2 November 2020
Penulis — pelikebo
Kayaknya aku ngefans berat ama itu pantat. Tapi tante Rahma bergerak telentang. Aku kaget doong. Aku langsung balik ke kasurku. Tapi ternyata masih terlelap.
Namun kini ada pemandangan lain yang kulihat. Dengan kondisi bajunya yang masih tersingkap, masih nampak CD tampak depannya. Akupun mendekat. Nampak beberapa bulu-bulu kemaluannya yang keluarr dari celana dalamnya.
Wah nampaknya jembut tante lebat juga sampai-sampai ada yang keluar-keluar begtu. Ingin sekali ku menjamahnya. Tapi ntar deh nunggu situasi. Bahaya nih kalo tante terbangun karena ulahku. Bisa perang sodara.
Keesokan harinya kami beraktifitas seperti planning awal. Hampir seharian kami ke workshop hingga sebelum maghrib kami balik ke hotel. Aku menyuruh tante untuk duluan balik, karena aku akan ke minimarket duluan. Dan tante Rahma nitip dibelikan obat tolak angin.
Waktu aku balik, sepertinya tante lagi mandi. Baju yang dia pake tadi tergeletak di kasurnya. Begitu juga dengan cd dan bh nya. Kudekati dan aku penasaran dengan bau celana dalamnya. Hmmm aroma keringat dan bau liang kewanitaan bercampur. Yang aku yakin semua titit lelaki akan bereaksi. Setelah puas kuletakkan lagi supaya tidak ketahuan kalo tante Rahma tiba-tiba keluar.
Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka dan kulihat dia keluar dengan hanya berlilitkan handuk. Nampaknya dia kaget karena aku sudah datang dan agak kikuk karena hanya berbalut handuk..
“Eh sudah balik kamu wo”, katanya
“Iyah tan. Capek juga hari ini”, jawabku sembari basa-basi agar suasana cair
Aku menelan ludah melihat pemandangan itu. Handuk hotel yang hanya bisa menutup sebagian tubuhnya. Bagaimana jadinya kalo lilitannya lepas? hahaha
“Udah sana wo kamu mandi dulu. Aku juga mau ganti baju”, kata tante Rahma
Seperti hari sebelumnya, terdengar dari kamar mandi dia menelpon suaminya sambil marah-marah.
Setelah selesai mandi aku balik ke kasur, dan tante Rahma sudah ganti baju memakai baju tidur satin terusannya kemarin.
Tante Rahma: “Tolak anginnya mana Wo?”
Aku: “Oh ini tan”, sembari aku ambilkan
Aku: ”Emang kenapa tan? Sakit?”
Tante Rahma: “Hmm.. kayaknya masuk angin Wo. Agak pusing nih”
Aku: “Mau tak pijit tah?”
Tante Rahma: “Emang bisa kamu?”
Aku: “Yaelah tan, coba tanya Hana gimana enaknya pijatanku”
Tante Rahma: “Yauda de, coba. Ini pijet sini enak kayaknya.”
Tante Rahma memposisikan duduknya dengan nyaman sembari menunjuk lehernya supaya dipijat. Aku pun beranjak duduk di kasurnya dan mengambil posisi di belakangnya.
“Permisi ya tan”, aku mulai memijat tengkuknya
“Hmm iya disitu enak Wo”, cuitnya
Aku memijat tengkuknya dengan telaten. Kemudian berpindah ke kepalanya. Teknik memijatku ini aku tiru dari Mbak Sun pembantuku yang sering memijat kepalaku seperti ini.
“Masuk angin tan?”, aku memecah kesunyian supaya lebih rileks
“Iyah kayaknya. Kecapekan kali ya”, balasnya
“Iya mungkin. Atau jangan-jangan karena tante marah-marah mulu sama si Om. Aku dengen ribut mulu kalo telepon”, kataku
“Hmmm.. iya tuh. Si Rudy itu mulai macem-macem”, Tante Rahma mulai cerita
“Macem-macem gimana tan?”, aku mencoba mengoreknya. Biasa kepo.
“Hmmm… iyah disitu enak. Ya tempo hari di HPnya tante nemuin chat mesra ama sekertarisnya. Kayaknya juga mereka pernah ngamar. Dasar brengsek emang itu laki”, sambil keenakan dengan pijatanku dia terus mengoceh
Akupun setia dengerinnya. Sesekali aja aku nyaut.
“Udah sabar aja tante. Suatu saat juga om bakal kembali ke pelukan istrinya lagi.”, komenku
“Yang bikin kesel, kejadian ini udah gak satu dua kali aja aku pergoki”, timpalnya lagi
“Lagian om sih. Masak istri masih cantik gini disia-siain”, aku mencoba memujinya
“Hmmmm.. masak sih Wo? ”, sambil keenakan kena pijitanku di kepala, dia tersenyum waktu kupuji
“Laiyaah lah tante. Aku gak bo’ong. Apalagi selain cantik, asetnya juga gede”, kataku mencoba menyerempet ke bahasan lebih intim
“Aset?”, dia masih belum mengerti
“Iyah.. Sorry nih ya tan. Ituu aset tetek hehehe”, aku coba jelasin lebih vulgar
“Iiih tau darimana kamu coba? kamu ngintip aku mandi ya?”, Si tante mencoba tanya
“Yaaah gima sih. Kemarin kan aku disuruh ngambilin BH tante. Ya tau ukurannya lah. Itu gede tau tan”, aku jawabnya sambil tersenyum
Tante Rahma semakin nyaman dengan pijatan dan obrolannya. Dan aku mencoba untuk bisa memijat tubuh Tante seluruh badan.
“Ini kalo pijat punggung sampai kaki enak juga kayaknya tan”, aku mencoba memberikan penawaran.
“Hmmm yaudah. Tapi kamu jangan macem-macem lo ya. Tapi lampunya ganti pake yang redup”, jawabnya
“Ya enggak lah tan. Sama tante kok macem-macem”, kataku sambil mematikan lampu utama kamar dan menggantinya dengan lampu yang lebih redup.
Suasana kamar menjadi lebih remang. Tante beranjak berdiri dan menanggalkan baju tidurnya menyisakan BH dan CDnya. Terpampang tubuh mulus tanteku ini. Dadanya terlihat besar walaupun masih terbungkus BH. Nampaknya dia masih malu untuk membuka semuanya. Tapi gak apa. Slow but Sure. Diapun kembali berbaring lagi.
Aku mulai memijat punggunya. Tanpa minyak. Walaupun begitu, dia nampak keenakan.
“Sshhh enak Wo. Teken lagi wooo daerah situ”, begitu ketika aku mulai memijat punggungnya
Sambil kulihat matanya terpejam karena keenakan.
“Tante pake minyak atau handbody lebih enak nih. Dijamin”, aku mencoba memberikan penawaran lebih
“Itu coba di tas Tante ada”, jawabnya
Aku ambil handbody di tas Tante Rahma. Dan benar wanginya wangi bener. Terlihat mahal.
Aku usapkan di punggung tante.
“BHnya aku buka yah, Ntar kena handbody nih”, aku mencoba bermodus
Dia cuman mengangguk. Gak perlu lama kaitan BHnya sudah aku buka.
Aku mulai melumuri punggung tante Rahma dengan handbody. Kombinasi usapan dan pijatan kuberikan di punggung tante hingga tengkuknya.
“Hmmmm… enak wo. Terus”, cuman kata-kata seperti itu yang kudengar dari Tante sembari matanya terpejam.
Area punggung wanita memang area sensitif. Sembari memijat punggung, aku dekatkan mulutku di tengkuknya. Kutiup pelan.
“Sssshhhh… shhhh.. Hmmmmm”
Tante Rahma mulai merasakan kenikmatannya. Nafasnya mulai berat. Terkadang dia membenamkan muka di bantal. Mungkin saja dia sudah merasakan horny.
Teknik memijat ini aku pelajari dari berbagai macam video czech massage. Dan kupraktekan ke tante Rahma.
Dari punggung, aku berpindah ke kaki dan betisnya. Kupijit dari ujung kaki ke betisnya.
Tante Rahma masih menikmati pijatanku.
“Shhh enak Wo. Kamu belajar dimana mijat enak kayak gini. Hana beruntung punya suami pintar bikin enak gini”, katanya
“Otodidak tante. Yang penting Tante gak masuk angin lagi”, jawabku
Pijatanku aku naikkan sampai ke pahanya. Didepanku masih ada pemandangan bokong berbalut celana dalam. Dan aku mencoba memijat bokong tante kandung istriku ini. Sesekali kuremas dengan masuk ke celana dalamnya. Kuulangi lagi pijatanku dari betis, paha sampai bokong lagi dengan sedikit remasan.
Kali ini tanganku coba untuk menelusup ke pangkal paha bagian dalamnya. Dan sepertinya membuat tante Rahma lebih horny dari sebelumnya. Itu terlihat dari pinggulnya yang mulai bergerak-gerak kanan-kiri kadang dia angkat. Apalagi sesekali tanganku menyenggol bagian memeknya. Bahan dia melebarkan kakinya supaya aku bisa leluasa memijat daerah sensitif itu.
“Ssshhh… hmmmmm… Ssshhhh… Ehhhhhhhh”, desiran halus ini yang aku dengan darinya
Tak beberapa lama aku merasakan celana dalamnya sudah lembab dan sepertinya basah di bagian memeknya. Yak, dia sudah sange nih. Tapi aku tetep santay saja.
“Shhhh… ehhhh.. Ahhhhh”
Tapi tidak berapa lama, tante Rahma ingin stop.
“Aduuuuh Wo kenapa sampai begini yaaaah. Stop aja yahh tante takut keterusan.”, katanya
“Oh iya tante gak papa. Santai aja”, walaupun aku sudah konak tapi tetap santai. Karena hal seperti ini harus dilakukan tanpa terburu-buru. Kalo rejeki gak akan kemana.
“Kamu kok bisa bikin enak gitu sih Wo? Hana beruntung banget ih ”, katanya sambil dengan nafasnya yang masih memburu
“Yah lain kali kalo ingin pijat lagi gak papa kok tante”, jawabku
Dia pun bergegas ke kamar mandi sambil menutup teteknya dan hanya ber celana dalam saja. Aku yakin memek tante ini sudah basah kena rangsangan pijatan.
Tapi aku gak grasa-grusu untuk menuntaskan kesangeanku malam ini. Yang penting bikin Tante Rahma nyaman dulu.