2 November 2020
Penulis —  McDodol

Kasih Ibu Yang Melampaui Batas Cakrawala

Aku (35) = suami baru Glena.

Glena (32) = isteriku, ibu kandung Thomas.

Thomas (10) = anak kandung Glena.

Anak tiriku Thomas baru saja selesai di-diagnosa atas ketidak-seimbangan hormonal yang dialami tubuhnya yang menyebabkan badan anak kecil itu selalu merasa nyeri yang teramat sangat. Ini dikarenakan dengan adanya ketidak-seimbangan hormonal itu menyebabkan penisnya selalu ereksi setiap saat. Thomas sendiri merasa malu untuk memberitahu kepada orang-orang bahkan juga padaku, ayah tirinya, perihal ketidak-nyamanan yang dialaminya.

Padahal aku sayang dan mencintainya layaknya anak kandungku sendiri. Sebenarnya kami (aku dan Thomas) cukup akrab sehari-harinya, tapi… tidak untuk kasus yang sedang dialaminya! Thomas adalah seorang anak yang baik, cerdas tapi… sangat pemalu.

Karena rasa sakitnya itulah, akhirnya Glena, ibu kandungnya Thomas membawanya untuk diperiksa oleh seorang dokter spesialis anak-anak. Saat giliran periksanya tiba, sang dokter spesialis anak itu memandang wajah Thomas sekilas lalu menoleh ke Glena dengan mengangkat sedikit keatas bahunya, mempersilahkan Glena duduk menunggu di bangku terdekat.

Dokter itu memberi resep obat, katanya bahwa obat itu akan sedikit mengurangi rasa sakitnya yang disebabkan kasus penyakit yang dialami Thomas itu. Dokter itu juga memberitahu Glena bahwasanya obat itu sedikit bahkan mungkin tidak ada pengaruhnya samasekali terhadap ereksinya penis Thomas. Dijelaskan selanjutnya oleh dokter itu bahwa penis besar milik Thomas yang selalu ereksi itu menunjukkan gejala awal dari suatu suatu penyakit (symptom of the disorder).

Glena mendengarkan dengan seksama penjelasan dokter itu, tapi tidak cukup jeli mengartikan besarnya penis yang dimaksudkan dokter itu. Pikirnya sederhana saja yaitu pastilah penis seseorang akan menjadi besar saat mengalami ereksi.

Keesokan harinya, Glena melihat kondisi Thomas, sesuai dengan apa yang sudah di-prediksi dokter spesialis anak kemarin, memang obat itu tidak ada efeknya samasekali atas ketidak-nyamanan yang dialami Thomas. Kami (aku dan isteriku Glena) sepakat memeriksakan kondisi tubuh Thomas kembali, kali ini pada seorang dokter praktek umum yang lokasi-nya agak dekat dari rumah kami.

Ditempat dokter praktek umum itu, sang dokter malahan mengusulkan solusi yang katanya sederhana saja untuk mengatasi ketidak-nyamanan yang dialami Thomas. Katanya dengan nada yakin tapi santai, kalau penis Thomas mengalami ereksi, ajarkan saja Thomas cara untuk… ber-masturbasi! Kata dokter itu selanjutnya, “Beres sudah…!

Glena mendengarkan saran dokter itu, pikirnya, ‘Benar juga ya tapi… siapa yang akan menerangkan pada Thomas cara masturbasi yang benar?‘.

Sesampainya dirumah, Glena mengajakku berbicara empat mata.

Glena berkata padaku dengan ragu bahwa dia bingung menerangkan cara masturbasi pada Thomas, anaknya itu dan memintaku agar aku saja yang mengajarkan Thomas cara ber-masturbasi yang benar. Aku yang mendengarkan usulan isteriku menjadi terperanjat, aku menampik dengan halus dan menerangkan padanya bahwa sebenarnya Thomas lebih dekat padanya ketimbang padaku apalagi dalam urusan yang sifatnya sangat pribadi, bukankah kami relatif belum lama menikah?

***

Suatu malam, tatkala Thomas telah berada didalam kamar tidurnya.

Glena datang mendekati pintu kamar tidur Thomas dan mengetuk pelan pintu itu.

(Tok-tok-tok)

Aku, ayah tirinya menjadi tertarik tanpa sebab, dengan mengendap-endap aku menguping pembicaraan antara ibu dan anaknya itu.

Glena berbicara lembut tapi agak gugup seperti apa kudengar saat itu. Dia melakukan juga dengan berat hati, apa yang disarankan oleh dokter praktek umum beberapa hari sebelumnya.

Dia bertanya dengan lembut perihal ‘problem’ anaknya itu.

Yang dijawab dengan kesal oleh Thomas, “Iya… mam. Ini sekarang mulai terasa lagi ‘sakit’-nya…! Aku sudah tidak suka meminum obat itu lagi… membuat perutku menjadi… sangat mual!”

Glena menjadi iba hatinya melihat kondisi anaknya lalu menceritakan apa yang diusulkan oleh dokter praktek umum mengenai masturbasi. “Apa kau tahu nak… apa arti masturbasi itu?,” kata Glena dengan lembut dan berhati-hati.

“Apa pula itu… mam? Artinya… apa itu, mam?”, Thomas menanggapi pertanyaan ibunya dengan was-was.

Glena menjawab dengan lembut, “Uuuh… mmmh… sebenarnya mama sudah meminta papamu… baiklah begini… masturbasi adalah kata lain yang artinya upaya merangsang penismu sendiri dengan tanganmu… yaitu menggenggamkan tanganmu pada… eeehm… maksud mama adalah menggenggam batang penismu yang sudah keras itu…

Kudengar Glena berusaha keras untuk menyelesaikan kata-katanya.

Tampak wajah Thomas malah tambah bingung jadinya, dengan sabar dia menunggu penjelasan ibunya selanjutnya. Baginya yang terpenting dia terbebas dari ‘siksaan’ yang dialaminya, pikirnya adalah tidak terlalu penting dia harus begini atau begitu…

Glena meneruskan kalimatnya, “Semakin… cepat kocokan pada penismu sampai kau merasakankan… pada penismu… oh salah… maksud mama… sampai kau merasakan pikiranmu nyaman… maksud mama… enak sekali… dan kemudian penismu ber-eyakulasi… aaah… ya begitulah… Glena merasa lega telah menuntaskan kalimatnya yang sempat terputus tadi.

Thomas hanya bengong saja kelihatannya, berusaha mencernakan apa yang dikatakan ibunya barusan.

Glena malah jadi khawatir melihat mimik wajah anaknya itu. baru saja dia ingin menjelaskan lagi secara perlahan, tiba-tiba datang satu pertanyaan dari Thomas.

“Ejakulasi… itu artinya apa ya mam? Kok susah-susah sekali ya… istilahnya…”, tanya Thomas dengan muka lugu.

Glena menjadi lega dengan pertanyaan Thomas, berarti Thomas bisa menanggapi kalimat yang diucap Glena tadi. Thomas memang anak yang cerdas… dengan lancar Glena menjelaskannya, “Ejakulasi adalah keluarnya… sejenis cairan yang berwarna putih pekat seperti shampo atau lotion… dari ujung penismu, mama pastikan penismu akan mengecil lagi dan kemudian kamu akan dapat beristirahat tidur dengan tenang memulihkan energi-mu kembali.

tapi… jangan lupa membersihkan cairan itu dengan handuk kecil… nanti mama sediakan dan menaruhnya didekatmu…“.

Thomas menjawabnya segera, “Aku akan mencobanya sekarang…!”

Sementara itu aku buru-buru kembali kekamar dan berbaring diatas tempat tidur, tentu saja dengan memegang buku bacaanku.

Tak lama Glena masuk kekamar kami, dengan panik dia berkata padaku, “Uuuh… OMG…! Aku telah melakukannya…! Mengajarkan cara bermasturbasi… pada anakku sendiri… oooh… ibu macam apa aku ini!” Glena melemparkan tubuhnya berbaring disampingku sembari tersedu.

Kataku, “Sudahlah, bukankah itu sudah menjadi kewajiban kita sebagai orangtuanya? Daripada kita melihat anak kita tersiksa sepanjang hari…“.

Glena menjawab lemah sembari menguap, “Hooo… aaahem… benar juga katamu… Thomas anak yang cerdas tentu dia bisa melakukannya dengan benar… hooo… aaahem…“.

(Zzz…) (zzz…)

Glena sudah tertidur pulas. Rupanya perbincangannya dengan anaknya, Thomas itu menguras cukup banyak energinya…

***

Pada keesokan harinya sebelum Thomas beranjak untuk tidur, dia berterus-terang pada ibunya. Katanya dia sudah berusaha untuk ber-masturbasi tapi tidak berlangsung dengan baik. Segala upaya dia mencoba tapi tidak ada setetes pun cairan yang keluar dari dari ujung penisnya, seperti yang diterangkan ibunya kemarin malamnya.

Glena menemuiku dan memberitahukan padaku apa yang telah terjadi pada Thomas, anak kami itu.

Kataku pada Glena, “Jujur saja sayang… aku tidak tahu apa yang aku dapat katakan padamu sekarang… barangkali kamu dapat menjelaskannya sekali lagi padanya atau… memberikannya sebotol baby-oil… mungkin?”

Glena rupanya menyetujui saranku, bergegas dia kekamar mandi untuk mengambil sebotol baby-oil yang kumaksud. Lalu segera menuju kamar Thomas seperti apa yang dilakukannya pada kemarin malamnya.

Sedangkan aku seperti halnya dengan kemarin malam, sudah bercokol didekat pintu kamar Thomas untuk ‘memantau’ keadaan.

Kudengar Glena berkata pada Thomas, “Ini… nak, pakailah sedikit minyak ini. Balurkan pada kedua belah telapak tanganmu sebelum kamu masturbasi malam ini…“.

Thomas menjawab sambil lalu acuh tak acuh, rupanya dia tidak tertarik sama sekali, “Aku rasa itu tidak akan banyak membantu, mam”. Hening sejenak, tiba-tiba terdengar lagi suara Thomas, “Mam… bisakah mama… memperlihatkan pada Thomas… bagaimana… caranya…?”

Terdiam sejenak, Glena menarik napas panjang, lalu berkata, “Mama rasa… OK… bisa”.

Segera dengan nekat dan menahan malu Thomas menarik selimut yang menutupi tubuhnya sehingga Glena dapat melihat bahwa anaknya itu hanya memakai celana dalam saja… Ereksi yang sudah berlangsung lama sedari tadi dari penis Thomas membentuk kerucut bagaikan kemah kecil saja layaknya. Terkesiap Glena melihat itu dengan takjub, jadi teringat dia akan kata-kata dokter spesialis anak padanya beberapa hari yang lalu, rupanya ini yang dimaksudkan dokter spesialis anak itu dengan perkataannya ‘penis besar milik Thomas yang selalu ereksi’.

‘Bodohnya aku… tidak serius menyimak perkataannya… aku salah menafsirkan perkataannya…!’, maki Glena pada dirinya sendiri sembari tetap memperhatikan Thomas, anaknya itu.

Thomas sudah melepas CD-nya… Seketika Glena menutup mulutnya dengan kedua belah telapak tangannya. ‘OMG…! ’, jerit Glena dalam hatinya. Sungguh suatu hal hampir tidak bisa diterima akalnya, bagaimana mungkin bisa terjadi?! Thomas yang baru berusia 10 tahun lebih 2 bulan itu memiliki penis sepanjang 25 cm!

“Eeehem…!”, Glena membersihkan tenggorokannya dahulu. Dengan berusaha keras untuk tetap tenang, Glena memulai obrolan dengan anaknya, Thomas. “Coba perlihatkan pada mama bagaimana… kamu melakukannya…?”

Dengan tenang Thomas menggenggamkan tangan-tangan kecilnya melingkari batang penis besar itu pada pangkalnya lalu mengocoknya perlahan. “Lihat! Itu tidak bekerja sama sekali… bukan?,” kata Thomas frustrasi.

“Barangkali kamu harus melakukan dari ujung penis dan menurun sampai pangkal… penismu, barangkali dengan sedikit lebih pelan mengocoknya… ”, kata ibunya gemetar. Glena terpesona oleh ukuran besar penis anaknya dengan… buah pelirnya serasi besarnya. Glena merasa tangannya secara refleks mendekat…

“Tidak mam… mama yang melakukannya… untukku…”, komentar anaknya dengan skeptis. Katanya lagi pada ibunya, “Bukankah mama ingin membantuku…? Aku akan melakukan apa saja… untuk menghentikan ‘sakit’-ku ini…!”

Glena dengan sungkan dia mengulurkan tangannya dan… menggenggam penis anaknya itu, seraya berkata, “Apa kamu… OK begini, nak…?,” tanya Glena.

“Oh… iya mam, rasanya lebih baik dari tanganku sendiri… tangan mama begitu halus… dan hangat… dibandingkan tanganku…”, Thomas seketika merasa relaks dan merebahkan kepalanya pada bantal kembali, memperhatikan tangan ibunya yang mulai mengocok penisnya perlahan.

“Kamu tahu…”, kata Glena sembari tetap mengocok-ngocok penis anaknya. “Kamu harus membayangkan tubuh telanjang seorang cewek… itu akan membantumu cepat… ejakulasi”.

“Aku tak tahu mam… kurasa cara ini akan… berhasil”, jawab Thomas yang napasnya mulai tersengal-sengal akibat rangsangan pada penisnya, dia memejamkan matanya, agaknya dia menikmati sekali rangsangan ini.

Glena lebih mendekat lagi dengan tubuh anaknya, dengan begitu dia dapat lebih keras dan cepat mengocok penis Thomas. Ini sudah berlangsung selama 5 menitan dan tangan Glena mulai merasa pegal.

“Nak… cobalah berusaha membayangkan tubuh seorang cewek yang telanjang… penismu sebenarnya diperuntukan untuk cewek…”, kata Glena yang napasnya ikut-ikutan megap-megap sama halnya dengan anaknya.

“Maksud mama… apa?”, Thomas menanggapi kata terakhir dari sang ibu.

“Iiiya… nak, penismu ini oleh Yang Maha Pencipta sudah merancangnya untuk memasuki vagina seorang cewek dan… membantunya bisa… hamil dan membuat seorang anak bayi baru… ”, terlepas juga perkataan itu dari mulut Glena yang bergidik oleh ucapannya sendiri itu. Dia sungguh merasa nyaman dengan keadaan mereka berdua sekarang.

“OK, aku akan mencobanya…”, kata Thomas ragu. “Aku sebenarnya belum pernah melihatnya… tubuh seorang cewek telanjang sesungguhnya! Memang sih pernah melihat gambar cewek telanjang di majalah…,” kata Thomas mengaku pada ibunya.

Kelihatannya usahanya belum berhasil mencapai target… membuat Thomas ejakulasi, tapi Glena tak akan berhenti berusaha… untuk menolong anak semata wayangnya yang tersayang…

“Setidaknya mama masih ada satu cara… yang ampuh mama pikir…

tapi… apakah perlu mama melakukannya…? ”, Glena menggeliatkan badannya tanpa sadar. Puting buahdadanya menonjol mendesak gaun malamnya yang tipis memang Glena kalau dirumah tidak pernah memakai BH, tak pelak lagi keberadaan bersama anaknya itu mempunyai efek padanya. Sedang tangan Glena masih tetap mengocok-ngocok penis anaknya mulai berasa sangat pegal.

“Mam… aku tak perduli… apapun yang ingin mama perbuat… aku senang… mama mencoba membantuku…“.

Belum juga tuntas omongan Thomas… Glena menunduk dan langsung memasukkan palkon Thomas kedalam mulutnya, menjilat dan mengenyot pelan palkon anaknya itu. Kelihatan sekali Glena sungguh menikmati apa yang sedang dilakukannya itu, dia gemar melakukan BJ (Blow Job)… juga padaku dalam kegiatan seks kami.

Buah dada Glena yang sebelah kiri tanpa disadarinya telah bebas… lepas dari balutan baju malamnya, putingnya yang sudah mengeras itu menyapu lembut kulit paha kirinya Thomas… Kepala Glena mulai mengayun naik-turun pas diujung palkon yang masih tegak berdiri, mulutnya hanya mampu memuat setengah dari batang penis Thomas yang panjang.

Thomas semakin merasa nyaman saja, ini pengalaman yang sama sekali baru baginya, sensasi ini membuat napasnya megap-megap keenakan. “Ahhh… mam… sungguh enak sekali rasanya… please… jangan berhenti… ohhh… mama!”

Glena melayani keinginan anaknya terus melakukan BJ pertama untuknya dan menggenggam dan mengocok pada setengah bagian batang penis yang tidak bisa masuk mulutnya.

Makin bertambah nikmat saja dirasakan Thomas, napasnya menderu kencang, pinggulnya didorongnya keatas. Glena ikut-ikutan mendesah, dirasakannya batang penis Thomas yang berada didalam mulutnya berdenyut membesar… dia paham tak lama lagi, pasti… Thomas eyakulasi!

Tiba-tiba Thomas menggerung kencang, “Ohhh…! Mama…!” Seketika itu juga air maninya menyemprot keluar… membanjiri mulut ibunya.

Terteguk air mani anaknya, Glena juga sengaja menyedot dan… tetap saja kepalanya turun-naik pada batang penis Thomas yang besar sementara tangannya tidak henti-hentinya mengocok.

Sungguh satu adegan erotis apa yang kulihat lewat bukaan sedikit pintu kamar Thomas, tak luput dari ‘pantauan’-ku barang sedetik pun!

Glena menelan semua mani yang ada didalam mulutnya, orgasme yang dialami Thomas mereda.

“Mam… itu rasanya lebih baik… aneh sekali tapi… sungguh enakkk sekaliii…! Aku merasa terlena… atau… apa ituuu… aku rasa ada sesuatu yang keluar dari penisku… apa itu… cairan putih… yang mama maksud?”, celoteh Thomas.

“Ya…”, kata ibunya. “Itu peju… maksud mama itu spermamu, mama menelan semuanya… agar tidak berceceran kemana-mana mengotor tempat tidurmu…,” Glena mengangguk, getaran anggukan ketika BJ masih saja terasa olehnya. “Kamu merasa nyaman sekarang?,” tanya Glena pada anaknya.

“Ya”, jawab Thomas sambil melihat kearah bawah, dilihatnya penisnya sudah agak melunak tinggal setengah ereksi. “Kupikir…

ya kupikir sekarang… kurasa lebih baik… terima kasih mam”.

Glena berdiri, membenahi gaun malam yang tadi terbuka, berusaha menenangkan dirinya sesaat dan akan keluar dari kamar Thomas.

Aku bergegas kembali kekamar, seperti biasa… berbaring sambil memegang buku bacaan.

Glena masuk kamar kami dan naik ketempat tidur tanpa bicara, lalu menyelinap masuk kedalam selimut. Tubuhnya yang hangat merapat padaku, napasnya yang masih memburu masih bisa kudengar… rupanya isteriku ini masih terpengaruh oleh suasana dikamar Thomas tadi. Agaknya dia merasa sangat bergairah dan bernafsu…

Tahu penisku sudah ‘siap’, dengan cepat Glena menanggalkan gaun malam berikut CD-nya sekalian. Bertelanjang bulat, disingkapnya selimut kesamping dan menarik cepat celana komprangku beserta CD-ku. Dengan sigap naik keatas tubuhku, mengangkangi aku dan memegang penisku yang langsung dilesakkan kedalam memeknya yang sudah basah dan licin blesss…

Cepat Glena mengayun-ayunkan pinggulnya, gaya WOT-nya (Woman On Top) membawanya cepat pada orgasme-nya sendiri yang menyebabkan tubuhnya rubuh menindih tubuhku. Penisku yang masih tegang masih tetap berada didalam memeknya yang nikmat kurasa karena masih saja berdenyut-denyut. Kudiamkan sesaat lalu kubalikkan tubuh Glena dan…

Hari semakin larut malam, tuntas sudah persenggamaan kami. Glena mengalami 3 kali orgasme sebelum aku menyemprotkan spermaku jauh kedalam rahimnya… mudah-mudahan Thomas mendapat adik baru…

Besambung pada Bagian 2

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu