2 November 2020
Penulis —  DewaBok3p

Bu Sarmi Dukun Cabul

Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian bagi sebagian besar orang. Bergagai cara ditempuh agar bisa lolos tes CPNS.

Mengikuti bimbingan tes CPNS, menyogok,

menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan. Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya akupun juga memakai jasa dukun atau orang pintar.

Menurut info yang aku peroleh dari temanku,

ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS.

Malam itu aku sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya aku tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.

Permisi, apa benar ini rumahnya Bu Sarmi?

tanyaku kemudian.

Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Mas!

Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi aku segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku.

Ooo, jadi Mas Anang ini juga pengen jadi pegawai negeri to?

Iya Bu! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya. Aku menyodorkan satu botol madu murni kepada Bu Sarmi.

Kalau begitu, silakan Mas Anang ikut saya ke dalam! Bu Sarmi beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang aku berikan tadi. beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang aku membentutinya sambil memperhatikan gerakan pantatnya yang membuatku menelan ludah.

Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu,

Bu Sarmi menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.

Maaf ya Mas Anang! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!

Semuanya, Bu? tanyaku malu-malu.

Bu Sarmi tersenyum, Mas Anang gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Mas Anang! Bu Sarmi benar, pikirku. Lagi pula aku sudah terlanjur datang ke sini, jadi aku tidak perlu malu lagi.

Sementara Bu Sarmi menyiapkan kelengkapan ritual, aku segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu ditangannya,

Bu Sarmi datang dan duduk di sampingku.

Sesaat aku sempat melihat Bu Sarmi mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan liar,

seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap.

Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Bu

Sarmi mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Aku memejamkan mataku saat tangan lembut Bu Sarmi mulai menyentuh dadaku, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya. Aku menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal pahaku.

Mas Anang sudah punya pacar? tanya Bu

Sarmi memecah keheningan.

Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu,

Bu!

Ooo, jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Mas! kata Bu Sarmi meledek.

Ah, Bu Sarmi ini bisa saja! Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Bu Sarmi ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku. Aku juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah,

mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Bu sarmi membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.

Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Bu Sarmi turun ke perutku,

membelai bulu-bulu halusnya dan memijat otot-otot perutku yang keras.

Wah, badan Mas Anang kekar juga ya. Pasti

Mas Anang rajin olah raga.

Ya, tiap pagi saya usahakan untuk olah raga meskipun cuma angkat beban atau sit up.

Ooo, pantesan adi Mas Anang gede!

Maksud Bu Sarmi, adik yang mana? tanyaku pura-pura bodoh.

Maksud saya adik yang ini.. kata Bu Sarmi sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Bu Sarmi. Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu,

kemudian mengocoknya pelan.

Ooohh, Bu! Enak! aku melenguh nikmat.

Aku juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi.

Dan ternyata Bu Sarmi menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar aku bisa mencapai pangkal pahanya. Astaga! Sekali lagi aku terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus diantara pangkal paha Bu Sarmi. Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam.

Perlahan-lahan aku mulai menggosok bibir vagina Bu Sarmi yang sudah basah itu dengan jariku. Bu Sarmi bertambah kelonjatan dan semaikin bersemangat mengocok batang kontolku. Perlahan lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Bu Sarmi mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal pahaku,

melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.

Gimana Mas Anang? Enak kan? tanya bu

Sarmi di sela-sela aksinya.

Ahh… nikmat banget Bu! Saya belum pernah merasakan senikmat ini! Aku memang belum begitu pengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja.

Namun kali ini Bu Sarmi memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Terbukti ketika Bu Sarmi dengan lembut memasukkan ujung penisku ke mulut mungilnya.

Ooougghhyeahenak, Bu! nafasku semakin memburu. aku merintih-rintih nikmat, namun

Bu Sarmi masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Aku juga semakin berani. Kutarik rokny sampai terlepas.

Bahkan Bu Sarmi juga melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya bu Sarmi masih memiliki tubuh yang bagus. Kulitnya putih mulus, payudaranya yang masih kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh,

sungguh sexy.

Aahhh., kontol Mas Anang memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm., saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini. Hhhmmm! dengan rakus Bu Sarmi kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan vaginanya tepat ke wajahku. Dengan naluriku,

akku mendekatkan mulutku ke vagina Bu

Sarmi yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsah syaraf otakku untuk menjilatnya.

Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan vaginanya dengan lembut.

Aaaaghhh! Yaahhh, begitu Mas! Jilat terus punya saya.! Oooghhh!

Bu Sarmi bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.

Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun.

Sesekali beliau menyedo-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini,

saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing.

Berapa saat kemudian Bu Sarmi melepaskan kulumannya.

Gimana, Mas Anang Suka kan? tanya Bu

Sarmi sambil tersenyum padaku.

Aku hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Bu Sarmi yang masih memijit-mijit batang kontolku.

Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai penis besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini

Mas Anang pasti akan bisa jadi Pegawai

Negeri. kata Bu Sarmi menjelaskan. Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Mas Anang yang besar ini!

Bu Sarmi mengambil posisi duduk di atas pahaku. Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke gua darbanya yang sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung penisku mulai memasuki memeknya yang hangat.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu