2 November 2020
Penulis —  gateout

Belajar menulis

BELAJAR MENULIS

Namaku bima, umurku 24 tahun dan belum menikah. Aku baru bekerja di sebuah kantor swasta di kota M, baru sekitar 5 bulan bekerja di kantor yg membidangi usaha sub kontraktor.

Di sini aku ingin menceritakan pengalaman intimku dengan seorang perempuan yang biasa ku panggil kak ratna.

Kak ratna adalah karyawan outsoursing di lingkungan kantor kami yang biasa bertugas mengurus taman yang ada di samping dan belakang kantor.

Di awal awal aku mengenal kak ratna, tidak ada sedikitpun terlintas di fikiranku bahwa aku akan mempunyai keinginan untuk bersetubuh dengannya. Di samping sepertinya usianya yang mungkin 5 atau 8 tahun di atasku, kak ratna dalam bekerja di taman juga selalu menggunakan jilbab sebagai penutup kepala dan baju kaos berlengan panjang serta celana panjang traning atau jeans sehingga tidak nampak sedikitpun aroma seksi pada dirinya.

Hingga suatu hari…

Seperti biasa setiap hari sabtu kantor kami memang meliburkan karyawannya. Hanya beberapa orang saja yang masuk untuk melakukan tugas laporan akhir pekan termasuk aku. Dan biasanya saat jam makan siang para karyawan yang datang pun akan keluar kantor dan tidak akan kembali ke kantor lagi.

Tapi siang itu di samping masih ada pekerjaan yang belum terselasaikan juga di karenakan cuaca yang cukup panas sehingga aku memilih untuk tetap tinggal di kantor dan juga di karenakan aku tidak merasa lapar.

Jam setengah 12 siang beberapa teman kantorku mulai permisi untuk makan siang di luar. Akupun akhirnya berjalan menuju belakang kantor dan duduk di kursi yang memang biasa kami pergunakan untuk sekedar melepaskan penat atau stres dari pekerjaan sambil melihat bunga bunga ataupun beberapa pohon besar yang rindang sambil menghisap sebatang rokok.

Saat itu aku melihat kak ratna sedang memangkas pucuk pucuk daun bunga tidak jauh dari tempat dudukku.

“gak makan mas?” tanya kak ratna kepadaku

“oo.. eh lagi ga lapar kak” jawabku

“lha kakak sendiri kok ga makan?” sambungku lagi

“ntar lagi mas” jawabnya

“makannya di mana kak?” tanyaku lagi

“di rumah mas, pulang” jawabnya

“ga capek apa kalo harus bolak balik setiap hari buat makan siang di rumah kak?”

“oh rumahnya ga jauh mas, 15 menitan nyampe mas naik motor”

“hari sabtu kerja sampe sore juga kak?”

“ya ga juga sih, jam dua atau jam tiga udah bisa pulang juga mas”

“abis makan ntar balik kesini lagi kak?” tanyaku

“iya mas”

“boleh nitip beliin es kelapa ga?”

“boleh mas, lagi ngidam ya?” katanya sambil tersenyum

“haha.. ada aja kakak ini” kataku sambil mengambil selembar uang 20 ribu dan menyerahkannya kepada kak ratna

“beli berapa nih mas?”

“yaa berapa dapatnya kak, kalo aku sih satu aja cukup kalo kakak mau ya beli juga”

“uangnya juga pas pasan si mas ngasihnya’ katanya sambil tersenyum

“lha itu juga tinggal selembar kak, lagi kosong nih” kataku lagi sambil memperhatikan wajah kak ratna yang sedang tersenyum. hihihi manis juga senyumnya batinku.

“ntar kalo udah balik kesini sms aja kak, kakak ada hp kan?” tanyaku lagi yang kali ini entah kenapa aku bisa lepas bercanda dengan kak ratna yang ternyata asyik juga buat teman ngobrol.

“hari gini ga ada hp? jangan menghina ya.. berapa nomornya?” jawab kak ratna lagi sambil mengambil hp dari saku samping celana traningnya.

Setelah memberikan nomor hpku pun lantas kak ratna permisi dan menuju tempat dia memarkirkan sepeda motornya sementara akupun kembali ke dalam kantor yang sudah sepi di tinggal karyawannya kecuali seorang office boy dan dua orang sekurity yg sedang asyik menonton acara televisi.

Jam 1 siang saat sedang asyik mengerjakan laporan tiba tiba hp ku berbunyi, sebuah pesan masuk

“mas.. udah nyampe nih, katanya tadi “phenghenh” keluarin donk …” begitu isi sms yg di kirim oleh kak ratna.

Aku sempat terkejut juga membaca isi sms tersebut. kata phenghenh yang di sertai tanda petik membuatku agak berdebar debar. Hey apakah kak ratna sengaja menggodaku? atau… ah biar sajalah, segera saja ku balas pesan kak ratna. “okh.. bentar lagi nyampekhh kakh.. tunggu yaa” sekalian iseng pikirku.

Aku bergegas menuju ke belakang kantor, di sana kak ratna sudah duduk menungguku sambil tersenyum.

“nih es kelapanya, nakal smsnya ya..” kata kak ratna sambil tetap tersenyum. Aku baru sadar ternyata kak ratna memiliki senyum yang manis dengan bibir tipis dan wajahnya.. eh cantik juga ni orang pikirku.

“lha kakak smsnya pake tanda petik segala, kalo beneran pengen gimana?” ujarku sambil menerima es kelapa yang di sodorkannya.

“pengen apa? es kelapa? kan udah di beli’in” katanya

“kalo pengen yang lain?” kataku mencoba nakal

“yaa kalo pengen yang lain kan tinggal bilang, kalo memang bisa ya di layani” jawabnya cuek dengan terus di iringi senyuman yang semakin menggoda.

Ah.. aku semakin salah tingkah. berdua dengan perempuan dewasa di taman yang sepi semakin membuat darahku mengalir dengan cepat dan jantungku berdebar debar.

“si masnya kok jadi pucat sih? wah.. ini sakit atau apa ya..”

“eh.. anu kak..” aku semakin gugup.

Jujur saja pada saat itu entah apa sebabnya aku sudah cukup terangsang dengan percakapan kami.

Tiba tiba saja kak ratna mendekati aku kemudian mencium bibirku

“mmh.. mmmh..” hanya itu mungkin suara yang keluar dari mulutku

“mas bima mau ya?” kata kak ratna setelah melepaskan ciumannya dari bibirku.

sebelum aku menjawab aku rasakan tangan kak ratna sudah mengelus2 kemaluanku sambil bibirnya kembali menciumi bibirku lagi.

“mmh… mmh… kahk jangan di sini khak..“aku melepaskan ciuman kak ratna dengan nafas berat

“di mana mas..?” kata kak ratna sambil tangannya masih mengelus2 batang kemaluanku

“ga ada orang kan mas..?” ujarnya dengan nafas tersengal dan menciumi leherku

Sesaat kemudian ku tarik tangan kak ratna menuju sudut tembok pagar yang terdapat pohon besar dan banyak di tanami bunga bunga hias sehingga jika ada satpam atau entah siapapun yang keluar dari pintu belakang kantor atau jalan samping tidak akan melihat kami karena terhalang oleh tanaman bunga bunga hias tersebut.

Kak ratna mengikuti tarikan tanganku. Kemudian ku sandarkan tubuhnya di dinding tembok pagar. aku mencium bibir kak ratna dengan sangat rakus. tanganku meremas remas buah dadanya. Walaupun masih memakai pakaiannya aku bisa merasakan bahwa buah dada kak ratna ternyata sangat besar. Aku tidak tahu berapa ukurannya karena memang tidak pernah bertanya tentang ukuran buah dada wanita.

“okh.. maas..” desah kak ratna saat tangan kiriku menyelusup ke dalam celana traningnya yang semakin memudahkan aku untuk memasukkan tanganku. aku merasakan kemaluan kak ratna sudah begitu basah.

“okh.. okh…“begitu suara yang terdengar dari mulut kak ratna

Mulut kami terus saling melumat. Lidah kami saling bergantian menyelusuri rongga rongga mulut kami.

Kemudian ku angkat ke atas baju kak ratna dan melepaskan kait pengikat BH nya dan…

Ah.. ternyata buah dada yang besar itu teramat sangat putih dengan puting yang kecoklatan di tengahnya.

Aku menghisap buah dada itu dengan sangat bernafsu.

Bergantian keduanya ku hisap dan ku jilati, sementara tangan kananku juga meremas remas buah dada yang begitu indah dan menantang itu, sedangkan tangan kiriku masih setia membelai belai kemaluan kak ratna yang terasa semakin basah bahkan bulu kemaluannya juga terasa ikut basah tersiram cairan yang keluar dari vagina kak ratna.

“akh… akhhh.. mass… teruss mas.. okhhh…” kak ratna terus mendesah, sementara kepalanya menengadah ke atas dan sebelah tangannya juga menekan dan menjambak rambutku, sementara tangan yang satunya lagi terus berusaha menggapai dan meremas batang kontolku yang sudah sangat tegang namun belum terbebas dari sarangnya.

Aku terus menghisap dan menjilati puting buah dada kak ratna, sementara bahkan jari tangan kiriku sudah entah sejak kapan keluar masuk di dalam liang kemaluannya. Semakin ku percepat jariku mengocok vagina kak ratna yang sudah sangat sangat basah di balik celana traningnya. nafas kak ratna terasa begitu berat dan memburu di iringi desahan desahan yang semakin membuatku sangat bernafsu.

Beberapa saat kemudian..

“maas… okhh.. keluar maas…”

“kakak keluar maaas… ookhhh…’

Tubuh kak ratna tiba tiba menegang, bersama dengan erangan kak ratna aku merasakan cairan yang sangat hangat menyembur dari lubang vaginanya di sela sela jariku yang masih membelai dinding dinding bagian dalam vagina kak ratna.

“oohh..” kak ratna memelukku

“oohhh.. udah dulu mas” sembari tangan kak ratna meraih lengan kiriku sehingga tanganku keluar dari balik celananya.

“nikmat sekali mas..” kata kak ratna lagi sambil memejamkan matanya, mungkin kak ratna masih ingin menikmati sisa sisa kenikmatan yang baru saja dia rasakan.

Aku lalu mencium bibir kak ratna dengan lembut. Dia membalas ciumanku dan lidahnya ku rasakan kembali bermain di dalam mulutku.

Sesaat kemudian aku menuntun tangan kak ratna untuk memegang kemaluanku. Rupanya kak ratna cukup mengerti apa yang aku inginkan. Setelah melepas ciuman kami kak ratna berjongkok di depanku. Dengan cepat dia membuka kancing celanaku dan memelorotkannya ke bawah sekaligus dengan celana dalam yang aku pakai.

“ih.. besar juga mas” kata kak ratna sambil tangannya mengocok2 kontolku.

Aku cuma bisa memejamkan mata sambil menarik nafas dalam dalam.

Kak ratna terus mengocok kontolku dengan sesekali menjilat ujung kepala kontolku yang tampak seperti helm tentara dengan warna agak kemerahan.

“di hisap kak..” pintaku pada kak ratna

Lalu kak ratna mengulum batang kontolku dengan lembut. Lidahnya ku rasakan seperti menari nari menyapu dan membelai ujung batang kontolku sehingga membuatku semakin melayang merasakan kenikmatan yang tiada taranya.

Tak ku sangka di balik penampilan kak ratna sehari hari yang terkesan sangat dewasa dengan balutan jilbab sebagai penutup rambut dan kepalanya, tersimpan potensi gairah yang begitu menyenangkan bagiku.

“okhh… terus khaak…” aku merintih menahankan rasa nikmat yang sepertinya akan meledak mencapai puncaknya. Kedua tanganku menekan nekan kepala kak ratna yang masih di balut jilbabnya. Pinggulku juga maju mundur mengikuti irama kuluman mulut kak ratna.

Aku tahu aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi, aku meremas kain kepala kak ratna, sementara mulutnya seakan tak mau lepas dari batang kontolku.

“kaak.. ohhhhh…” aku merasakan tubuhku seakan melayang begitu ringan, seperti baru melepaskan beban yang begitu berat. Bersamaan dengan itu aku merasakan kontolku menyemburkan cairan kental yang hangat. Aku tidak tahu berapa kali cairan itu keluar dari ujung kemaluanku. Yang aku tahu dan rasakan setiap kali hentakan cairan itu menyembur keluar ke dalam mulut kak ratna rasanya begitu nikmat dan menyenangkan.

“ohhh… nikmat sekali kak…” ucapku lirih di sertai dengan nafas yang masih tersengal.

Kak ratna lalu melepaskan kuluman mulutnya dari kontolku, lalu memuntahkan spermaku yang tadi tertampung di mulutnya ke tanah.

“waw banyak benget yang keluar mas” kata kak ratna sambil mengelap bibirnya dengan jari tangan.

Aku kembali menaikan celanaku dan duduk di akar pohon besar dekat kak ratna.

“kakak hebat..” ujarku memujinya

“ntar mas ketagihan lho..” jawabnya mungkin menggodaku sambil membenahi jilbabnya yang agak acak acakan

“kalo ketagihan trus gimana kak?”

“yaa.. terserah simasnya aja, kan juga baru hisap hisapan doang ya” katanya lagi yang seolah olah sengaja memancing gairahku lagi.

“kalo nanti aku pengen boleh telpon kakak ya?”

“lha kalo istrinya marah gimana?”

“yeee.. aku belum kawin kak”

“yang bener mas?…”

“masak aku bohong sih kak, beneran, suwer kalo ga percaya..” kataku sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahku

“kalo belum kawin, masak udah pinter gitu?” katanya lagi di iringi senyuman yang menggoda

‘pinter gimana??” tanyaku pura pura tidak tahu

“yaa pinter ngisep ngisep ma nyolek nyolek kayak tadi”

“kalo cuman begituan mah dari sekolah dulu juga bisa kak, cuma kalo di suruh main baru belum pernah kak” kataku polos

“masak belum pernah begituan mas, ga percaya kakak”

“kalo kakak ga percaya suwer lagi deh..” jawabku seperti tadi mengacungkan 2 jari tangan

kami terdiam bebarapa saat. kemudian aku memeluk kak ratna dari belakang dan mencium sekilas bibirnya dengan mesra.

“udah ah mas, macem orang pacaran saja” kata kak ratna sambil melepaskan pelukanku

“kan emang lagi pacaran kak” kataku

“ga pacaran juga kali mas, inikan cuma senang senang aja, lagian si mas juga tahu kalo kakak udah merit kan?” jawabnya

aku terdiam mendengar ucapan kak ratna barusan

“ihh.. jangan cemberut dong, si mas harus tahu kita ga mungkin pacaran, yaa kalo si masnya emang lagi mau kayak tadi, kan bisa nelpon atau sms, tapi ga boleh malem malem ya, siang aja bolehnya ntar ketahuan suami kakak lagi” lanjutnya lagi sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit

“bener ya kak..” kataku lagi dengan sedikit nada memelas

“ihh.. suwer deh..” katanya mengikuti seperti apa yang tadi aku lakukan

“makanya nomor yang tadi jangan di hapus, nomor keramat tuh” candanya lagi dengan tersenyum

“pokoknya bener ya kak, awas kalo gak” rengek ku.

Sesaat kemudian kak ratna memintaku untuk masuk kembali kekantor karena dia pun ingin melanjutkan pekerjaannya memangkas pucul pucuk bunga yang tadi tertunda saat jam istirahat.

Akupun bergegas kembali memasuki kantor dengan hati berbunga bunga, bahkan nasib es kelapa yang tadi di belikan oleh kak ratna akhirnya terbengkalai tak tersentuh lagi dan masih tergeletak di kursi panjang.

Baru setengah jam aku mengerjakan pekerjaanku, fikiranku tak bisa berkonsentrasi penuh. Otakku masih saja terbayang kejadian tadi dengan kak ratna. Entah berapa kali aku menarik nafas dalam dalam untuk menetralisir desir desir jantungku yang sepertinya ingin menagih lagi untuk mengulangi kejadian tadi.

Aku duduk di kursi tempatku bekerja sambil membayangkan adegan adegan panas bersama kak ratna. Ah aku kembali bergairah dan bernafsu mengingat kejadian tadi. Aku mengambil hp ku, ragu ragu aku ingin menelpon kak ratna takut dia marah. Aku meletakkan hp ku ke atas meja sambil kembali menarik nafas dalam dalam.

Ku lirik jam dinding masih jam setengah 3 sore. Ah persetan dengan kerjaan, mungkin sms aja ga akan marah kak ratna pikirku.

Akhirnya aku mengetikkan tombol tombol sms di hp ku…

“kaaaak…”. cuma itu yang ku tulis. Sambil berdebar ku kirim ke nomor kak ratna yang telah ku simpan.

Aku berharap harap cemas agar kak ratna mau dan cepat membalas sms ku

Tidak lama tiba tiba hp ku berbunyi dengan nada pesan masuk, agak berdebar juga saat aku membaca kirimannya

“apaaaaa…” begitu jawabnya singkat

“lagi ngapain?” tulisku lagi yang sekarang aku yakin kak ratna tidak akan marah aku gangguin

“lagi refreshing di gunung, pake nanya lagi” jawabnya lagi

“hehehe… jangan marah dong kak”

“lebay ah”

“lebah maksudnya??”

“ga tau ah, mau apa?”

“keluar aja yuk kak”

“keluar kemana?”

“yaa kemana mana”

“ngapain??”

“ga ngapain ngapain”

“kalo ga ngapain ngapain trus mo ngapain?”

“cerita cerita aja”

“palingan mau kayak tadi nih, jujur aja deh…”

“boleh kak?”

“mmmm…”

“boleh ya, mau lagi nih”

“mmmm…”

Aku tak sabar dengan jawaban dari smsnya yang seolah olah hanya menggodaku. Akhirnya aku pun menelpon kak ratna,

Saat di angkat dengan sedikit basa basi dan candaan nakal yang semakin membuat aku blingsatan menahan gejolak nafsu akhirnya kak ratna memintaku untuk ke luar dari kantor dan menyuruhku untuk mengikuti motornya.

Aku menuju tempat parkiran motorku, ku lihat kak ratna juga sudah berjalan pelan dengan sepeda motornya. Aku terus membuntuti arah laju sepeda motor kak ratna yang mengarah ke pinggiran kota.

Sekitar 30 menitan akhirnya kami memasuki seperti areal perkebunan yang banyak di tumbuhi pohon rambutan dan pohon pisang.

Akhirnya motor kak ratna berhenti di depan sebuah rumah semi permanen yang cukup terpencil karena sekeliling rumah hanya ada pohon pohon rambutan yang besar. Rumah tersebut tampak terbuat dari separuh batu di bagian bawahnya dan papan di bagian atasnya.

“rumah siapa ini kak?” tanyaku penasaran sambil melepas helm dan meletakkannya di kursi kayu yang ada di depan rumah

“ini rumah orang tua kakak mas” jawabnya sambil mengeluarkan anak kunci dari dalam kantong celananya.

“orang tua kakak kemana? kok sepi kayaknya?” tanyaku lagi

“orang tua kakak gak di rumah, mereka hari ini ada di rumah kakak jagain anak kakak sampe kakak pulang biasanya” sambil kak ratna membuka pintu rumah

“ooo..” kataku

“masuk yuk, aman deh..” ajak kak ratna menarik tanganku

Kami berdua melangkah masuk ke dalam rumah. Kak ratna langsung masuk ke dalam kamar depan rumah tersebut yang hanya berpintukan tirai gorden. Kak ratna tersenyum menatapku sambil melepaskan jilbab di kepalanya, Perlahan tangannya melepaskan baju yang di pakainya.

Aku tertegun melihat pemandang tubuh indah itu. Kak ratna lalu membuka juga celana traning yang di kenakannya.

Kini tubuh kak ratna hanya di balut celana dalam dan BH berwarna putih saja. Aku menelan ludah melihat pemandangan yang bagiku sangat jarang terjadi di kehidupan nyata.

“tutup pintu depannya maas…” pinta kak ratna lembut kepadaku

Aku tersentak dan bergegas menutup pintu depan dan menguncinya dari dalam.

Lalu…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu