3 November 2020
Penulis —  dexter terz

Aku Diperawani Muridku

Aku tidak ingin Rendy memperawaniku seperti sebuah pemerkosaan, yang kuinginkan hanya agar aku bisa diperlakukan lebih lembut. Maklumlah, ini juga merupakan pengalaman pertamaku yang pasti akan berkesan seumur hidupku. Untunglah, Rendy tampaknya mengerti akan perasaanku. Ia mengangguk dan sorot matanya seolah menenangkanku.

Rendy mulai mendorong pinggangnya ke depan. Sesaat penisnya berhasil membelah bibir vaginaku, namun mungkin karena vaginaku licin akibat cairan cintaku, penis Rendy malah meleset keluar dari celah vaginaku. Mengakibatkan timbulnya suara tertahan dari mulutku. Rendy kembali berusaha, namun tampaknya agak susah baginya untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku karena diameter penisnya juga cukup lebar (walaupun masih kalah dengan penis yang kulihat di film porno barusan), apalagi aku juga masih perawan sehingga liang vaginaku masih sempit.

Setelah beberapa kali berusaha, Rendy tampak kesal karena belum berhasil memperawaniku. Akhirnya ia meraih batang penisnya dan mengarahkannya tepat dihadapan celah bibir kewanitaanku. Tangannya masih kuat mencengkeram penisnya saat ia sekali lagi menggerakkan pantatnya ke depan dan

AAGH!!! aku membelalak dan menjerit keras saat merasakan rasa ngilu dan perih yang amat hebat melanda vaginaku.

Akhirnya selaput daraku robek dan keperawananku sekarang lenyap sudah terenggut oleh Rendy. Aku bisa merasakan penis Rendy yang kini terjepit di vaginaku dan ujung penisnya didalam lubang pipisku. Rendy kembali memajukan pinggulnya dengan pelan, mengakibatkan rasa sakit itu semakin mendera vaginaku.

Rendy, Rendy!! Sakit! Sebentar!! Aduuh!! aku kembali meminta dengan panik pada Rendy.

Air mataku meleleh akibat rasa perih itu.

Sebentar, Erina. Tenang ya, sebentar lagi jawab Rendy sambil mendorong pinggangnya dengan pelan.

Penisnya semakin dalam memasuki vaginaku diiringi dengan jeritan piluku yang tersiksa oleh rasa sakit itu. Kepalaku terbanting kekiri-kanan menahan rasa sakit, seolah menolak penetrasi Rendy kedalam lubang vaginaku.

Ohh Rendy melenguh dan menghentikan dorongannya. Aku bisa merasakan sepasang buah zakarnya bergelantungan di bongkahan pantatku dan paha kami yang sekarang saling bersentuhan.

Hhh aku mengambil nafas sejenak merasakan rasa sesak di vaginaku akibat besarnya penis Rendy didalam lubang pipisku.

Aku akhirnya sadar kalau sekarang ini seluruh penis Rendy sudah terbenam sepenuhnya didalam kewanitaanku. Rambut-rambut kemaluannya yang baru tumbuh juga menggelitik selangkanganku. Untuk beberapa saat, kami terdiam dalam posisi itu. Rendy memberiku waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaanku.

Erina panggil Rendy pelan.

Ya?

Hangat sekali rasanya didalam. Kamu lembut sekali, Erina pujinya.

Aku tidak bisa merespon jelas karena rasa perih yang menyiksa ini, namun bisa kulihat kalau Rendy tampak mencemaskan keadaanku.

Sakit ya? tanyanya penuh perhatian

I, iya, sakit sekali jawabku pelan.

Sekarang kita sudah bersatu lho, Erina. Aku dan kamu sekarang jadi satu Aku mengangguk membenarkan pernyataan Rendy.

Memang, sekarang tubuh kami sudah bersatu karena kemaluan kami masing-masing telah menyatukan tubuh kami.

Rendy sakiit protesku pada Rendy.

Rendy terdiam, ia hanya mengusap air mataku.

Sabar ya, Erina? Sebentar lagi pasti enak kok! Rendy lalu menarik penisnya sedikit vaginaku dan dengan pelan dilesakkannya kembali kedalam liang vaginaku.

Rasa pedih kembali menyengat vaginaku, namun Rendy selalu berusaha menenangkanku. Aku merasa tampaknya Rendy juga tahu bagaimana sakitnya saat seorang gadis diperawani untuk pertama kalinya karena ia selalu berusaha memompa penisnya selembut mungkin untuk mengurangi rasa sakitku. Lama kelamaan, muncul rasa nikmat dari vaginaku akibat gerakan penis Rendy.

Walaupun masih bercampur dengan rasa perih, aku bisa merasakan bahwa sensasi baru ini berbeda dari saat vaginaku dioral dan dipermainkan oleh jari Rendy. Sensasi ini lebih menyentuh sekujur syarafku. Rendy kembali membelai pahaku sambil menjilatinya pelan sehingga gairah seksualku kembali bangkit perlahan.

Rasa perih itu semakin hilang dan digantikan dengan sensasi baru di tubuhku. Rasa geli, sakit dan sesak yang melanda vaginaku memberikan sensasi tersendiri yang mengasyikkan. Rendy yang melihat bahwa aku sudah terbiasa akan pergerakannya mulai leluasa mengatur gerakannya. Sekarang penisnya ditarik keluar hingga hanya tersisa pangkal penisnya saja dalam vaginaku otomatis bibir vaginaku ikut tertarik keluar.

Hyahh jeritku kaget, namun sekarang rasanya tidak lagi perih seperti tadi.

Rendy mulai menggerakkan penisnya dengan tempo yang lebih cepat, membuatku akhirnya melenguh-lenguh nikmat merasakan sensasi di vaginaku.

Oohh ahhh. aahh aakhh aku mendesah-desah keenakan saat penis Rendy menghunjam vaginaku.

Sesekali Rendy berhenti menggerakkan pinggangnya saat penisnya tertanam penuh dalam vaginaku dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya seolah mengaduk-aduk isi liang vaginaku, membuatku semakin melayang diatas awan kenikmatan seksual. Semakin lama, kurasakan tempo goyangan penis Rendy semakin cepat keluar-masuk vaginaku dan menggesek klitorisku saat memasuki vaginaku.

Rendy terlihat puas melihatku yang sekarang sudah berhasil ditaklukkan olehnya. Tidak terasa sudah sekitar 10 menit sejak penis Rendy memasuki vaginaku pertama kalinya. Rendy masih dengan giat terus menggerakkan penisnya menjelajahi vaginaku. Sementara aku sendiri sudah kewalahan menerima serangan kenikmatan di vaginaku, orgasmeku sudah siap meledak kapan saja.

OH! AAKHHH!!! akhirnya aku menjerit keras dan tubuhku terbanting-banting saat aku merasakan gelombang kenikmatan yang melanda seluruh simpul syarafku, mengiringi ledakan orgasmeku untuk kedua kalinya.

Tanpa bisa kukontrol, kakiku menendang bahu Rendy sehingga Rendy terpelanting ke ranjang. PLOP! Otomatis terdengar suara pelepasan penisnya yang tercabut keluar dari vaginaku seiring dengan rebahnya tubuh Rendy di ranjang. Cairan cintaku yang hangat kembali terasa meluap dari celah kewanitaanku. Rendy bergerak menjauh sedikit membiarkan tubuhku bergerak liar meresapi kenikmatan orgasme yang saat ini kurasakan.

Setelah merasakan ledakan orgasme itu, tubuhku kembali melemas, serasa tenagaku lenyap seluruhnya. Nafasku terasa berat dan degup jantungku juga masih saja kencang. Rendy membiarkanku beristirahat sesaat untuk mengembalikan staminaku.

Waah, nggak nyangka nih! Padahal tampangnya alim, tapi rupanya Erina memang galak kalau orgasme! Rendy menggodaku.

Gimana? Enak nggak rasanya? tanyanya padaku.

Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

Mau lagi? kembali Rendy bertanya menantangku.

Mau jawabku mengiyakan.

Nah, sekarang ikut aku kak! Rendy menarik tanganku turun dari ranjang dan melepas ikatan kedua tanganku.

Aku lalu digandengnya kehadapan meja rias bu Diana. Meja rias itu delengkapi sebuah cermin besar sehingga aku bisa melihat penampilanku dengan jelas dihadapan cermin itu.

Erina, sekarang coba kamu menungging! aku pun membungkukkan badanku dan menumpukan tubuhku pada kedua lenganku yang menekan meja rias bu Diana, sehingga aku dalam posisi menungging dihadapan cermin meja rias itu.

Lebarkan pahamu dan coba lebih menunduk! kembali Rendy memberi perintah yang segera kuturuti, pahaku kulebarkan dan aku semakin menunggingkan tubuhku.

Rendy lalu menyingkapkan rok gaunku dan menaikkan petticoatku dari belakang dan menjepitnya dengan pita gaunku, sehingga kembali pantat dan vaginaku terpampang jelas dihadapannya. Rendy lalu berdiri dibelakangku, aku bisa melihat tubuhnya yang berdiri dibelakang pantatku lewat cermin itu. Tampaknya Rendy memang ingin agar aku bisa melihat keadaan sekitarku lewat cermin itu.

Auuch aku merintih pelan saat penis Rendy kembali menghunjam vaginaku dari belakang. Sekarang Rendy memegang pinggulku dan menggerakkannya maju mundur sehingga vaginaku dihentak-hentakkan oleh penisnya.

Aw aakhh aawww rintihku saat gesekan antara kemaluan kami kembali menimbulkan sensasi kenikmatan yang melanda tubuhku.

Suara beturan tubuh kami juga menggema didalam kamar itu mengikuti desahan-desahan yang keluar dari bibirku.

Erina, coba kamu lihat cermin. Perintah Rendy sambil terus memompaku.

Aku menatap cermin dan aku bisa melihat ekspresi wajah cantikku yang tampak dilanda kenikmatan di tubuhku. Aku bisa melihat mataku yang sayu dan bibirku yang megap-megap berusaha mencari nafas dan melontarkan desahan-desahanku.

Apa yang kamu lihat di cermin itu? tanyanya

Erina aakh Erina jadi pengantin Rendy auuhh jawabku terbata-bata.

Oh ya? Apa yang sedang dilakukan Erina, pengantin Rendy itu?

Oohh Erina Erina sedang disetubuhi aww Rendy ahh

Bagaimana menurutmu, penampilanmu sekarang?

Erina Erina jadi aww cantik sekali Erina suka gaun Erina juga ahh indah

Erina senang tidak jadi pengantin? ujar Rendy.

Aku hanya menganggukkan kepalaku merespon pertanyaan Rendy karena mulutku sekarang sedang sibuk mendesah penuh kenikmatan.

Memang dengan penampilanku sebagai pengantin saat ini, aku tampak cantik sekali. Saat aku melihat wajah cantikku itu tampak dikuasai oleh gairah seksualku, entah kenapa aku semakin terangsang. Apalagi saat aku melihat diriku yang sedang disetubuhi dari belakang oleh Rendy, dalam balutan busana pengantinku yang indah, gairah seksualku semakin meningkat drastis.

Oouch ahhh aww aku berusaha menggapai orgasmeku, namun Rendy malah berusaha bertahan agar aku tidak mencapai orgasmeku dengan cepat.

Sesekali gerakannya dipercepat, namun saat merasakan aku akan mencapai orgasmeku, ia segera menghentikan serangan penisnya di vaginaku. Akibatnya siksaan orgasmeku semakin mendera tubuhku.

Rendyy kamu jahaat auuch Erina mau orgasmee hyaah aku memprotes perlakuan Rendy padaku.

Iyaa soalnya Erina kan sudah orgasme dua kali! Rendy juga mau! balasnya.

Memang benar, dari tadi Rendy terus memberi pelayanan yang membuatku mencapai orgasme dua kali, namun dia sendiri hanya sekali berejakulasi dalam mulutku. Tiba-tiba, Rendy menghentikan gerakannya, sehingga aku mendesah tertahan sejenak. Aku cemas karena tampaknya Rendy tidak berminat lagi meneruskan pompaannya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu