2 November 2020
Penulis —  mikal8080

Emak dan Budhe

Setelah kematian suaminya dua tahun yang lalu Arfan lah teman hidup bagi Leha. Oleh karena kemiskinan, mereka berdua anak beranak terpaksa menggantungkan hidupnya dengan mengambil upah mengerjakan kebun getah kepunyaan Pak Latif seorang yang berada di kampung tersebut. Kehidupan mereka ibarat cari pagi makan pagi, cari petang makan petang.

Dengan sebidang tanah yang tidak terlalu luas yang diwarisi dari almarhum suaminya, disitulah berdiri sebuah pondok usang yang dibuat dari kayu hutan, anyaman bambu serta hanya berlantaikan batang pinang yang dibelah dan diraut untuk dijadikan lantai. Rumah kampung yang dibuat tinggi bertangga kayu hutan itu hanya mempunyai ruang barenda, sebuah kamar dan dapur yang masih menggunakan dapur kayu bertungkukan batu cegar yang diambil dari sungai di ujung kampung.

Setelah selesai membantu Arfan di kebun getah, maka saat sorenya Leha juga terpaksa membantu Arfan untuk mengerjakan sawah yang ditanami padi. Selain dari itu kerjanya ialah memasak untuk mereka dua beranak. Dengan ikan keli atau puyu yang dipanccing oleh Arfan disungai, Leha mengutip kangkung liar yang tumbuh dipinggir sungai untuk menambah lauk hidangan mereka tengah hari ini.

Setelah selesai menyadap getah diladang Pak Latif, Arfan istirahat sejenak didepan pondoknya sambil menghisap rokok daun nipah yang baru dibelinya semalam. Dengan tembakau cap kerengga yang digulung rapi bersama daun nipah, Arfan mengisap asap rokok itu dengan kepuasan sambil memejamkan matanya. Perutnya bergelodak kelaparan setelah seharian bekerja sambil menunggu emaknya memanggilnya untuk makan.

Setelah perutnya kenyang seperti ular sawah baru makan seekor kambing, Arfan berbaring sebentar tidur-tidur ayam sambil menunggu hari sore untuk turun kesawah. Pikirannya melayang memikirkan hidup dan masa depannya yang tidak menentu itu. Memikirkan nasib emaknya yang terpaksa bekerja keras untuk meneruskan hidup mereka.

Budhe Warsih juga sudah tidak mempunyai suami. Tetapi hidupnya tidaklah sesusah emaknya. Budhe Warsih masih terlihat cantik diusianya yg mengijak 43 tahun, lebih muda dari umur emaknya yang sudah 46 tahun, tapi soal kecantikan sebenarnya mereka tidak jauh beda.

Hampir setiap hari saat Arfan pulang dari kebun Pak Latif, melihat budhe Warsih yang sedang mandi berkemban di sumur yang dibagi bersama keluarganya dan keluarga budhe Warsih. Sumur itu terletak didekat jalan yg biasa dialalui Arfan ke kebun Pak Latif. Hanya dia dan emaknya saja yang menggunakan jalan itu.

Biasanya Budhe Warsih memakai kain kemban yang nipis dan tidak bercorak. Saat air sumur yang dingin itu membasahi kain yang dipakai oleh budhe Warsih, jelas terlihat tubuh budhe Warsih yang sungguh menggiurkan. budhe Warsih walau sudah bisa dibilang berumur’, namun kulit dan badannya masih montok jelas berbayang dibalik kain kembannya.

Setiap kali Arfan lewat dekat sumur itu, Budhe Warsih pasti menegurnya. Biasanya hanya masalah sepele yang ditanya oleh Budhe Warsih. Arfan selalu mengambil kesempatan ini untuk melihat bagian-bagian tubuh Budhe Warsih yang menggairahkan itu. Budhe Warsih tau Arfan selalu melihat tubuhnya. Dia sengaja menyibak rambutnya yang basah dengan kedua tangannya.

Ketiaknya yang putih itu juga ikut terlihat. Arfan tak dapat menahan matanya saat melihat tubuh Budhe Warsih yang mengghairahkan itu. Dia pun sengaja berlama lama saat berbicara dengan Budhe Warsih sampai selesai mandi supaya dapat melihat tubuh Budhe Warsih sepuas-sepuasnya. Setelah Budhe Warsih selesai mandi barulah dia bergegas pergi.

Seketika kontolnya mengeras saat dia memikirkan apa yang dilihatnya siang hari tadi. saat dia melewati sumur yang biasa digunakan Budhe Warsih, terlihat sedang menabur sampo di kepalanya. Dengan tiba-tiba air sabun masuk ke matanya. Ketika Budhe Warsih meraba-raba mencari timba, tiba-tiba kain kembannya melorot ke bawah.

Maka terbukalah seluruh badan Budhe Warsih yang bahenol itu. Arfan tertegun melihat tubuh Budhe Warsih yang tidak dibaluti seutas benang pun. Tubuh Budhe Warsih memang masih menggiurkan. Arfan mengambil kesempatan ini untuk menatap tubuh Budhe Warsih yang selama ini dalam khayalannya. Mata Arfan tertumpu pada celah paha Budhe Warsih.

Ar! Tolong Budhe! Inilah kata-kata yang menyebabkan Arfan sadar kembali. Dengan segera dia menimba air dari sumur itu dan menyiramkannya ke muka Budhe Warsih dengan hati-hati.

Ar kamu melihat ya..? Tanya Budhe Warsih sambil menutup tubuhnya kembali setelah hilang perih di matanya.

Arfan hanya tersenyum mengingat peristiwa itu. Tangannya menjalar masuk kedalam celananya dan mulai mengurut-urut kontolnya. Tak disadari perbuatannya diperhatikan oleh emaknya. Leha yang sudah dua tahun menjanda seperti terangsang juga saat melihat kelakuan anaknya. Sebenarnya ia sudah sering kali melihat kontol anaknya itu mengeras terutama waktu pagi hari ketika ia mau menyuruh Arfan untuk ke kebun.

Arfan yang biasa tidur hanya dengan kains sarung tanpa baju itu selalu saja kainnya bergulung hingga ke pusat. kontolnya yang sudah berdiri keras lebih besar dan panjang daripada milik suaminya. Leha terpaksa menahan nafsunya. Kadang-kadang terfikir juga dihatinya untuk mengusap-usap dan membelai kontol milik anaknya itu.

Keadaan yang sama sebenarnya juga berlaku pada Arfan. Dia juga selalu melihat memek emaknya ketika emaknya tidur terlentang dengan kaki mengangkang luas dengan kain batik yang dipakai tersingkap hingga ke pangkal pahanya, mungkin karena keletihan setelah seharian bekerja disawah. memek emaknya masih montok dan besar.

Tidak banyak bulu. Tembam dan bibirnya memek emaknya masih bertutup rapat seperti memek Budhe Warsih. Kedua wanita ini mempunyai paras rupa yang jelita juga dengan tubuh yang menggiurkan. Kerja keras di kebun dan sawah tidak mengurangi kemolekan dua wanita ini. Dua wanita ini menjadi sumber khayalannya ketika dia onani.

Pada sore itu dia berkhayal lagi sambil membayangkan tubuh budhe Warsih yang dilihatnya ketika menukar kain basahan selepas mandi. Dia dapat melihat dengan jelas tubuh budhe yang tidak dibaluti kain itu. Tubuh Budhe memang menggiurkan. Kulitnya yang cerah dan bentuk yang menarik makin menambahkan lagi kecantikan tubuh Budhe Warsih.

Tanpa disadarinya, ternyata emaknya Leha telah pulang ke rumah. Leha sengaja pulang dengan secara diam diam karena ia mau melihat apa yang sedang dibuat oleh Arfan. Arfan yang sedang berbaring di atas tilam yang telah lusuh meneruskan aksinya. Kain sarung yang dipakainya telah bergulung hingga ke pusat.

“Ar, tolong mak ya!” pinta emaknya dengan suara yang menghiba. Mak sudah lama gak megang ini. Mak sudah tak tahan.

Anaknya terdiam tidak menjawab, tapi Leha terus mengusap-usap dan mengurut-urut kontol Arfan. kontol Arfan yang tadinya sedikit mengendur terlihat mulai kembali mengeras merasakan tangan lembut emaknya membelai dan meremas kontolnya. Dia memejamkan matanya merasakan kenikmatan perlakuan emaknya.

Ar belom ngerti.. Mak mau gimana?.

Nanti mak ajari. Jawab Leha sambil melepaskan pakaian yang dipakainya. BH dan celana dalamnya juga ikut dilepaskan, sekarang Leha sudah bertelanjang bulat dihadapan anaknya. Rasa malu bugil depan anaknya sudah tiada.

Arfan terpegun melihat tubuh emaknya yang sudah terbuka itu. Tubuh emaknya memang masih menggairahkan. Lebih sexy dari Budhe Warsih. Tubuh emaknya bersih, padat berisi walau pun dia tidak gemuk. kontol Arfan semakin tegang dan keras melihat tubuhnya emaknya yang sangat menggiurkan itu.

Kemudian Arfan merasakan tangannya ditarik dan diletakkan pada tetek emaknya. Tetek yang pernah dihisapnya dua puluh tahun yang lalu, terlihat masih merangsang. Ukurannya yang besar walau terlihat agak kendur. Tetek emaknya mulai diremas oleh tangannya yang kasar. Tindakan Arfan telah merangsang nafsu birahi Leha.

Walaupun pertama kali bagi Arfan melakukan perbuatan itu, dengan bantuan Leha jari-jarinya dapat menyentuhl biji klitoris milik emaknya dengan baik. Leha mulai mendengus dan mengerang keenakan. Keadaan itu juga menimbulkan birahi pada Arfan. Pertama kali dia mendengar perempuan mengerang keenakan. kontolnya betul-betul keras.

Leha sudah tidak dapat menahan gelora nafsunya yang memuncak lalu dia bangun dan menposisikan memeknya di atas kontol Arfan. Dia mengarahkan kontol anaknya yang keras menegang itu ke memeknya. Leha menekan badannya ke bawah. kontol Arfan mulai memasuki lubang memek emaknya. Mata putihnya kelihatan. Arfan yang selama ini belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini.

AAhh mak enak sekali…! Arfan bersuara sepontan.

Leha juga berkeadaan sama. kontol Arfan yang besar itu memenuhi seluruh lubang memeknya. Saat kontol anaknya bergerak-gerak di dalam lubangmemeknya Leha berasa nikmat yang tidak terhingga, rasa nikmat yang sudah dua tahun tidak dirasakannya. Namun rasa nikmat kali ini mengalahkan rasa nikamt yang pernah dirasakannya ketika bersama suaminya yang dulu.

Ar.. Nikmatnya ahha a… kontol Ar Besar sekali.. Leha merengek sambil mengayak-ayak punggungnya ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan sambil mengemut kemas kontol anaknya untukl merasai kenikmatan yang sudah lama tidak dirasainya. Aduh.. aduu.. aduuu nikmatnya Ar Mak gak tahan.. aahhh nikmat ni nikmatnya.

Tiba-tiba tubuh Arfan mengejang dan terpacul suara Arfan antara kedengaran dan tidak.

“Mak… Ar mau keluar niiiii”

keluar. keluar Keluarkan aja Ar. aaah.

Crrruuuttt… crruuuttt… ccrrruutt… crruuuttt.

Aaa aaaaa. Aaaaaa Enak sekali Ar nikmatnya Am. nikmatnyaaaa Leha menjerit sambil mendekap tubuh Arfan sekuat-kuatnya..

Ntah berapa kali tetesan air mani Arfan menyelinap masuk ke rahimnya. Saat yang sama tubuh Leha juga mengejang dan dia mencengkam kemas badan Arfan. Dia terkulai di atas badan anaknya. Dia membisikan sesuatu di telinga anaknya tanda kepuasan.

Emak puas Ar Kamu pintar main ya.

Leha dan Arfan terbaring kelelahan. Mereka berpelukan dalam keadaan bertelanjang bulat.

Apa yang kamu rasa Ar? Tanya Leha.

nikmat mak..

Mau lagi..?

Mau..!!

Bikinlah Ar apa yang kamu mau. Bikin sampai kamu puas. Mak udah pasrah. Kata Leha.

Mereka kembali bersetubuh untuk kedua kali keduanya. Kali ini Arfan yang menindih tubuh emaknya. Ia memacu diatas tubuh Leha. Kali ini lebih lama. Hari sudah menjelang sore, mereka terus bergumul memacu birahi, bukan hanya dua kali, malah berulang kali tanpa henti. Perbuatan itu sampai ke senja. Sampai kedua-duanya lemas tidak berdaya.

Ar masih pengen lagi ya? Tanya Leha saat Arfan masih menghisap putting buah dadanya dan meraba-raba memeknya.

Ar belum puas mak.

Sekali saja ya Ar. Mak sudah capek ni.

Iya mak. habis ni kita istirahat. Jawab Arfan sambil kembali menindih tubuh emaknya buat yang kelima kali.

Walau pun sudah lelah dan tidak berdaya, Leha tetap melayani anaknya dengan bertenaga. Leha mengimbangi goyangan Arfan walau dengan perlahan saja. Leha tidak mau anaknya tersinggung. Dia mau Arfan menyetubuhinya bukan kerana terpaksa. Dia juga mau anaknya akan mengulangi perbuatan ini lagi.

Permainan yang kelima ini sungguh panjang. Ketika itu azan Maghrib sedang berkumandang. Mereka tidak hiraukan azan. Leha menggunakan segala kemampuan dan pengalamannya supaya Arfan cepat keluar. Rupa-rupanya Arfan sungguh hebat. Hampir sejam kontolnya menusuk memek emaknya barulah dia dapat membuat keluar air pekat dan hangat itu.

Suasana dalam kamar tidur itu agak gelap. Rumah mereka tidak ada aliran listrik. Hanya berharap cahaya bulan. Jadi suasana dalam bilik itu tidaklah terlalu gelap.

Pasang lampu teploknya Ar. Mak masih capek ni. Kata Leha setelah Arfan turun dari tubuhnya.

Tanpa banyak bicara Arfan keluar kamar dan mencari lampu teplok. Setelah lampu teplok dipasang rumah mereka sekarang lumayan terang kembali. Arfan masuk balik ke dalam kamar tidur mereka. Dia melihat emaknya masih berbaring dalam keadaan telanjang bulat. Leha masih terlihat lelah. Arfan berbaring kembali di sebelah emaknya.

Kenapa baru sekarang kita lakukan ini mak. Kenapa gak dari dulu dulu? Tanya Arfan setelah puas mencium bibir dan lidah emaknya. Tangannya masih merayap meremas memek emaknya.

Entahlah Ar. Mak pun gak tahu. Cuma dulu itu mak takut Ar marah. Mak takut Ar anggap mak ni gatal.

Mak Arfan bersuara sambil mengusap memek Leha.

Mmm.. Leha hanya berguman manja. Dia mulai terangsang lagi saat tangan Arfan mengusap memeknya.

Ar pengen tiap hari ngentot sama emak boleh gak? Tanya Arfan lagi. Jari-jari Arfan mulai menguis-nguis lubang kemaluan emaknya.

Boleh. Ar.. Mak juga pengen. Kalau bisa kita main empat kali sehari. Jawab sambil memegang kontol Arfan. kontol Ar ni besar, panjang. Keras pulak tu. Emak suka kontol Ar. Waktu masuk di memek emak, mak merasa sangat nikmat. Tak puas sekali dua. Cuma mak capek. Kalau tidak sepuluh kali pun mak mau.

Jadi tiap hari kita main lagi ya mak? Tanya Arfan sambil mengusap tetek emaknya.

ya Ar.. boleh.

kalau sekarang..?

Hmm. sekarang Mak sudah lapar Ar. Jawab Leha. Habis makan aja ya Ar.

Janji ya mak habis makan kita ngentot lagi.

Mak janji. Sampai pagi pun boleh.

Mereka lalu bangkit untuk makan malam. Katika Leha menarik kain batiknya, Arfan mencegah. Gak usah pakai bajulahlah mak. Ar suka lihat mak telanjang.

Leha patuh pada kemauan anaknya. Mereka berdua bergerak ke dapur untuk makan malam sambil berpeluk-peluk dalam keadaan telanjang bulat. Arfan begitu sayang pada emaknya. Dia tidak mau melepaskan tubuh emaknya. Saat Leha menyediakan makan malampun, Arfan masih memeluk tubuh emaknya dari belakang. Tangan kanannya mengusap memek emaknya.

Ala janganlah pegang itu dulu Ar. Emak geli. Leha menggeliat lembut saat jari Arfan mencari biji kelentitnya. Nasi yang sedang disendoknya hampir tumpah.

Belum sempat Leha menyediakan lauk, Arfan sudah tidak dapat menahan nafsunya. Emak Ar gak tahan. Kata Arfan.

Kan mak udah bilang habis makan kita main lagi. Jawab Leha sambil meletakkan gulai ikan di atas tikar pandan tempat mereka akan makan. Tapi mak Ar sudah gak tahan ne. Melihat tingkah anaknya itu Leha membalikkan badannya lalu memeluk Arfan. Ya udah Cepat Ar. Mak pun jadi terangsang gara gara kamu gangguin.

Dengan hati-hati Arfan merebahkan tubuh emaknya di atas tikar bersebelahan dengan nasi dan gulai ikan. Setelah Leha berbaring telentang, Arfan langsung menindih tubuh emaknya. Saat Arfan menindih tubuhnya, Leha membuka lebar pahanya sambil mengangkang dan melebarkan memeknya. Arfan mulai mengarahkan kepala kontol pada lubang memek emaknya.

Kemudian dia mulai menggerak-gerakkan kontolnya dalam lubang memek Leha. Sempit tetapi licin. Sambil menggerakkan kontolnya dalam memek Leha, Arfan mencium leher dan bahu emaknya. Dia juga tidak lupa menghisap puting tetek emaknya.

Uuuuu. nikmatnya Ar. Emak suka ngentot sama kamu. Bisik Leha sambil mencengkram kepala anaknya kedadanya.

Ar juga merasa nikmat mak. memek mak masih sempit… nikmatnya mak. Bisik Arfan sambil menggoyang kontolnya di lubang memek emaknya. Kemudian dia menjilat leher dan tetek emaknya.

Arfan terus menggoyang. Leha pun membalas goyangannya. Tiba-tiba Leha menarik rambut Arfan sekuat-kuatnya. Aduh Ar. Nikmatnya emak udah mau nyape lagi ahhh.. nikmatnya Tubuhnya kejang seketika. Air lendir menderu-deru keluar dari lubang memeknya. Arfan memberhentikan goyangannya.

Kenapa berhenti Ar? Tanya Leha

Emak sudah keluar ya? Tanya Arfan kembali.

dari mana kamu tahu?

memek mak udah becek sekali.

sudah pintar anak emak ini. Teruskan Ar. Mak masih mau lagi.

Kita gak jadi makan mak?.

sudah tanggung Ar.. Kamu selesaikan aja dulu.. Biar kita sama sama puas.

Arfan meneruskan goyangannya. Kali ini makin kuat. Setelah berkali kalimengoyang, emaknya kembali menjerit lagi. Leha menarik tubuh anaknya. Tubuhnya terasa mengejang lagi. Beberapa saat kemudian memek Leha banjir lagi. Ini sudah berulang yang keepat kali. Arfan sudah tidak dapat menahan lagi. Dia mempercepat ocokan kontolnya.

Leha juga sudah tidak tahan. Dia sudah tidak bisa berkata kata lagi. Ia hanya makin memeluk erat tubuh Arfan. Dia merintih. Dia merengek. Dan akahirnya dia menjerit saat Arfan membuat genjotan terakhir dan membuat beberapa semburan sperma di dalam lubang memeknya. Mata Leha terbeliak merasakan itu. Kemudian tubuhnya terkulai lemas tak berdaya.

Arfan masih menindih tubuh emaknya. Dia masih bernafsu mencium pipi emaknya yang keletihan. Walau ia sudah melepaskan spermanya ia terasa masih bernafsu menjilat tetek emaknya yang sudah dibasahi keringat. Dan dia masih bernafsu menghisap putting buah dada emaknya yang masih keras menegang itu.

Sudahlah Ar. emak sudah lapar ni, kita makan dulu yuk Kata Leha saat melihat Arfan masih menghisap putting teteknya. Kalau dibiarkan tentu dia masih mau lagi.

Arfan menuruti permintaan emaknya. Dia turun dari tubuh emaknya kemudian membantu Leha bangkit dari perbaringan. Dia juga sudah lapar. Nasi dan gulai ikan sudah dingin, tetapi mereka makan dengan lahapnya, mungkin karena merasa lapar sehabis memacu birahi dari tadi siang.

Setelah makan Leha membereskan sisa sia makanan dan menyimpannya kedapur. Arfan juga ikut membatu emaknya membereskan peralatan makannya. Setelah dirasanya semua beres, Arfan menarik tangan emaknya, mereka terus masuk kekamar. Saat dikamar kontol Arfan berdiri lagi melihat emaknya berbaring di atas kasur masih dalam keadaan telanjang.

Malam itu mereka kembali bersetubuh dan bergumul tanpa henti. Tubuh Leha tak lepas dari pelukan Arfan. Dan tubuh Arfan juga tidak mau melepas pelukan Leha. kontol Arfan masih bersarang di kemaluan emaknya. Menjelang subuh baru mereka terlelap. Itu pun setelah tubuh mereka benar-benar letih, lesu dan tidak berdaya.

Arfan terjaga saat matahari sudah tinggi. Cahaya matahari yang mencuri masuk melalui lubang dinding rumah mereka, telah membuka matanya. Objek pertama yang dipandang oleh Arfan adalah emaknya yang masih telanjang. Dia masih memeluk tubuh Arfan dengan erat. Emaknya masih terlelap dalam tidurnya. Wajah kelihatan tenang.

Ada apa Ar??

Sudah siang mak..

Oohh.. Ya..? balas Leha lagi sambil melihat suasana dalam bilik tidur yang mulai terang. Kemudian dia memandang Arfan dengan pandanan mata yang sayu.

Kenapa wajah emak seperti sedih gitu ni?

Mak mau lagi Ar. Jawab Leha dengan mesra dan manja. Kita main lagi yuk Ar? Leha melirik Arfan dengan senyuman menggoda.

Tanpa membuang waktu Arfan mulqi mencumbu emaknya. Ia memagut bibir emaknya yang kembali terangsang itu. Leha juga membalas ciuman anaknya dengan rakus sekali seperti orang kehausan. Seperti tidak sabar, Leha membuka pahanya. Arfan mengerti dan ia langsung menaiki tubuh emaknya. Kemudian kontol Arfan mencari sasarannya.

Lebih cepat Ar. Emak sudah mau keluar ni. Bisik emaknya.

Arfan semakin mepercepat mehocok lubang memek emaknya. Leha mulai menjerit-jerit, meremas rambut anaknya dan kemudian mengejangkan tubuhnya. Tidak lama kemudian Arfan merasa kontolnya disirami air dalam lubang memek emaknya. Pergerakan kontolnya semakin licin. Berkali kali goyangan kontol diayun dalam lubang memek emaknya.

Cepat Ar cepat keluarkan Ar tu. Mak dah gak tahan. gak tahan gak tahannnnaaahhhh.. Leha menjerit sambil menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.

Arfan sebenarnya merasakan spermanya akan keluar tapi entah kenapa tidak keluar jugai.

Kenapa ni Ar Lama sekali punya kamu keluar. emak gak tahan memek emak sudah ngilu ne.

Entahlah mak. Ar juga gak tau.!!

Arfan teringat ketiak emaknya. Ketiak emaknya putih mulus tanpa bulu. Dengan segera Arfan menguak tangan Leha. Ketiak Leha yang putih itu terlihat. Tanpa membuang waktu Arfan mencium ketiak emaknya. Bau ketiak emaknya yang lembut terus merangsang syahwatnya. Dan tidak lama setelah itu Arfan melepaskan air mani yang pekat dan hangat ke memek emaknya.

Arfan terbaring lemah di atas tubuh emaknya. Leha memeluk erat tubuh anaknya. Nafasnya masih turun naik dengan cepat. Saat Arfan hendak mencabut kontolnya, Leha menahan punggung Arfan dengan kedua-dua kakinya.

Jangan cabut dulu Ar. Biar dia berendam dalam memek emak.

Ketagihan Seks mungkin inilah istilah yang tepat buat pasangan ibu dan anak ini. Mereka seperti tidak sadar bahwa mereka adalah Ibu dan anak kandung. Keinginan melampiaskan nafsu birahi tidak ada yang menghalangi. Kelakuan sumbang kedua-dua anak beranak ini berkelanjutan tanpa di ketahui oleh penduduk kampung.

Karena penduduk kampung itu tidak ambil peduli keadaan keluarga Leha yang susah itu. Arfan yang mulai ketagihan hubungan kelamin dengan emaknya mulai membayangkan tubuh budhe Warsih pula. Dia mulai memikirkan cara untuk mendapatkan memek budhe Warsiha. Dia tahu budhe Warsih memang sengaja memancing gairah birahi kepadanya.

Bahkan sekarang setiap kali Arfan menyetubuhi emaknya, dia selalu membayangkan kemolekan tubh Budhe Warsih. Dia bayangkan nikmatnya memek Budhe Warsih yang berbulu lebat itu. Leha tidak menyedari khayalan dan impian anak tunggalnya ini. Yang dia tau hampir setiap malam Arfan mengkhayalkannya. Dan Arfan tetap memberi kenikmatan pada memek emaknya mereka selalu bersetubuh dengan begitu bernafsu sampai menjelang subuh.

Hari itu mereka kesiangan lagi. Mereka terjaga saat mendengar suara Budhe Warsih memanggil Leha. Arfan terjaga dan langsung membangunkan emaknya. Leha segera mengambil kain batiknya lalu berkemban. Kemudian dia keluar dan membuka pintu.

Ada apa Sih… pagi-pagi kau udah kemari?

Pagi? gak nampak ke matahari udah tinggi gini. Balas Budhe Warsih. Kalian koq nyenyak sekali tidurnya, tadi sampai dua kali aku kemari kulihat kalian belum bangun.

Aku kesiangan. Semalam capek sekali bekerja

Apa si Arfan kesiangan juga?

Kalau aku kesiangan dia pun apa lagi. Kalau bukan aku yang bangunkan dia takakan bangun.

Dia kalau tidur dengan mbak??

ya gaklah..

Jangan bohong Kata Budhe Warsih sambil menghampiri Leha. Waktu aku intip kamar mbak tadi, aku lihat kalian berdua tidur berpelukan. Telanjang pulak tu. hayyo… Kalian gapain tadi malam?. Tanya Budhe Warsih dengan suara yang perlahan.

Leha tersentak dengan penjelasan Budhe Warsih, tetapi dia tidak cemas. Dia sudah mengerti sifat Budhe Warsih. Biasalah. kalau laki laki jumpa perempuan. Si Arfan kan sudah dewasa. Punya dia juga Besar, panjang tahan lama ambung Leha sambil tersenyum

Aku yang pertama godain dia, mbak pulak yang dapat.

Dia kan anakku. ya emaknya lha yang menikmati dulu.

Aku boleh gak mbak mencicipi punya Arfan? Tanya Budhe Warsih.

Kau mau juga? Leha memandang wajah Budhe Warsih dalam dalam.

Budhe Warsih tersipu-sipu.

Ya sudah yuk masuk. ajak Leha. Tapi ingat jangan beritahu siapa siapa. Kata Leha lagi.

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam rumah Leha yang usang itu. Budhe Warsih langsung menuju ke kamar tidur Leha. Arfan yang masih berbaring di atas kasur itu terkejut dengan kehadiran Budhe Warsih. Tetapi dia tidak panik kerana Budhe Warsih duduk disisinya.

Tolong Budhe ya Ar. Budhe pun mau seperti emakmu. udah lama tak menikmati barang ini. Kata Budhe Warsih sambil memegang kontol Arfan.

Arfan tersenyum. Pucuk yang dicita ulam yang datang. Kemudian dia memandang emaknya. Boleh mak?

Ya terserah kamu. Yang penting bikin Budhe Warsih puas. Jawab Leha, mendengar itu Budhe Warsih langsung membukakan pakaiannya. Dan sekarang ia sudah telanjang didepan Arfan

Mbak mau ikut bareng? Tanya Budhe Warsih sambil mengangkat kedua-dua tangannya ke atas melepas bajunya.

Ya iya lah. Jawab Leha lalu ia juga membuka pakaian dan melemparkannya ke atas lantai. Kemudian dia membantu membuka BH Budhe Warsih. BH Budhe Warsih juga dicampak di atas lantai.

Mata Arfan terpukau melihat buah dada Budhe Warsih yang sudah terbuka itu. Putih, montok. Putingnya masih kecil bagai tidak pernah diusik. Lalu kedua-dua tangan Arfan meremas kedua-dua buah dada Budhe Warsih yang besar itu. Budhe Warsih meredupkan matanya saat kedua-dua buah dadanya diremas.

Leha meneruskan kerjanya menelanjangi Budhe Warsih. Setelah Budhe Warsih telanjang Arfan langsung merebahkan tubuh Budhe Warsih sampai dia terlentang di atas kasur. Kemudian Arfan naik atas badan Budhe Warsih. Dia terus mencium pipi dan seluruh wajah Budhe Warsih. Kemudian leher, bahu, kemudian dadanya.

Mulut Arfan mencari putting buah dada Budhe Warsih. Putting buah dada Budhe Warsih dijilat. Kemudia dihisap. Budhe Warsih menggeliat saat putting buah dadanya dihisap oleh keponakannya itu. Arfan menghisap putting buah dada Budhe Warsih sepuas-puasnya. Sudah lama dia idamkan buah dada Budhe Warsih, dia tidak akan melepaskan peluang ini.

Leha yang melihat tingkah laku anaknya terhadap Budhe Warsih, sudah tidak dapat menahan hawa nafsu berahinya. Dia juga sudah telanjang. Kemudian dia berlutut di atas muka Budhe Warsih menyerahkan kemaluannya untuk dijilat oleh adiknya. Tanpa membuang waktu Budhe Warsih menjilat kemaluan Leha. Melihat Budhe Warsih menjilat kemaluan emaknya, Arfan kepengen juga untuk menjilat kemaluan Budhe Warsih.

Berulang kali dia menjilat memek yang berbulu tipis itu. Sekali sekali ia gigit klitoris Budhe Warsih. Pengalamam bersama emaknya, memudahkan Arfan melakukan itu. Budhe Warsih yang sedang menjilat kemaluan Leha tiba-tiba menggelepar saat kemaluannya dijilat dan itilnya disedot oleh Arfan sehingga akhinya air maninya keluar dari lubang kemaluannya.

Sudah Ar Budhe udah gak tahan Budhe mau kontol Ar Entot Budhe Ar. Kata Budhe Warsih sambil menarik tubuh Arfan supaya menggagahi tubuhnya.

Arfan menuruti kemauan Budhe Warsih. Dia kembali menindih tubuh Budhe Warsih. Emaknya ikut pula bergerak ke arah punggung Arfan. Dia memegang kontol anaknya dan mengarahkannya kelubang kemaluan Budhe Warsih. Iamerasa kontolnya sudah berada disasarannya, tanpa membuang waktu Arfan terus menekan masuk kontolnya ke dalam lubang memek Budhe Warsih.

Ough…! Budhe Warsih tersentak menerima tusukan kontol Arfan. Besarnya Ar. Kerasnya… Panjang Arennakk ahh Budhe Warsih terus mendesah.

Baru tau kau Warsih. Kata Leha pula sambil menekan ponggong anaknya supaya kontol Arfan makin terbenam ke dalam memek adiknya.

Aduh.. duu duuhh nikmatnya Ar nikmatnya Rengek Budhe Warsih saat Arfan mulai menusuk dan menarik kontolnya itu. Tak pernah Budhe rasa senikmat ini aduuuu aduuuu. aduuu.. nikmatnya. nikmatnyaaa besarnya. kerasnya panjangnya kontolmu, penuh dimemek Budhe Budhe Warsih terus mendesah dan merengek setiap kali Arfan menyorong dan menarik kontolnya.

Arfan bertambah semangat menyetubuhi Budhe Wasih yang menjadi idamannya selama ini. Memek Budhe Warsih kuat mengemut. Mulut Budhe Warsih maasih merengek. Tangannya kuat memaut kepalanya.

Lebih cepat Argoyangnya kuat lagi Am Budhe sudah mau sampai Terus entot Budhe aaahhh… sampai Budhe sampai. Ooooooooo nikmatnya nikmatnya nikmatnyaaaaaaa.. Budhe Warsih terus menggelepar. Matanya terbeliak.

Arfan makin mempercepat ayunan kontolnya. Dia mencium bibir Budhe Warsih. Dia peluk tubuh Budhe Warsih sekuat hati. Dan akhinya dia membuat tekanan yang kuat dan menyemprotkan air mani yang pekat dan hangat ke dalam lubang kemaluan Budhe Warsih.

Melihat Budhe Warsih sudah sampai kepuncak dan Arfan pun menurunkan tempo goyangannya diatas tubuh Budhe Warsih, melihat itu Leha yang berbaring disebelah Budhe Warsih membuka selangkangannya lebar lebar. Nafsu birahinya sudah tidak dapat ditahan setelah menyaksikan adegan anaknya dengan adiknya itu.

Cepat Ar, sekarang giliran emak ..!!. Kata Leha sambil menarik tubuh anaknya.

Arfan mecabut kontolnya dari memek Budhe Warsih saat Leha menarik tubuhnya. Leha segera memegang kontol anaknya yang masih basah dengan air cinta Budhe Warsih. kontol itu dikocoknya supaya tidak lembek. Kemudian Leha mengarahkan kontol Arfan ke arah lubang kemaluannya. Dengan tidak banyak cumbuan Arfan memasukan kontolnya ke dalam lubang kemaluan emaknya.

Budhe Warsih tertegun melihat anak beranak ini melakukan persetubuhan di hadapan matanya. Sungguh dahsyat. Anak dan emak sama-sama ganas. Sama-sama buas! Tanpa rasa segan segan Arfan menggumuli emaknya dengan rakus di hadapan Budhe Warsih. Mereka berdua bagai singa yang kelaparan. Budhe Warsih tidak menyangka Leha kakaknya begitu buas dan ganas. Arfan juga yang masih terus menikmati memek emaknya juga terlihat buas dan ganas itu. Hampir satu jam Arfan bersetubuh dengan emaknya di hadapan Budhe Warsih tanpa segan dan malu. Dan ketika Arfan membuat tekanan yang terakhir, Leha bagai singa betina yang kelaparan menjerit dan memeluk tubuh Arfan yang masih bersemangat menyetubuhinya.

Setelah Leha terkulai, Arfan memandang Budhe Warsih dengan penuh rasa birahi. Budhe Warsih pun tersenyum walaupun rambutnya sudah tidak terurus, matanya yang layu menambah keseksianya walaupun sudah berumur.

Kita main sekali lagi ya Budhe? Kata Arfan lalu naik di atas tubuh Budhe Warsih yang terlihat agak kebingungan.

Walaupun agak kebingungan Budhe Warsih tidak membantah. Dia hanya pasrah pada tindakan Arfan yang semakin berani itu. Maka sekali lagil Budhe Warsih dapat merasakan kontol Arfan yang besar, keras dan panjang itu mengaduk memeknya. Leha yang terlihat masih kelelahan berbaring disamping mereka, memperhatikan adegan anak kandungya bergumul bersama adiknya memacu birahi.

Sejak hari itu hubungan Arfan, Leha dan Budhe Warsih semakin rapat. Mereka selalu berbagi kenikmatan birahi baik secara bertiga ataupun berdua aja.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu