3 November 2020
Penulis —  BuckyBarnes

Aku ingin denganmu, Adek

Namaku Bani, aku sulung dari dua bersaudara. Nama adikku Novi, kami berdua cuma terpaut satu tahun usianya. Kami tidak terlalu akrab semenjak remaja, sibuk dengan kesukaan dan hobi masing, jadi komunikasi hanya seperlunya saja. Tak pernah kami curhat atau membicarakan masalah pribadi. Apalagi semenjak kami kuliah dikota yang berbeda.

Aku merantau jauh ke Malang, sedangkan adikku hijrah ke universitas yang tak begitu ku kenal di Banten sana. Orangtua kami beruntung karena aku dan Novi sama-sama lulus tepat waktu, empat tahun, jadi tak perlu mengeluarkan biaya tambahan yg membebani keuangan mereka. Sejujurnya keluargaku bukan kalangan berkecukupan, ayahku hanya PNS di Dinas Kebersihan, sedangkan mama membuka warung nasi kecil-kecilan di garasi rumahku yang disulap menjadi tempat makan.

Fakta bahwa kami berdua bisa menjadi sarjana cukup membuat kedua orangtuaku bisa membanggakan kami di antara para tetangga dan keluarga besar. Namun sayangnya kebanggaan itu tak bertahan lama, setelah aku lulus menyelesaikan study, aku kesulitan mendapatkan pekerjaan. Padahal sebagai sarjana ekonomi, nilaiku cukup memuaskan.

Papa dan Mama mencoba membesarkan hatiku dan memintaku sabar. Namun sampai Novi lulus aku masih menganggur. Disinilah semuanya dimulai, sekian lama aku tak jumpa dengan Novi, aku menyadari keadaan fisiknya berubah. Adikku yang dulunya ceking tak menarik kini kulihat bertambah padat berisi, tonjolan payudaranya lebih nampak, dan pantatnya bertambah montok.

Aku sendiri sungguh kaget dengan perubahan tubuh Novi, terakhir kali aku bertemu dengannya saat libur lebaran dua tahun yang lalu. Due lebaran terakhir aku memutuskan untuk tidak pulang, yang pertama karena aku sibuk ikut semeseter pendek dan yang kedua aku fokus dengan bahan penelitian skripsiku yang kebetulan harus kuteliti di Surabaya, jadilah aku baru menyadarinya saat ini.

Tepatnya saat kami sekeluarga mampir ke kostan adikku untuk menghadiri wisudanya. Saat itu Novi yg hanya memakai daster berlengan terbuka, belahan dada rendah dan selutut cukup membuat kakak kandungnya melongo dan horny. Aku benar-benar dibuat terpana oleh perubahan fisiknya. Padahal parasnya ku akui biasa saja, warna kulitnya pun sawo matang, andai saja tonjolan payudara dan bongkahan pantatnya tak semenggoda itu pastilah adikku menjadi biasa saja.

Ketika dia pulang dan kami kembali dirumah bersama, adikku selalu memakai pakaian yang membuat lekukan tubuhnya tampak tercetak sempurna, entah dia memakai daster, celana olah raga pendek serta kaus oblong, apalagi kalau cuaca panas dia cuek memakai tanktop. Benar-benar menyiksa birahiku. Aku ingin sekali memperingatkannya untuk berpakaian lebih longgar karena aku juga laki-laki normal yg mudah terangsang, tapi disatu sisi aku tak ingin kehilangan pemandangan ini.

****

Kejadian ini bermula ketika aku pulang malam dari rumah temanku. Yah namanya juga pengangguran, aku jenuh dirumah terus. Panggilan interview terakhir sudah lewat seminggu, dan aku belum mendapatkan kabar baiknya, atau panggilan baru lainnya. Jadi untuk membunuh waktu dan kebosanan aku sering main kerumah kawan-kawan SMA ku.

Malam itu aku pulang pukul dua malam, selesai memarkirkan motor diteras, mengunci pagar dan pintu rumah aku langsung naik ke kamarku dilantai dua. Fyi, dilantai dua hanya ada balkon tempat ibuku menjemur pakaian, tempat nonton tv untuk aku dan Novi karena di ruang tv utama pasti dikuasai ibuku, komputer, kamar mandi serta kamarku dan Novi.

Malam itu aku ingin segera tidur dan mimpi indah, namun langkahku terhenti ketika melewati kamar Novi, tampak dia lupa menutup pintu kamarnya. Yang membuatku terkejut adalah Novi tidur membelakangi pintu dengan daster tersingkap sehingga bongkahan pantat dan pahanya kini terlihat jelas. Walau dalam kondisi keremangan kamarnya, namun cahaya yg masuk dari ruang tv atas ini cukup untukku melihat dengan jelas pantat dan pahanya.

Jakunku naik turun, jantungku berdebar, nafasku tak beraturan, aku ingin melihatnya lebih jelas dan dekat. Tak perlu lama-lama dalam keraguan atau pergulatan batin, sudah jelas birahi yang menang. Pelan-pelan aku mencoba masuk ke kamar adikku, tanganku membuka pintu lebih lebar agar aku bisa masuk. Suara derit pintu sempat membuatku takut membangunkan Novi, untungnya dia masih terlelap.

Kini tampak dihadapanku bongkahan pantat adikku, cd nya yang berwarna merah menutupi bibir vaginanya. Aku bengong memandang pahanya, aku tak menyangka paha Novi begitu mulus.

Tak tahan lagi aku mencoba ingin memegangnya, saat itu aku benar-benar lupa kalau wanita yang sedang tidur itu adalah adik kandungku.

Aku mulai dengan telunjukku yang kuarahkan pada pahanya, hati-hati takut dia terbangun dan ah! Aku menyentuh paha adikku, dia tak bereaksi, lalu jari-jari lain menyusul telunjukku yg lebih dulu mendarat dipahanya, dan mulai mengelus-elus pelan. Amboii, paha adikku benar-benar halus. Aku mau lebih menikmatinya, kini aku memberanikan diri duduk dibibir ranjangnya, lalu mulai meremas pelan bongkahan pantatnya yang masih tertutup cd merah.

Ssstthhh! Tak hanya kelihatannya, pantat adikku benar-benar daging padat yg aduhai. Aku terus meremas pantat adikku pelan, tak tahan lagi aku membuka resleting celanaku dan kukeluarkan batang penisku, aku mulai onani sambil melihat langsung objeknya, benar-benar luar biasa, aku sungguh menikmatinya.

Aku benar-benar dibuai birahi, mengikuti nafsu kini tanganku mulai beranjak dari pantat kebelahan bibir vaginannya, namun baru sebentar aku meraba bibir vaginanya dan belum sempat aku menikmatinya, adikku mengubah posisi tidurnya dan membuatku kaget setengah mati. Aku langsung bangkit dan ngacir keluar dengan celana belum kupakai dan onani yang belum kutuntaskan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu