3 November 2020
Penulis —  KardusYuriani

Aku penafsu dan keponakanku yang pemalu

Akhir-akhir ini aku sering berkaca menampakkan diriku di kamar dan melihat lekuk tubuh ku dan lingkar dadaku. Aku mulai tumbuh dewasa dan senang nya melihat semua perubahanku semakin sempurna.

Namaku Yui Aku sudah lulus sekolah dan hendak mencari pekerjaan. Seiring bertambahnya usia. Aku sering menghabiskan waktu untuk membaca majalah porno dan buku stensil yang ku dapatkan dari tukang koran bekas, kubeli seusai pulang dari pasar dan kusimpan rapat-rapat kusembunyikan dibawah kasurku. Jika membelinya aku beralasan disuruh pamanku dengan kode “Membeli Unyil”

Aku tinggal di rumah bibi, adik dari ibu ku. Ia tergolong orang yang mampu untuk aku tinggali untuk sekadar menetap sementara untuk aku mencari kerja. Karena aku menumpang dirumahnya, aku bantu-bantu untuk mengurangi pekerjaan dirumah itu yang selalu sibuk sekali dengan urusan mereka masing-masing.

Aku masih tergolong polos untuk hal yang berbau seks, aku rasa ini terlalu tabu. Di kampung ku. Wanita menanyakan tentang edukasi dan bagaimana cara reproduksi adalah hal yang aneh dan tabu. Aku mulai membaca majalah porno dan stensil semenjak keinginan tahuanku tentang persetubuhan dan bagaimana menggunakan organ wanita ku ketika aku dewasa dan menginginkan kehangatan.

Selain bantu-bantu rumah. Aku menjaga keponakan ku yang hampir seumuranku. Bedanya ia masuk ke perguruan tinggi, aku hendak mencari kerja atau tidak melanjutkan sekolah lagi. dan lucunya meskipun ia sudah dewasa masuk ke semester 5 di kuliahnya. Ia sering minta nenen kepadaku. Karena dikira aku bisa menyusuinya.

Disuatu minggu aku sedang di kamarku membaca stensilan itu. Kubaca dalam posisi menelungkup. Cerita tentang hubungan sedarah Tante dan keponakannya. Aku terangsang sekali sampai ku sentuhkan bibir memekku ke kasur. Ku genjot perlahan kasur yang diotakku terus terlihat visual yang diceritakan buku tersebut.

Aku menoleh ke belakang dan kulihat Ivan terdiam sedang melihat aku dan celana tidurku terbuka sampai paha dan menindih buku bergambar kemaluan laki-laki sedang ku gesek-gesek dan basah. Ia bengong.

“Heh sedang ngapain kamu kok gak gedor pintu?” Aku kaget. Ia menjawab “Teteh ngapain? Itu ih memeknya kelihatan”

Aku menutup pantat ku dengan bantal “Husss” untuk mengalihkan perhatian nya. Karena ivan sedang sakit dan ia hendak minta dilap badannya karena belum bisa mandi badannya masih lemas dan panas. Lalu aku mengelap badannya karena hari sudah sore.

Kulucuti pakiannya. Aku pun sama. Kututup dada dan vagina ku. Ivan memperhatikan ku dengan mata nanar. “Hey lihat apa kamu? Sini ambil gayung”.

Karena aku gerah aku menyabuni badanku duluan. Ku pakai pembersih muka ku. Waktu hendak membilas nya. Kirasakan ada sesuatu yang hangat memelukku dari depan. Aku kaget ivan memelukku ternyata. Aku tak tahu apa maksudnya. Tapi kulihat penisnya bergerak-gerak di bawah sana.

Aku tersenyum. Lalu kumarahi “Gak sopan ya kamu sama teteh, mesum ya kamu hayoh bilangin mama”. Ivan langsung mendudukan muka nya. Aku kasihan. Karena tadi pun aku sudah membaca stensil dan terasa masih terangsang. Aku pikir untuk melampiaskan kepada keponakanku yang kuperhatikan badannya sudah tegap berisi menuju kedewasaan yang sempurna.

Ivan sini teteh sabuni badan kamu.

Lalu aku menyabuni bagian tubuhnya terutama bagian sensitifnya. Tak kuduga membesar juga penisnya. Perlahan kukocok ia merem melek keenakan.

Memekku terangsang dan sangat gatal. Lalu dengan sikap seolah-olah menyabuni penisnya. Kutempelkan memekku ke punggungnya lalu ku gesekkan perlahan sampai benar-benar terasa nikmat. Ivan terlihat malu atau ketakutan tapi tidak berbicara apa-apa.

Bulu kemaluanku sedikit rontok karena terlalu keras menggosok punggungnya.

Kubalikkan tubuh Ivan kini lemas dengan penis kecil mengacung. Lalu kujepit dipahaku. Dan kumaju mundurkan. Ivan menutup matanya dengan kedua tangannya. Ketika ia membuka matanya ia lari dan membuka pintu. Mungkin ia malu dan gugup karena mungkin pengalaman pertamanya.

Aku masih dengan sisa-sia nafsuku menggosok memekku membayangkan apa yang barusan terjadi. Seandainya Ivan sudah semakin dewasa dan mengerti. Batinku dalam hati. Lalu aku melamun susah mencapai orgasme. Aku kembali ke kamarku lalu ku baca buku tadi dan kembali mengesekkannya lagi ke belahan memekku yang sudah mengembung.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu