2 November 2020
Penulis —  pelikebo

Jarwo Gak Tobat Tobat

- Project Bersama Tante Istriku

Namaku Jarwo Reksono, biasanya sih orang -orang manggail aku Jarwo. Saat ini aku bekerja di sebuah perusahaan branding di kotaku S. Saat ini aku udah masuk kepala 3, yak tepatnya 30 tahun. Istriku Rohana merupakan teman masa kecilku semasa di desa di kota ujung barat pulau jawa.

Keluarga kami sangat berbahagia dengan kehadiran 2 anak. Dua-duanya cowok, Niko dan Andri. Dua-duanya masih SD kelas 2 dan 5.

Kami sekeluarga menempati rumah di sebuah komplek perumahan yang guyub dan menenangkan. Dan saat ini kami dibantu asisten rumah tangga. Mbak Sundari biasa kami memanggilnya. Sebenernya kali ini aku gak cerita tentang dia sih.

Secara ekonomi aku sih gak ada masalah. Karena dengan ilmu digital marketing yang aku punya, sampai saat ini aku sukses menjadi exportir mebel. Yah lumayan lah buat masa depan anak-anakku. Selain aku punya kantor sendiri, aku juga terbiasa untuk kerja dari rumah. Kan yang terpenting ada koneksi internet.

Untuk kehidupan sexku normal-normal aja. Walaupun sudah punya anak 2, aku masih rutin berhubungan dengan istriku 2-3 hari sekali. Bahkan ketika nafsuku lagi meledak-ledak, bisa setiap hari aku melakukannya.

“Papa kok kuat sih tiap hari gituan?”, begitu komentar istriku suatu saat. Yah mungkin aku rutin olahraga kali yah. Karena hampir tiap hari aku lari pagi. Bahkan di weekend aku selalu main bola lapangan besar dengan teman-temanku.

Dan beruntung kedua anak kami punya kamar sendiri. So, kami gak bingung untuk melakukannya setiap malam. Bahkan saat “serangan fajar” sekalipun.

Salah satu cerita kekhilafan aku bermula dari sini. Karena suksesnya usaha mebelku ini, membuat saudara dari istriku tepatnya tantenya ingin mengembangkan bisnisnya di dunia digital. Tante Rahma namanya.

Aku sih lumayan akrab dengan Tante Rahma ini. Orangnya memang supel gitu. Mudah akrab dengan orang. Dia orangnya berjilbab dan lumayan berisi menurutku.

Usaha si tante ini adalah kerajinan perak. Dia punya toko di beberapa daerah. Maksut dia mengajakku menjadi digital marketernya adalah untuk meningkatkan penjualannya melalui online.

Walaupun saudara, dia memberiku penawaran yang menggiurkan. Jadi, aku terima saja kerjaan darinya ini. Untuk memasarkan produknya ini aku harus mengenal detail produk tersebut. Jadinya aku harus tau proses produksi sampai packagingnya.

Untuk itu Tante Rahma berinisiatif mengajakku ke workshopnya di kota Y.

Tante Rahma: “Rohana, besok sabtu aku ajak suamimu ke kota Y ya. Mau lihat workshop”

Rohana (istriku): “oh iya tante silakan. Kira-kira berapa hari?”

Tante Rahma: “palingan 3 hari”

Itulah sepenggal obrolan yang aku dengar saat Tante Rahma berkunjung ke rumahku tempo hari dan minta ijin istriku untuk diajak ke kota Y.

Dan sampailah kepada hari kita berangkat. Aku berpamitan ke istri dan anak-anakku dan berangkat ke bandara. Aku dan Tante Rahma janjian ketemu disana.

Setelah sekitar 30 menit aku menunggu, akhirnya tante Rahma muncul. Dengan balutan jilbab dan perpaduan long dress dan blazer, dia beitu nampak anggun. Yah walaupun usia tanteku ini sekitar 45an, karena berduit jadinya badan masih terlihat segar dan nampak terawat.

“Hey Jarmo, sudah lama yaa nunggunya”, mengagetkanku saat aku bermain HP waktu itu.

“Eh tante sudah sampai. Macet ya tante?”, balasku

“Iyah ni tadi macet mau masuk tol. Yuk kita langsung”, timpalnya

Kita berjalan masuk checkin counter dan berikutnya menunggu di ruang tunggu. Semerbak wangi saat aku duduk bersebelahan dengannya. Kita banyak terlibat obrolan saat itu. Mulai dari bisnis, sosial sampaek keluarga.

Tante Rahma: “Kamu gak nambah anak lagi ta Wo?”

Aku: “Nggak tante, cukup 2 aja. 2 Aja udah repot ngurusnya.”

Tante Rahma: “Ya kali aja Hana pengen lagi Wo”

Aku: “Ya kalo pengen enak-enak ya pengen terus dia Tante, tapi kalo anak udah stop katanya”

Tante Rahma: “hahaha… bisa aja nih kamu Wo”

Begitulah obrolanku, kadang aku serempetin ke begituan. Dan tante Rahma kayaknya juga gak keberatan.

Setelah agak lama akhirnya pesawat kami sudah siap, dan kamipun berangkat pagi itu. Tidak banyak yang kami obrolkan saat itu, kami memilih untuk tidur.

Hingga akhirnya sampailah kita di kota Y. Kami dijemput mobil travel langganan tante Rahma. Dia sepertinya sangat sering datang ke kota ini untuk nengok workshopnya.

“Nanti kita dijemput sama travel langganan tante ya Wo. Nginepnya juga nanti hotel langgananku”, katanya sesaat setelah kita landing.

Rute pertama kita cari sarapan dulu. Dipilihlah kita akan sarapan di Warung Kopi K. Tempat makan berkonsep dapur desa yang dikelilingi sawah. Setelahnya kita mampir ke hotel langganan tante Rahma untuk naruh barang sebelum ke workshop sore harinya.

Sesampai di hotel masalah mulai muncul. Ada miskomunikasi antara tante Rahma dengan hotel. Harusnya kita mendapat kamar sendiri-sendiri. Tapi ternyata kamar yang ready cuman 1 dan double bed. Karena high season juga tidak ada kamar lain yang available.

“Gimana nih wo? mau nggak? Apa kita cari yang lain?”, tanteku bertanya

“Gak usah tante. Udah gak papa. Lagian capek juga bawa-bawa barang kesana kemari. Apalagi tante tuh, kayak orang minggat aja”, balasku sambil becanda

“Enak aja kamu wooo”, sambil tersenyum dan memukulkan majalah ke bahuku

Selanjutnya kami menuju kamar untuk naruh barang dan istirahat sebentar.

Tante Rahma: “Kamu gak papa ta wo sekamar gini. Tapi ntar aku bilang ke istrimu kalo kita beda kamar ya”

Aku: “Yak gak masalah tan. Justru aku nih yang tanya, ntar kalo aku khilaf gimana. Hehehe”

Sepertinya dia tau maksut dari omonganku.

Tante Rahma: “Ya masak kamu khilaf ama tante wo. Orang sudah tua gini”

Aku: “Namanya khilaf ya gak pilih-pilih tan. Haha”

Tante Rahma: “Kamu belum dikasih jatah ama istrimu yo. Kok ngelantur gini. Yowes aku mau mandi dulu. Kamu jangan ngintip lo ya. Ngintip tak sunat lagi kamu”

Aku: “Yaelah tan, aku gak bakalan ngintip. Paling ya langsung masuk. Hahahaha”

Sambil becanda mengepalkan tangannya dia berlalu menuju tas kopernya. Sepertinya dia mengambil daleman dan baju gantinya. Terus berlalu ke kamar mandi.

Akupun mengabari istriku kalo aku sudah sampai. Aku merasakan hal aneh sekamar dengar wanita lain selain istriku yang masih punya hubungan saudara.

Apalagi model kamar mandinya berdinding kaca buram. Jadi samar-samar nampak tante Rahma di dalam. Akupun melihat tas kopor tante Rahma yang terbuka dan tergoda untuk melihat isinya. Kali aja ada rejeki nomplok.

Bener dugaanku. Nampak daleman warna hitam di dalamnya. Sambil lihat situasi aku lihat itu BH hitam. Hmmm ukurannya membuatku penasaran. 36C. Itulah angka yang kulihat di tag BH.

Aku buru-buru meletakkannya kembali dan beringsut ke tempat tidur lagi waktu kudengar tante Rahma mau keluar kamar mandi.

“Udah wo gantian sana mandi terus kita berangkat”, tante Rahma memerintahku

Tante Rahma keluar dengan sudah memakai pakain siap pergi tanpa mengenakan kerudungnya. Baru kali ini aku lihat dia tanpa memakai kerudung.

Dan sore itu kami berkeliling ke tempat pembuatan perak sampai malam. Hingga kami kembali ke hotel lagi.

“Wo tante mandi dulu ya”, tante Rahma beranjak untuk mandi.

Tak lama berselang tante memanggil-manggil dari dalam kamar mandi, “woo… tolong ambilkan daleman tante dooong”

“Daleman apa tante”, teriakku

“Terserah pokoknya ambilin di tas koporku”, balasnya

Aku pun bergegas. Ini kesempatan langka. Kapanlagi dapat kesempatan mengoprek koleksi daleman. Tampak beberapa helai bh dan cd berbagai warna. Hitam, ungu, pink. Bentuknya pun seksi-seksi. Nampak dari merknya, selera tanteku ini tinggi sekali.

Kuambil BH 36c nya itu dan aku beringsut ke pintu kamar mandi, “Tante nih”

Pintu terbuka dan muncul kepala si tante dan tanganya aja. Wah jadi penasaran ada yang dibalik pintu nih pikirku.

“Aku ikut masuk yah tan?”, kataku sambil becanda

“Eeeh enak aja”, balas tante Rahma sambil menyaut BH yang kubawakan.

Tak lama setelah pintu ditutup kembali, terdengar teriakan dari dalam.

“Celana dalamnya mana wooo”

“Lah kirain BH aja tan. Bentar”, jawabku

Aku pun balik mengambil CD berenda warna ungu. Dan balik menyerahkan ke Tante Rahma.

“Nih tan. Itu tadi BH nya gede juga tan. Hehehe”, candaku

“Hush ngawur, gedean punya istrimu yoo”, timpalnya sambil menutup pintu kembali.

Aku masih terbayang-bayang apa yang ada di dalam kamar mandi. Hehehe. Kucing kok dikasih ikan asin.

Tantepun keluar dengan rambut yang masih basah serta sudah memakai baju tidur terusan berbahan satin. Dia nampak seksi walaupun tercetak dia masih memakain daleman. Sepertinya dia siap-siap mau tidur. Dan gantian aku yang mandi.

Sambil mandi aku mendengar Tante Rahma menerima telepon yang sepertinya suaminya, Om Rudy. Dan tampaknya lagi marahan.

Setelah mandi aku ngobrol basa-basi dengannya.

Aku: “BTW tante telpon sama siapa tadi. Kok pake marahan”

Tante Rahma: “Ituloh Om RUdy, biasalah ada masalah dikit”

Aku: “Gimana sih Om itu, istri cantik gini kok dikasih marah, gak dikasih bahagia.”

Tante Rahma: “Udaaah yaaa gak usah gombal. Ntar tak aduin ke istrimu kalo kita sekamar”

Aku: “Yaelah tan, gitu amat ngancemnya”

Tante Rahma: “Sapa suruh. Eh btw aku mau tanya. Kalo kamu lagi marahan, cara baikkanya gimana?”

Aku: “Kalo kita mah gampang tan. Sex adalah jawabannya. Ku telanjangi aja Hana. hehehe”

Tante Rahma: “Hmmm dasar, kamu ajah tu yang mesuman. Udah ah aku mau tidur. Kamu jangan mesumin tantemu yang tidur lo ya”

Aku cuman cengengesan aja. Ya kalo ada kesempatan ya jangan dilewatin pikirku.

Karena aku juga capek, kitapun tidur di ranjang masing-masing.

Tengah malam aku kebelet kencing. Waktu aku terbangun, betapa kagetnya aku. Posisi tidur tante yang miring membelakangiku, selimutnya sudah semburat dan dasternya terangkat sampai pinggul.

Tampak bongkahan pantat yang tertutup celana dalam warna ungu itu. Seksi. Hmmm pria mana coba yang tidak tergoda melihatnya. Walapun tanteku ini sudah setengah baya, tapi aku berani jamin itu pantat masih montok dan berisi.

Kuberanikan mendekat dan kucoba kusentuh pelan-pelan itu pantat…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu