan diri.

Aku Cuma merasa lega ketika si Mbah menarik keluar penisnya dan berlalu dari ruangan. Tak lama si Mbah pun kembali, dia ternyata mengajak Regy masuk. Mereka berbincang2 dan nampaknya memang Regy sudah mengira kalau aku yg ada di ruangan ini karena terdengar jelas tadi. Aku sudah tidak perduli lagi. Aku benar2 lemas.

Mereka berciuman sambil berdiri. Regy mengusap2 penis si Mbah yang sudah tak sekeras tadi. Si Mbah sepertinya sudah merencanakan ini. Setelah merebahkan Regy di sampingku, mereka berciuman dengan mesra sekali. Tapi itu tak lama, Regy mengalami hal yang sama. Si Mbah mengambil es batu yang tersisa tadi walaupun tinggal 2 butiran kecil tapi pastinya membuat Regy bergetar2 dan berteriak2 seperti aku.

Bahkan setelah KO yang pertama si Mbah membalikkan tubuh Regy dan di doggy style. Aku mulai agak sadar dan melihat penderitaan Regy. Wajahnya yg tak jauh dari wajahku terlihat berkeringat dan hanya bisa memejamkan mata sambil sesekali mulutnya menjadi monyong dan berteriak menahan apa yang dia rasakan.

“Mila sini” perintah si Mbah. Aku menghampirinya dan si Mbahpun menciumi bibirku. Aku pun balas menciuminya sambil memeluknya. Sementara si Mbah juga masih memompa Regy.

“Ambilin Es lagi”, aku pun berlalu keluar ruangan sementara Regy berteriak “Jangaaan aku sudah gak kuaaat”.

Ketika aku sedang mengambil es batu aku pikir satu saja cukup, aku gak tega melihat Regy, walaupun sejujurnya sekarang kalau aku mengingat2 bagaimana rasanya tadi kayanya enak sekali. Belum sampai masuk kamar terdengar Regy berteriak keras

“Ampun Mbaaaaaah…” Ketika aku membuka pintu Nampak Regy tersungkur dan telah lepas dari sodokan si Mbah. Aku menghampiri si Mbah, ku berikan es batu itu. Ternyata Mbah mengambilnya dan memasukkan kemulutnya.

“Mau minum Mbah”

Mbah menggelengkan kepalanya. “Nggak Kamu aja”

Aku keluar mengambil segelas air putih, meminumnya dan setelah mengisinya lagi aku membawanya ke kamar. Mbah Cuma meminumnya sedikit. Dia sedang mengusap2kan e situ kini ke kontolnya. Aduh itu dari tadi belum juga meledak. Diambilnya jilbabku dan elapnya penisnya dengan jilbabku hingga bersih dan sekali lagi dibalurnya penis itu dengan es batu.

“Sepong dong” perintah singkat itu ditujukan ke Regy.

Regy yang lemas tapi masih bisa menuruti si Mbah. Sedangkan aku di gamitnya dan kamipun berciuman sambil berdiri, sementara Regy mengulum penis si Mbah. “temanmu ternyata ok juga” Kata si Mbah sambil tangan kirinya mencengkeram kepala Regy dari belakang. Mbah melepaskan pelukannya kemudian memerintah Regy nungging lagi.

Regy menuruti semua perintah si Mbah dan kembali lagi si Mbah memasukkan es ke liang vagina si Regy, walaupun Regy sempat meronta2 namun tenaga Mbah masih lebih kuat. Setelah Regy mengalami orgasmenya lagi, si Mbah memintaku nungging juga. Begitu terus dilakukan bergantian antara aku dan Regy. This is my first 3 some.

Sampai akhirnya si Mbah menuntaskannya kepada Regy. Semburan pertamanya di dalam vagina regy. Namun tak lama Regy pun disuruh Si Mbah untuk menyepongnya hingga sisa2 spermanya habis. Aku melihatnya dengan terkulai lemas setelah tidak tau sudah berapa kali aku orgasme. Ketika Mbah keluar ruangan untuk mandi.

“Gila tuh orang” sahutnya. Kami sempat berbincang2 sedikit tapi tak lama terdiam karena nampaknya si Mbah sedang mempersilahkan seorang pasien di ruang sebelah. Aku terdiam dan tanpa aku sadari aku tertidur. Ketika aku bangun, aku tak tau sudah jam berapa. Regy yang ternyata juga tertidur aku bangunkan.

Aku segera berpakaian. Regy meminta aku mengambilkan baju di ruangannya. Setelah kami sama2 berpakaian dan rapih kamipun beranjak hendak pulang. Ketika kami berpamitan kepada si Mbah nampaknya dia sedang sibuk dengan pasiennya entah siapa. Begitu kami turun di ruang tunggu pasien aku sempat melihat ada 4 orang pasien yang sedang menunggu.

“Mil sudah jam 7 malem!” aku meraih HPku di tas aduuuuh ada 4 miscall dari suamiku.

“Gy bantuin aku tunggu jangan pulang dulu” aku pun segera menelepon suamiku. Sebisa mungkin aku waktu itu beralasan dengan suamiku bahwa aku dan Regy setelah terapi melakukan fitness, spa dan sauna. Untungnya suamiku tidak terlalu marah apalagi dia juga mendengar bantuan alasanku saat dia berbicara dengan Regy.

“Gy lain kali yang lebih seru ya?”

“Oh ya dong, gimana kalau nanti gentian kita yg ngerjain si Mbah?”

“Wah ide bagus tuh, cariin caranya ya”. Kamipun larut dalam pembicaraan dan saling menimpali member komentar atas permainan si Mbah tadi.

Dalam perjalanan pulang aku puas, dengan yang terjadi tadi. Walau ada 2 hal yang masih mengganjal. Mabh belum tau aku hamil, dan kemana si Lis? Hampir dua minggu setelah Lis mendapatkan terapi yang pertama. Lagi2 di hari jumat, jam 11:30 saat aku baru sampai di ruko si Mbah dan membantunya membersihkan ruangan yang baru digunakan Mbah untuk menerima pasien langganannya.

Aku terkejut waktu melihat CCTV ternyata Lis datang! Singkat cerita setelah Lis berada di dalam ruangan terapi aku pun keluar dan melihat ke CCTV apa yang dilakukan Mbah pada Lis. Mbah membuka kimono Lis dan mulai memijat2 bagian kaki betis dan paha Lis. Aku tak tau apa yang dibicarakan mereka karena hanya terdengar sayup2 dari luar ruangan.

Kalau aku nguping, aku gak bisa liat di tv. Aku tak sabar menunggu Si Mbah membuka celdam Lis. Ternyata Mbah malam membuka pengait BHnya terlebih dahulu sambil terus memijat Lis. Nampak Lis agak kaget dengan perlakuan Mbah. Selesai memijat pada saat Mbah mempersiapkan jarum akupunkturnya Lis berusaha mengenakan kembali BHnya.

Ahhhh Lis sepertinya jauh lebih baik dibandingkan dengan aku dan Regy batinku. Pada saat Mbah menancapkan jarum akupunkturnya, dengan tenang Mbah memelorotkan celdam Lis dan memasang jarum di pantatnya. Sementara celana Lis menggantung dip aha. Hmmm sama saja cara si Mbah ini. Begitu juga pada saat menancapkan jarum dipunggung Lis, Mbah pun membuka BH Lis dengan tenang juga.

Tapi jika dibandingkan dengan yang dilakukannya dengan aku kenapa Mbah tidak mencoba merangsang Lis dengan sedikit meraba nakal di selangkangannya atau pura2 tidak sengaja menyenggolkan penis dibalik sarungnya ke kepala Lis saat memijatnya dari arah atas? Mbah lupa mungkin. Atau dia mendapat tanda seolah2 Lis tidak bisa digauli.

Ketika si Mbah keluar, sambil berbisik aku bertanya “bagaimana susah ya?” Mbah mengangguk dan sedikit cuwek. Ahhh apa dia tidak berselera lagi dengan Lis? Gak tau kenapa aku penasaran sekali dengan Lis, terutama setelah kejadian dia membeberkan aku yang quicky di mobil. Dan keanehan dia yang tidak pernah datang2 lagi setelah terapi pertama. Berbeda dengan Regy, yang sekarang akrab dengan aku. Kami jadi sering bertukar cerita dengannya. Aku yang rajin datang pagi ke Si Mbah, sedangkan dia datang siang setelah mengantrakan anaknya pulang. Hanya saja yang aku tau perbedaan antara aku dan Regy, dia memang dibawah pengaruh sesuatu yang si Mbah tanamkan. Ada beberapa pantangan makanan yang tidak boleh Regy makan dan minum. Sedangkan aku tidak, tapi karena aku diet, aku jarang sekali makan banyak. Dan yang lebih menggembirakan aku memang tubuhku sekarang lebih berbentuk. Dadaku lebih kencang, pahaku walaupun belum mengecil dengan significan tapi lebih kencang. Dan mukaku juga jauh lebih bersih. Wajah Regy yang memang beramsalah dengan jerawat juga jauh lebih bersih. Mungkin karena sekarang kami sering facial ala si Mbah yang senang sekali menyemprotkan spermanya di wajah kami.

Aku sibuk dengan pikiranku walaupun seperti biasa Mbah sudah mulai melakukan serangannya di kamar yang jauh berseberangan dengan kamar Lis. Aku tidak pernah di kamar ini sebelumnya. Ketika Mbah mulai menghentakkan penisnya baru semua pikiranku buyar. Mbah membuka kakiku lebar2 dan mengganjal pantatku dengan bantal. Aduh luar biasa rasanya. Aku menahan semua eranganku dank arena sempat sibuk dengan pikiranku aku jadi tidak terlalu enjoy. Namun tetap saja akunya orgasme walaupun si Mbah tau aku kurang bersemangat. Si Mbah mengambil gelas air minum, sambil berdiri disamping tempat tidur dia memintaku melakukan blow job. Aku menurutinya dan tidak seperti biasanya 15 menit berlalu Mbah sudah klimaks. Dan kali ini si Mbah sedikit menuangkan spermanya ke gelas yang tadi diminumnya. Gelas yang sudah kosong itu kini sedikit terisi sperma. Aku pikir buat apa, tapi ketika si Mbah member sedikit sirup jeruk, air, dan es aku sedikit menebak bahwa itu akan diberikan ke Lis. Dan benar saja, setelah berpakaian si Mbah membawa masuk gelas itu dan melalui CCTV aku melihat Lis yang sudah dicopoti jarum dipunggungnya meminum sirup jeruk itu. Ha ha ha, Lis lo ga tau aja apa yang masuk ke mulut lo batinku.

Sambil menonton CCTV dari ruangan Lis, pikiranku melayang pada apa yang sudah terjadi padaku. Apa memang ya aku cewek keagtelan ya? Apa karena aktivitas sexku biasa2 saja dengan suamiku. Kenapa aku berbeda dengan Lis, Regy, dan Priska yang harus diguna2 dulu oleh si Mbah supaya bisa digaulinya? Aku juga berpikir. Si Mbah dengan cara ini pasti memiliki pasien yang cukup banyak yang kembali lagi padanya bukan saja untuk terapi tapi juga untuk melakukan plus plusnya. Memang kasian juga si Mbah. Pasiennya belum terlalu banyak. Dari aku Regy paling dia sebulan mendapat 2juta. Untung aku gratis. Kalau ada 10 orang seperti Regy pasti dia dapat 20 jutaan, pasti belum cukup dengan seluruh biaya2 ini. Mungkin dari pasien2 tidak tetap lainnya, kalau sekali datang 150 ribu… ahh aku malas berhitung.

Lagi-lagi aku kecewa dengan perkembangan yang ada di kamar Lis, setelah menancapkan jarum dip aha, perut, Mbah tidak membuka BH Lis. Yah pasti buat apa toh Lis tidak ada complain dengan dadanya. Hmmm tapi Mbah cukup berani membuka celana Lis dan menancapkan jarum disekitar selangkangannya yang sedikit ditumbuhi rambut itu. Tapi reaksi Lis biasa2 saja. Dan Mbahpun keluar ruangan. Argh… Mbah kembali mengajakku ke ruangan pojok. Sesampainya di dalam kamar itu Mbah bertanya,

“kok kamu kaya yang kecewa?”

“Yah aku pikir, Lis mau mbah, kalau Lis gak mau, besok2 aku gak gratis lagi dong ke sininya? Memang ajiannya Mbah sudah gak ada ya di badan Lis”.

“Ada kok, aku tau ada. Sapa bilang dia gak bisa?”

Mbah melanjutkan penjelasannya yang kira2 menurut dia mungkin Lis sudah memiliki PIL, sehingga keinginan bersenggamanya dilampiaskan ke PILnya. Semua yang bisa Mbah pake, adalah wanita2 yang kehidupan sexnya biasa saja begitu penjelasannya. Dan atau perempuan2 yang belum menikah entah perawan atau tidak tapi harus yang sudah pernah melihat asli penis, bukan melalui video atau gambar. Di luar itu tidak. Mbah menjelaskan, pasien langganannya tadi yang juga cukup cantik yang keturunan India walaupun cukup lama menjadi pasiennya sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh Mbah. Tapi perbedaannya dengan Lis, Mbah tau Lis dengan suaminya biasa2 saja, jadi pasti ada PIL. Aku bertanya bagaimana dengan Priska? Priska menurut Mbah, sangat mudah dia pengaruhi karena pastinya dia waktu pacaran sering memegang penis pacarnya, buktinya Priska sudah pandai melakukan blow job, walaupun menurut Mbah, keperawanan Priska Mbah yang merenggutnya. Debby teman Priska menurut Mbah sudah tidak perawan. Dalam kesempatan itu aku mengaku pada Mbah bahwa aku sudah terlambat mens 3 minggu. Mbah tidak kaget, dia menciumiku, dan menyuruhku untuk tidak menggugurkannya. Bahkan kalau aku mau, aku dimintanya untuk cerai saja dari suamiku, dan hidup dengannya. Tapi aku harus mengerti bahwa dia bisa bermain sex dengan siapa saja termasuk dengan Priska. Mbah mengatakan bahwa sebetulnya Priska sudah pernah mengajaknya menikah, tapi Mbah menolaknya. Dia bilang sudah gak perlu lagi cinta, Mbah cukup senang dengan kondisinya sekarang. Mbah bilang kalau dengan aku dia juga nggak mau formil dalam lembaga pernikahan hidup bersama saja katanya. Aku gak peduli dengan kata2 si Mbah, aku cukup puas si Mbah tidak memintaku untuk menggugurkan kandunganku.

Ketika Mbah keluar kamar aku pun bersiap2 ingin melihat aksinya kepada Lis. Bener2 bisa apa nggak ya? Di layar TV aku melihat Mbah mulai membuka jarum dip aha Lis, perut, dan ketika sudah mencabut jarum di daerah segi tiga Lis, tiba2 tangan si Mbah langsung masuk ke selangkangan Lis. Nampak Lis kaget dan berteriak. Namun Mbah diam saja bahkan tangan satunya langsung menelusup ke dada Lis mempermainkan salah satu susunya. Lis sempat berteriak jangan, namun waktu jari si Mbah menekan lebih dalam Lis yang tadinya tangannya mencoba menarik tangan si Mbah keluar dari selangkangannya menjadi meregang dan sambil mengerang2.

Ini adalah cerita terakhir dengan si Mbah, yang terjadi antara Mbah dan Lis benar2 diluar dugaan. Walau awalnya berjalan baik2 saja saat Mbah bisa menggauli Lis, dan Lis mengikutinya dengan suka rela. Aku sudah tidak mengikuti lagi di layar CCTV apa yg terjadi karena aku pikir tak jauh beda dengan yang terjadi padaku dan Regy. Sambil membaca majalah aku mendengarkan erangan2 Lis serta teriakan2 kecilnya. Namun tiba2 aku dikagetkan oleh lolongan panjang Lis. Lolongan itu tidak berhenti2. Maaf aku tidak bisa menceritakannya, yg jelas Mbah mencoba melakukan anal sex pada Lis. Untung aku sempat menolongnya. Dan begitulah akhirnya, tak ada lagi hubungan kami dengan si Mbah.

Setelah semua cerita hidupku dengan Si Mbah berakhir. Aku benar2 kembali menjadi Mila yang dulu. Walaupun kadang2 terngiang kata2ku sendiri bahwa aku adalah wanita murahan yang kegatelan dibalik semua baju muslim dan jilbabku ini. Aku juga sering kangen dengan perlakuan si Mbah walaupun tidak dengan orangnya. Semua keinginan2 liar ku selalu bisa aku redam, walaupun kadang2 kalau ngobrol dengan Regy ingin rasanya mengikuti keliaran Regy yang sekarang sering ML dengan beberapa orang selain suaminya. Lis yang selalu rajin mengingatkan agar itu tidak terulang lagi.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan