2 November 2020
Penulis —  kyorichie

Budhe

Kedatanganku ke ibukota satu setengah tahun yang lalu adalah untuk mengikuti selelksi penerimaan Bintara Pol! yang memang sudah menjadi cita-sitaku sejak kecil. Aku sendriri berasal dari desa di satu Kecamatan di Jawa Tengah. Orang tuaku hanya petani biasa sehingga untuk masuk menjadi Polisi dengan biaya ratusan juta seperti di daerahku jelas suatu kemustahilan.

Budeku seorang janda berumur 58 tahun yang hidup dari uang pensiunan pegawai rendahan salah satu Departemen, disamping dari beberapa rumah kontrakan berbentuk petak peninggalan almarhum suaminya yang memang asli Betawi. Dari perkawinan mereka Bude tidak dikaruniai anak, hidup di Jakarta ditemani seorang pembantu paruh baya bernama mBok Tarmi yang merangkap tugas menjadi penjaga warung sembako Bude.

Karena tahun lalu aku gagal dalam seleksi, sambil mengisi waktu aku membantu apa saja yang bisa aku lakukan yang dapat meringankan Bude. Dari menagih uang kontrakan, jaga warung sampai pekerjaan sehari-hari dirumah. Kehadiranku di rumah ini sangat disambut senang oleh Bude yang memang tidak mempunyai anak disamping aku sendiri bukan orang yang pemalas.

Hidup di Jakarta tanpa teman membuat aku sering bosan, setelah selesai membantu Bude biasanya aku sempatkan untuk ke Warnet tidak jauh dari tempat tinggalku. Disanalah semua kenakalanku bermula, biasanya disana aku membuka situs-situs porno yang menjadi kegemaran baruku di Jakarta. Buntutnya imajinasi dan khayalanku menjadi liar tanpa ada penyaluran.

Terlalu sering mengintip mBok Tarmi membuat aku penasaran ingin merasakan kehangatan tubuh seorang wanita apalagi jika aku mengintip tubuh mBok Tarmi yang berdada dan berpantat besar khas wanita usia 40+. Suatu malam aku beranikan diri mengendap-ngendap masuk ke kamar mbok Tarmi yang sedang terlelap.

Kucoba sentuh payudaranya, mencoba melihat vaginanya yang ditutupi celana dalam kendor dan dekil. Kelihatannya mBok Tarmi tidur begitu lelapnya hingga tidak sedikitpun terjaga saat kupegang payudara dan vaginanya sambil tangan kiriku sibuk mengocok kontolku. Sekitar lima menit mengocok tumpahlah spermaku juga sampailah kepuasanku melampiaskan hasrat sex-ku.

Malam berikutnya aku mengulangi pengalaman kemarin malam, mengendap masuk ke kamar mBok Tarmi dengan persiapan lebih lengkap (membawa body lotion sachetan dari warung bude untuk ngocok kontol). Kali ini mbok tarmi tidur dengan berselimut kain tanpa pakaian, hanya Bra dan CD saja. Aku bersyukur, lebih leluasa aku melihat tubuhnya.

Atau malah kupikir ini adalah salah satu tanda lampu hijau seperti cerita bokep yang biasa aku baca dari situs dewasa. Aku jadi makin berani, kalau kemarin hanya memegang dari luar, sekarang kucoba beranikan diri untuk mencium payudara dan memeknya walaupun masih dari luar CD kendornya. Rupanya perkiraan ku ternyata meleset, mbok Tarmi tidur seperti itu bukan lantaran mempersilahkan aku, tapi memang udara malam itu yang sangat panas sehingga mbok Tarmi memutuskan tidur tanpa pakaian.

Saat aku mencoba mempraktkan cara menjilat memek, mBok Tarmi terbangun. Ngapain kamu To (O Iya namaku sebut saja Anto, bukan nama sebenarnya), kok kamu ada di sini? sambil membetulkan posisi kainnya yang sudah tidak lagi menutupi tubuhnya. Aku kebingungan sambil berusaha menutupi kontolku yang sedang tegang berlumuran lotion bekas tadi dikocok.

eh nGga mBok, habis si mBok tidur ngga pake baju sih.. jawabku sekenanya. mBok Tarmi marah dan mengusir aku dari kamar sambil mengancam akan melaporkan ulahku kepada Bude, aku berusaha meminta ma’af dengan kata-kata yang pelan supaya jangan sampai Budeku bangun. Ya sudah, kamu keluar !, kalau nggak tak laporin budemu nanti’, sungut mBok Tarmi.

Dengan langkah gontai akupun berjalan menuju ruang tengah tempat biasa aku tidur di depan TV dengan perasaan was-was kalau2 dia melaporkan ulahku pada Budeku. Aku berusaha untuk tidur dan menghibur diri kalau mBok Tarmi mema’afkan aku dan tidak akan melaporkan pada Budeku. Esoknya aku berusaha bersikap wajar dan melakukan aktifitas yang biasa aku kerjakan sehari-hari.

Sore harinya aku terkaget begitu diberitahu oleh bude kalau mBok Tarmi mala ini akan pulang ke kampungnya di Cilacap menggunakan travel langgan. Tiwas aku, pasti mBok Tarmi sudah memberitahu bude perihal insiden kemarin malam. Namun apa bisa dikata, nasi telah menjadi bubur. Satu-satunya jalan lebih baik aku mengakui semua kesalahannku dan meminta ma’af pada bude.

Selepas kepergian mBok Tarmi aku mengetuk kamar bude untuk meminta ma’af. Kuutarakan penyesalannku atas kepulangan mbok Tarmi yang lantaran perbuatannku. Namun yang lebih mengagetkan ternyata kepulangan mBok Tarmi lantaran anak bungsungya sakit dan bukan lantaran perbuatannku. Namun kenakalannku kadung aku ceritakan sama Budeku.

Selang 30 menit bude memanggil aku yang sedang tiduran untuk masuk ke kamarnya. Aku mematuhi panggilannya dan duduk ditepi ranjang, lalu bude berkata padaku: memang yang bikin kamu penasaran dari s Tarmi itu opo to le? Maksud Bude? jawabku pura-pura tidak mengerti. Kalau kamu penasaran pingin tahu seperti apa punyanya orang perempuan mending kamu minta sama bude saja, dari pada ngisin-ngisini minta sama si Tarmi, kata budeku.

Kaget bercampur senang aku mendengarnya. Kalau dibanding mBok Tarmi, walau usia budeku lebih tua tapi bodinya lebih terawat. Payudaranya lebih besar, kulitnya putih dan CDnya pun tidak dekil seperti mBok Tarmi. Tentu saja aku girang. Tenan Bude? kataku meyakinkan. Iya, pokoknya malem ini kamu tidur disini saja sama Bude.

Akupun segera memegang buah dadanya yang besar dan mengobok-ngobok memeknya yang masih tertutup celana dalam. Jangan buru-buru, buka baju dulu biar enak sana, kata budeku. Setelah kami sama-sama telanjang aku mencoba menghisap payudaranya dan menjilat vaginany. Baru sekitar tiga menit si otong sudah tidak tahan dan memuntahkan sperma yang berhamburan di atas sprei.

Setelah membersihkan si otong dari sisa sperma aku masuk kembali ke kamar sambil menggunakan celan pendek yang biasa aku kenakan kalau tidur. Kenapa pake celana To?, kata bude. Sini buka lagi bude bikin enak. Aku hanya menurut sambil membuka celanaku dan naik ke atas ranjang. Dielusnya kotolku dengan lembut, menimbulkan sensai tersendiri.

Lalu dihisapnya kontolku yang bikin perasaannku laksana mengawang. Tahu-tahu kami sudah pada posisi 69, budeku di atas sibuk mengulum kontolku. Sedangkan aku disuguhi lubang memek yang selama ini menjadi kepenasaran aku. Mula-mula aku merasa jijik untuk menjilat memek bude, namun bude bersuaha mengajarkan aku cara menjilat memek yang benar.

Akupun menjadi terbiasa. Sekitar lima menit pada posisi itu, bude merubah posisi. Ditungganginya aku, tana kesulitan kontolku masuk kedalam memeknya yang rimbun sambil lidahku disuguhi papaya Bangkok milik bude. Tak lama berselang peju sudah memenuhi ujung kontolku dan berhamburan membasahi liang memek bude.

Setelah kami minum coklat hangat bersama-sama, bude kembali mengoral si otong, dilanjutkan dengan menunggangi aku tanpa posisi 69. Lima menit kemudian bude mengerang dan mengejang tanda kepuasan sudah sampai. Tak lama akupun menyusul mencapai kenikmatan.

Malam itu aku mendapatka enam kali kepuasan, sedangkan budeku tiga kali mengejang merasakan nikmatnya hujaman kontolku. Esoknya warung tidak buka dengan alasan mBok Tarminya pulang kampong, padahal kami terlalu lelah akibat kerja lembur semalaman. Siangnyapun kami melanjutkan mereguk kenikmatan yang baru saja aku dapatkan.

Dua minggu kemudian mBok Tarmi kembali dari kampungnya, namun hanya sebentar. Budeku member pesangon dan meminta mbok Tarmi untuk tidak lagi bekerja di rumah tersebut dengan alasan menghindari kenakalannku akan mbok Tarmi. Padahal itu semua agar kami bebas melakukan hubungan suami istri di rumah. Buntutnya aku tidak jadi masuk Polisi, budeku menyekolahkan aku di sebuah Universitas Swasta yang memang tidak jauh dari rumah.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu