1 November 2020
Penulis —  bramloser

Ternyata, Mamaku!!

“Sayangg… Ayoo makan, sarapan sudah siapp…” teriak Mama dari lantai bawah.

“Iya Ma, sebentar” sahutku sambil mempercepat mengancingkan kemeja sekolahku. Setelah selesai, akupun segera menuju ke bawah.

Tampak seluruh anggota keluargaku sudah berkumpul. Papa sibuk membaca koran sambil menyantap roti bakar, dia sudah terlihat rapi dan siap untuk berangkat berkerja, tentunya mengantarkan kami ke sekolah terlebih dahulu. Papa adalah seorang pengusaha sukses. Dia cukup sering tidak berada di rumah karena terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya.

Kedua adikku Andra dan Bobi juga sudah di sana. Berurutan mereka kelas 5 SD dan 2 SMP. Aku sendiri sudah kelas 2 SMA. Umur kami memang masing-masing berjarak 3 tahun. Usiaku saat ini 16 tahun.

Dan tentu saja yang tidak ketinggalan adalah wanita yang paling cantik di rumah ini, yaitu mamaku. Dia tetap terlihat telaten mengurusi kami meskipun kini sedang hamil. Mamaku bernama Lisa, umurnya 35 tahun. Masih sangat muda memang karena dia menikah waktu umurnya 19 tahun.

“Andi, cepat habiskan serapanmu” seru Papa.

“Iya Pa, tungguin dong…”

“Kamu sih sayang lama amat di kamar mandi, ngapain aja sih?” tanya mama dengan nada menggoda. Dia seperti bisa menebak apa yang aku lakukan di dalam kamar mandi. Namun tentu saja tidak ku jawab yang sebenarnya kalau aku baru saja beronani tadi. Ya, aku tidak pintar-pintar amat di sekolah, tapi untuk urusan bokep aku cukup jago.

Maklum untuk jaman sekarang bokep dapat didapatkan dengan mudah, apalagi di rumah terdapat komputer yang langsung terhubung dengan internet. Hampir setiap malam aku biasanya browsing-browsing situs porno yang berakhir dengan masturbasi. Untungnya kamarku dengan kamar adik-adikku terpisah, jadi aku bisa dengan leluasa nonton film bokep sambil masturbasi.

“Pa, itu mending internet di kamar Andi dicabut aja biar dia nggak malas belajarnya” ancam mama padaku, tapi aku tahu kalau mama tidak serius, ada senyum tersungging di wajahnya.

“Yah, ma… jangan dong, masa dicabut”

“Makanya jangan malas, internet itu untuk mendukung kamu belajar, bukan untuk main game dan buka situs yang aneh-aneh” balas Mama. Duh, apa mama tahu apa yang sering ku buka di internet? Apa dia mengecek history browser komputerku? Namun sepertinya mama hanya sekedar menasehati.

“Aku nggak buka yang aneh-aneh kok… lagian Andra dan Bobi juga ada internet tuh di kamarnya” jawabku membela diri. Ku lihat mama tersenyum.

“Tapi nilai mereka tidak jelek seperti kamu kan?” Mama kembali memojokkanku yang membuat Andra dan Bobi tertawa, mereka berdua menertawakanku. Sialan. Awas saja nanti.

“Eh, tapi kan ma…”

“Hihihi, iya deh sayang… tapi ingat yah, kamu harus belajar lebih rajin lagi, jangan keluyuran mulu pulang sekolah. Ntar beneran dicabut lho internetnya” ujar mama akhirnya. Huh, aku lega mama tidak benar-benar mendesak agar internet di kamarku di cabut. Mama memang sangat baik dan perhatian.

Setelah selesai serapan kamipun berangkat ke sekolah.

“Ingat yah belajar yang bener”

“Iya ma…”

Mama lalu mengantar kami ke depan, dia mencium pipi anak-anaknya bergantian, kemudian mencium pipi dan tangan Papa. Itulah yang aku ketahui tentang mama. Seorang ibu yang sangat baik dan penyayang kepada anak-anaknya. Seorang istri yang setia pada suaminya. Tidak hanya di rumah, mama juga sangat baik dan ramah kepada para tetangga.

“Hati-hati di jalan yah…” ucap mama pada kami semua. Kamipun pergi, meninggalkan mama sendirian di rumah…

****

“Hei Ndi, ngapain cepat pulang? yuk main PS dulu” ajak temanku. Hari ini kami memang cepat pulang karena guru rapat. Tapi aku memang ingin cepat pulang, biar mama tahu kalau aku ini memang bukan anak bandel yang suka kelayapan. Selain itu, aku juga ingin menonton video jav yang baru saja ku download tadi malam.

“Ah, malas gue, pengen cepat pulang aja, bye” jawabku.

“Ah… Lo… ya sudah kalau gitu”

Akupun langsung pulang. Singkat cerita akupun sampai di rumah. Aku menemukan sepasang sendal di teras depan. Aku tidak tahu itu punya siapa. Ada tamu? Aku yang penasaranpun segera masuk ke dalam rumah, ternyata pintu juga tidak terkunci.

Saat aku di dalam aku langsung mendengar suara cekikikan mama dari dalam kamarnya. Dengan siapa mama tertawa? Siapa yang ada di dalam kamarnya? Segera aku menuju ke kamar mama, dari celah pintu yang tak tertutup sempurna akupun mengintip apa yang terjadi di dalam.

Astaga! Aku terkejut melihat apa yang aku temukan. Mama sedang duduk berduaan di atas tempat tidur dengan pria lain! Aku pikir mama sedang dibawah ancaman orang itu, tapi ku lihat mama juga merangkul mesra pria itu, lagian tadi aku mendengar mama tertawa. Jelas kalau mama memang berselingkuh. Aku begitu kecewa dan sakit hati pada mamaku.

Ingin aku masuk dan melabrak mereka, tapi aku tahan. Aku putuskan untuk melihat dulu apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Lo emang cantik Lisa” puji pria itu sambil membelai rambut mama. Pria itu kelihatannya lebih tua dari mama. Setelah aku perhatikan ternyata dia adalah pak Jupri! Tetangga kami yang tinggal beberapa rumah dari sini. Orangnya jelek, kulitnya hitam serta berkumis lebat. Seorang pengangguran. Kenapa mama sampai berselingkuh dengan pria seperti itu!?

“Mas kemana aja sih? Adek kan kangen…” ucap mama manja. Aku tidak menyangka mama menyebut dirinya ‘adek’ di depan pak Jupri ini. Dari ucapannya aku tahu kalau ini bukan pertama kalinya. Mereka sudah sering melakukannya! Hatiku semakin teriris.

“Kemarin ada urusan di kampung, hehehe” jawab pak Jupri lalu mencium bibir mamaku. Brengsek! Pria tua bejat! Anjing! Tidak hanya itu, dia sepertinya berusaha meloloskan daster yang dipakai mama. Ku lihat mama membiarkan dan tidak berusaha melawan, bahkan bantu berdiri sehingga daster itu turun merosot dari tubuhnya.

Mereka kembali lanjut duduk berciuman di tepi ranjang. Sambil berciuman mereka juga saling menggerayangi tubuh masing-masing. Cukup lama. Percumbuan yang sangat heboh dan panas. Ku lihat wajah mama mulai memerah dan mengkilap karena keringat. Mama sudah horni berat.

Pak Jupri lalu merebahkan tubuh mama. Mereka naik dan rebahan di atas ranjang. Dari posisi ku saat ini aku tidak bisa melihat mereka lagi, tapi aku masih terus mendengar suara cipakan, mereka masih lanjut bercumbu. Ingin sekali aku buka pintu lebar-lebar dan melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan.

“Masukin mas… masukin kontol mas ke memek adeeeek” terdengar suara manja mamaku yang cukup mengejutkanku. Aku tidak pernah membayangkan mamaku akan berkata sevulgar itu, namun kali ini aku mendengarnya langsung. Mama meminta dirinya untuk disetubuhi pria yang bukan suaminya! Gila! Sungguh gila! Apa yang harus aku lakukan!?

Akhirnya aku hanya terus berdiri di sana. Aku hanya bisa mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam. Ya, dari yang aku dengar mereka sepertinya sudah mulai bersetubuh. Suara erangan dan rintihan mereka terdengar sahut menyahut, plus suara kecipak peraduan selangkangan mereka yang terdengar cukup keras.

“Terus mas… Entotin adek terus… jangan kasih ampun… Adek miliknya mas” rintih mama manja. Sialnya suara rintihan manja mama malah membuat aku menjadi horni. Kenapa denganku ini? Aku kini malah mengelus penisku dari luar celana, bahkan kemudian membuka reselting celanaku dan mengocok penisku.

“Nghh…”

“Ssshhh… Iya mas, teruuuussss”

“Arrghhhh sshhhh”

“Ugh… anjing… nikmat bener nih memek, gak pernah bosan gue”

“Ssshhh… Iya mas, genjot adek terus”

Suara racauan mereka terus terdengar. Aku lebih terfokus pada suaranya mama yang membuat aku sangat horni. Hingga akhirnya kocokanku semakin cepat, aku tidak kuat lagi. Akupun muncrat! Supaya tidak berceceran sembarangan aku menampung spermaku yang keluar dengan tanganku. Aku juga menahan suara dan nafasku agar tidak ketahuan.

Mereka masih terus bersetubuh. Sebenarnya aku masih ingin terus di sana, tapi aku tidak ingin ketahuan. Aku rasa sudah cukup dan memutuskan untuk menyudahi aksi menguping ini. Dengan pelan-pelan aku beranjak dari sana dan keluar dari rumah.

**

Hatiku kacau, perasaanku masih campur aduk karena apa yang baru saja terjadi. Akupun memutuskan untuk berputar-putar dulu hingga jam seharusnya aku pulang sekolah. Itupun setelahnya aku juga ragu untuk segera pulang. Aku juga takut kalau ternyata tadi aku ketahuan. Namun akhirnya aku tetap kembali ke rumah.

Saat aku kembali mama menyambutku seperti biasa. Aku rasa mama memang tidak mengetahui keberadaanku tadi di depan pintu kamarnya. Namun sekarang aku bingung harus bersikap bagaimana kepadanya. Semua yang barusan terjadi betul-betul merubah pandanganku terhadap ibu kandungku ini.

“Kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya mama melihat aku hanya diam saja ketika disapa.

“Eh, nggak kok ma…”

“Oohh.. ya sudah, makan dulu gih, lemas banget kelihatannya, kayak habis lihat hantu aja, hihihi”

“Hehehe, iya Ma” jawabku malas. Oh, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku sudah mengetahui perbuatannya? Atau terus tetap diam berpura-pura tidak tahu. Aku bingung. Sunguh bingung. Tapi ternyata dalam hatiku, aku ingin melihatnya lagi. Aku ingin melihat mamaku disetubuhi lagi.

***

Sejak kejadian itu aku jadi semakin sering memperhatikan mama, bukan hanya karena wajahnya yang memang cantik dan sedap dipandang, tapi aku selalu membanding-bandingkan sifat mama yang terasa sangat berbeda ketika kesehariannya bersama kami yang bagaikan ibu dan istri yang baik, dengan sifatnya waktu itu yang nakal bak pelacur.

Aku penasaran. Bahkan dua hari yang lalu aku sempat mencoba mengintipnya lagi, aku bolos sekolah hanya demi mengharapkan bisa melihat ibuku dizinahi orang sekali lagi. Tapi ternyata tidak ada tanda-tanda orang di rumah selain mama ketika itu. Tapi aku yang masih sangat penasaran ingin mencobanya lagi hari ini.

Seperti biasa, mamapun mencium pipi anak-anaknya bergantian, lalu mencium pipi dan tangan papa sebelum kami berangkat. Senyum manisnya, sifat keibuannya, sungguh terlihat bagaikan mama dan istri yang baik. Tapi apa mereka tidak tahu bagaimana perangai mama yang sebenarnya!?

“Hati-hati di jalan yah…” ujar mama sambil melambaikan tangannya pada kami. Aahh.. dadaku berdebar kencang lagi dibuatnya. Mama…

Sesuai rencana, akupun tidak benar-benar pergi ke sekolah. Aku bolos. Dengan jam yang sama seperti waktu itu akupun kembali ke rumah dengan harapan semoga pak Jupri mengunjungi mama lagi. Tapi sisi diriku yang lain masih berharap semoga mama hanya sendirian di rumah, dan semoga yang ku lihat waktu itu hanya mimpi buruk.

Aku tidak tahu harus senang atau sedih saat ini, karena aku melihat ada sendal pak Jupri di depan rumah! Pria itu ada di dalam! Tapi aku tidak seberuntung waktu itu karena ternyata kali ini pintu depan terkunci. Sial! Tapi aku belum menyerah, akupun pergi menuju samping rumah dengan harapan jendela besar yang ada di sana tidak tertutup.

Dengan diam-diam akupun masuk ke dalam rumah. Sepertinya mereka ada di dalam kamar. Dan lagi-lagi pintu kamar mama tidak tertutup dengan rapat sehingga memberi ruang bagiku untuk dapat mengintip ke dalam. Namun baru saja aku hendak mengintip, pintu tiba-tiba terbuka! Sepasang tangan hitam langsung menangkap tanganku.

“Woi! Bener kan kata gue kalau ada orang!” Ujar pak Jupri sambil tangannya menjepit leherku dengan kasar.

“Maaa!” teriakku ketakukan memanggil mama.

“Mas, itu Andi mas! Andi!” teriak mama. Setelah pak Jupri memperhatikan sejenak kalau aku benar-benar Andi, barulah dia melepaskan tangannya dariku. Sekarang dia yang tampak sedikit panik karena perbuatannya ketahuan olehku. Mamapun juga terlihat panik. Mungkin tidak menyangka aksinya kali ini akan ketahuan, apalagi oleh anaknya sendiri.

Sebuah situasi yang sangat tidak nyaman. Sejenak kami sama-sama diam karena tidak tahu apa yang harus diperbuat.

“Ka.. kamu kok cepat pulang sayang?” tanya mama tergagap mencoba memecah keheningan. Aku tidak menjawab. Aku lebih terpaku melihat kondisi mama yang sedang tanpa busana.

“Kamu sudah tahu sebelumnya? Sudah pernah lihat?” tanya mama lagi. Kali ini aku mengangguk pelan. Ku lihat mama menghembuskan nafas, mungkin merasa pasrah karena ternyata aksinya ketahuan olehku.

“Sudah berapa kali lihat sayang?”

“Baru dua kali dengan ini ma…” jawabku.

“Oohh…”

Suasana kembali hening. Sesaat kemudian mama bangkit dari pinggir tempat tidur lalu datang menghampiriku. Mama yang tadi terlihat panik kini mulai terlihat tenang.

“Sayang.. kamu marah?” tanya mama lagi dengan suara lembut.

“Iya ma… tentu saja!”

Meskipun aku masih ada rasa sakit hati dan kecewa, tapi tidak ku pungkiri kalau tubuh mama sangat indah. Baru kali ini aku melihat mamaku bertelanjang bulat dari dekat. Rambutnya hitam panjang sebahu, kulitnya yang putih mulus. Terlebih sekarang mama sedang hamil 5 bulan, sungguh seksi sekali.

“Maafkan mama yah sayang.. Iya, mama tahu, mama memang salah, tapi… itu salah papamu juga karena selalu jarang ngasih mama jatah, kamu ngerti kan maksud mama? Kamu bisa paham kan?” ujar mama membela diri. Aku mencoba untuk menahan emosiku, sekaligus mencoba memaklumi alasan mama berbuat seperti ini.

“Tolong jangan kasih tahu papa yah sayang…” ujar mama lagi sambil membelai pipiku. Emosiku menjadi luluh, bahkan kini aku malah semakin bernafsu melihat keadaan mama. Keringatnya yang membasahi tubuhnya terlihat jelas olehku. Wajahnya bersemu merah dengan hiasan senyum manis. Mama benar-benar terlihat cantik dan menggairahkan.

“I.. iya ma”

“Janji yah sayang… nanti kamu mama kasih uang jajan deh…”

“Iya ma, janji” jawabku nurut-nurut saja. Ku pikir memang lebih baik tidak ku beritahu. Aku tidak ingin keluarga kami malah jadi hancur, kasihan adik-adikku.

“Eh, Lisa, kok anak lo cuma dikasih uang jajan aja sih?” pak Jupri tiba-tiba ikut-ikutan. Dia tampaknya tidak terlihat takut lagi karena ketahuan olehku. Malah seperti menganggap aku bukan siapa-siapa.

“Hmm? Emang adek kasih apa lagi mas?” tanya mama.

“Kasih nonton liat gue entotin lu kek, huahahaha… ayo, lo mau lihat kan?” tawar pak Jupri yang membuat aku terkejut, Mamapun juga tampak terkejut. Tentu saja aku tidak menyangka dia akan berkata seperti itu. Menawarkan aku untuk melihat ibu kandungku disetubuhi olehnya? Sungguh bejat! Tapi aku memang penasaran juga ingin melihatnya.

“Ish… mas ini ada-ada aja, masa adek disetubuhi di depan anak sendiri sih?” kata mamaku bertingkah manja mencubit paha Pak Jupri.

“Memang kamu mau lihat sayang?” tanya mama kemudian padaku sambil tersenyum manis.

“Eh, a.. anu…” Aku sungguh bimbang. Satu sisi tentunya aku masih tidak rela mamaku dizinahi orang lain, apalagi sampai menontonnya langsung. Namun di sisi lain aku sangat bernafsu ingin menonton orang bersetubuh secara langsung, terlebih wanita itu adalah ibu kandungku sendiri yang sangat cantik.

Melihat aku lama diam, mamapun berbicara.

“Tuh.. dia gak mau mas. Masa melihat mamanya sendiri disetubuhi sih? Sama orang lain yang bukan papanya macam mas lagi, hihihi” tawa mamaku cekikikan yang disambut gelak tawa keras si brengsek Jupri. Perasaanku sungguh campur aduk melihatnya!

“Nggak ma, aku mau lihat kok!” ujarku cepat kemudian. Sial! Apa yang barusan aku katakan. Aku terang-terangan berkata ingin melihat ibuku sendiri disetubuhi orang lain?? Aku sudah gila! Tidak memberi tahu ayahku saja itu sudah keterlaluan, ini aku malah ingin menonton perzinahan ibuku dengan orang lain.

“Hmm? Kamu mau lihat sayang?”

“Iya ma… boleh?” tanyaku malu-malu. Sekarang aku malah berdebar-debar mengharapkan kalau mama memang membolehkan aku menonton perbuatan terlarangnya itu. Sedangkan si Jupri semakin keras tertawanya seakan memandang rendah mama dan aku.

“Huahahaha, tuh kaaaann… gue yakin lo pasti penasaran ngelihat mama lo dientotin. Mama lo ini emang bikin siapa aja nafsu, bahkan anak kandungnya sendiri, huahahaha” ujarnya yang lagi-lagi disambut cubitan mama di pahanya.

“Ya sudah, kamu kunci jendela tempat kamu masuk tadi yah sayang. Untung tadi kamu yang masuk, bukan papa, hihihi” suruh mama. Segera saja ku turuti, setelah selesai aku langsung kembali lagi ke kamar mama. Saat ku kembali ku lihat mama sedang asik berciuman. Darahku kembali berdesir melihat pemandangan ini.

“Ma…” panggilku lirih. Mamapun melepaskan ciumannya.

“Eh, udah kamu kunci?” tanya mama sambil masih dipeluk dari belakang oleh pak Jupri yang jelek itu. Tangannya juga membelai-belai perut buncit mama.

“Udah ma. Hmm… Ma…”

“Iya sayang?”

“Gak takut ketahuan Papa?” tanyaku.

“Ya kamu jangan kasih tahu dong… hihihi”

“Terus itu… mama kan lagi hamil…”

“Aman kok sayang…”

“Tapi itu anaknya Papa kan Ma?” tanyaku curiga juga.

“Hmm.. gimana yah.. mama nggak yakin juga sih”

“M-maksudnya?”

“Iya, cuma kamu yang mama yakin anaknya papa. Kedua adek kamu mungkin anaknya orang lain, termasuk yang di perut mama ini, hihihi”

“Hah?? Orang lain? Berarti mama udah sering ML sama pria lain sebelum ini!?” tanyaku. Mama mengangguk malu-malu.

“Iya… maaf yah… Habisnya papa kamu itu sih, awal-awal nikah saja rajin ngasih jatah ke mama. Setelah kamu lahir, dia jadi semakin sibuk. Ya mama sebagai wanita kan butuh itu juga sayang”

Aku sangat terkejut mendengarnya kenyataan ini. Aku tidak menyangka mamaku seperti ini. Wanita secantik dan terlihat berkelas seperti mama ternyata sudah berkali-kali bersetubuh dengan pria lain selain papa. Aku shock. Tapi melihat senyum manis mama akupun langsung luluh dan menyerah pada nafsu.

“Ahhh.. lama amat sih kalian ngobrolnya, gue pengen ngentot nih…” ujar pak Jupri tiba-tiba. Dia lalu mendorong tubuh mama ke kasur, dan langsung menggenjot mama! Aku terbelalak melihat ibu kandungku diperlakukan sangat kasar, terlebih dia kan lagi hamil.

“Nghh… mas, pelan-pelan… gak enak dilihat Andi” ujar mamaku sambil menatapku. Tatapan yang sungguh membuat perasaanku tak karuan.

“Peduli amat! Biasanya aja lo kesenangan kalau gue entotin kasar! Masa di depan anak lo musti pelan-pelan! Palingan dia juga suka mamanya gue entotin kayak gini” ujar pak Jupri kurang ajar sambil terus memompa tubuh mama dengan cepat. Tubuh mama sampai melenting-lenting dibuatnya!

Pak Jupri menggenjot mama dari belakang dengan posisi tiduran menyamping. Dengan posisi seperti itu baik mama dan pak Jupri menghadap ke arahku. Pak Jupri seakan-akan ingin mempertontonkan kepadaku bagaimana biasanya mamaku disetubuhi olehnya. Mama bahkan ikut-ikutan seperti ingin menunjukkan tontonan yang menarik kepadaku.

“Ngghh… mas… ssshhh” rintih mama manja yang terdengar sangat menggoda. Mereka kemudian berciuman, lalu mama melihat ke arahku lagi sambil tersenyum, lalu berciuman lagi, dan menatapku lagi, begitu seterusnya. Sungguh hatiku terasa diaduk-aduk.

“Lo lihat kan kelakuan mama lo?? Kayak lonte kan? Lo kebayang gak kalau papa lo tahu? Huahahaha” ejek pak Jupri lagi.

“Ihh… mas, jangan kasih tahu dong… iya kan sayang? Papa gak boleh tahu kan?” tanya mama padaku. Aku hanya mengangguk kaku. Seharusnya aku marah, tapi kenapa… kenapa aku sangat bernafsu melihat pemandangan ini?? Dadaku bahkan berdebar sangat keras saking bernafsunya.

“Oi, lo kalau mau nonton mending lo lepasin baju lo… Biar mama lo tahu kalau lo konak ngelihatnya gue entotin, huahahaha” suruh pak Jupri dengan nada mengejek kepadaku.

“Hihihi, emang kamu suka yah sayang lihat mama diginiin pak Jupri?” tanya mama, aku lagi-lagi hanya mengangguk kaku.

“Ya sudah… buka aja bajunya biar lebih enak…” suruh mama kemudian. Dengan ragu-ragu akupun membuka pakaianku hingga telanjang di depan mereka. Ku lihat mama tersenyum melihat penisku yang sedang ngaceng bukan main karena menonton aksi zinahnya. Aku yang malu segera menutupi penisku dari pandangannya dengan tanganku.

“Woi, ngapain lo tutup-tutup segala, kasih liat aja.. Eh, suruh tuh anak lo itu ngocok!” pinta pak Jupri padaku dan mama. Perangai pak Jupri semakin menjadi-jadi. Dia seenaknya saja berkata!

“Udah sayang.. buka aja, gak usah malu… ngocok aja kalau kamu emang mau” ujar mama menuruti perintah si Jupri. Aku yang mendengar mama berkata seperti itu akhirnya benar-benar mengocok penisku. Sungguh gila. Aku terang-terangan mengocok penisku di depan mereka! Mengocok sambil melihat ibu kandungku disetubuhi orang lain!

“Ikut naik ke ranjang! Lo lihat mama lo gue entotin dari dekat!” suruh pak Jupri lagi. Aku turuti perkataanya. Akupun naik ke atas ranjang. Ranjang yang biasa menjadi tempat tidur mama dan papa sekarang sedang menjadi tempat perzinahan mamaku dan tetangga kami ini, plus aku anaknya mama yang hanya bisa menonton sambil mengocok.

Pak Jupri sungguh bejat! Setelah aku ikut naik ke ranjang dia malah semakin kencang menghentak-hentakkan penisnya bertubi-tubi ke vagina mamaku. Tubuh mama sampai terdorong-dorong kuat. Buah dada dan perut mama tampak bergoyang kencang. Sialnya melihat pemandangan ini aku malah semakin nafsu dan mempercepat kocokanku.

Aku tidak tahan untuk tidak meraba tubuh mama yang putih bening ini. Ku beranikan saja mengelus tubuhnya. Selagi mama dientotin dengan kasar oleh pak Jupri, satu tanganku membelai-belai tubuhnya, mulai dari wajah cantiknya, lehernya, buah dadanya, hingga perutnya. Sedangkan tanganku yang lain tetap sibuk mengocok.

“Kamu suka sayang?” tanya mama sambil berusaha tersenyum padaku. Ku lihat wajahnya semakin memerah dengan bulir keringat membasahi.

“Suka ma… mama cantik banget, kulit mama halus” jawabku yang dibalas senyum manisnya.

“Pegang aja sesukamu yah…”

“Iya ma…” Jadilah aku terus membelai-belai mama selagi dia dientotin. Beberapa bagian tubuhnya yang berkeringat terasa sangat basah di tanganku. Ku coba mencium aroma keringatnya yang menempel pada tanganku, bahkan saking aku bernafsunya aku juga sampai menjilati keringatnya. Aku betul-betul sudah terbawa nafsu.

Ku lihat genjotan pak Jupri pada tubuh mama semakin cepat, sepertinya tidak lama lagi dia akan klimaks. Pak Jupri akan menumpahkan spermanya ke rahim mamaku! Membayangkannya sungguh membuat aku semakin tidak kuat.

“Ughhh… nih terima peju gue, lihat nih, adek lo gue siram pake pejuuuu!” Racau si Jupri.

“Ngghhh… sayaaaannnggg… lihat mamaaaa” erang mamaku ikut-ikutan. Gila! Aku tidak kuat untuk tidak muncrat juga!

Tubuh pak Jupri lalu mengejang kaku, dia sedang menyemprotkan pejunya di dalam sana. Memindahkan isi kantong zakarnya ke tempat cabang bayi mamaku berada!

“Crooottttt croooottttttt” Berbarengan dengan itu aku juga memuntahkan pejuku, sebagian besar mengenai perut mama. Aghh… aku baru saja mengotori badan ibu kandungku sendiri dengan spermaku. Mama yang melihat aku baru saja klimaks, bahkan mengenai tubuhnya, lagi-lagi tersenyum padaku. Mamaku sungguh cantik.

Setelah selesai, Pak Jupri pun rebah ke pelukan mama. Mereka berpelukan sebentar untuk mengatur nafas, setelah itu pak Jupri keluar untuk merokok di luar. Sekarang hanya tinggal aku dan mama yang berada di atas ranjang. Sama-sama sedang telanjang bulat.

“Enak sayang?”

“E.. enak ma…” jawabku sambil memilin-milin putting susu mama. Ternyata mama sudah bisa mengeluarkan susu.

“Kamu suka lihat mama dientotin pak Jupri?”

“Tadinya sih aku kesal ma, tapi kok aku suka yah ngelihatnya…”

“Suka lihat mama dikasari juga?” tanya mama senyum-senyum.

“Eh, i.. itu.. iya juga ma…”

“Hihihi, makanya jangan kasih tahu papa yah… ntar kamu bisa terus lihat deh mamamu ini dientotin orang” ucap mama genit.

“I.. iya ma…”

“Makasih sayang… sini peluk mama” ujar mama sambil membentangkan tangannya. Langsung saja ku rebahkan badanku di sebelahnya dan memeluk tubuhnya. Perut mama yang buncit terasa menekan-nekan penisku yang masih tegang. Aku tidak peduli kalau di sana masih ada ceceran spermaku.

“Ma…”

“Ya sayang?”

“Aku boleh nyusu?” entah kenapa tiba-tiba aku meminta hal seperti itu. Terlintas begitu saja.

“Hihihi, kamu pengen jadi adek bayi lagi yah?”

“I.. iya Ma” jawabku malu.

“Hmm… Boleh kok… kamu kan anaknya mama sendiri” jawab mama membolehkan. Aku senang sekali mendengarnya. Akupun segera mendekatkan mulutku ke buah dadanya dan langsung mengulum putingnya. Kusedot dan kujilati air susunya yang mulai mengalir masuk ke mulutku.

“Enak sayang?” tanyanya, aku mengangguk. Rasanya sungguh luar biasa. Sensasi menyusu pada wanita secantik mama, yang mana kami berdua sedang bertelanjang bulat. Apalagi penisku yang bersentuhan dengan sela-sela pahanya makin menambah nikmat bagiku. Penisku yang barusan tadi menumpahkan pelurunya kini jadi ngaceng kembali.

“Mau mama kocokin gak sayang?” tanya mama lagi, tentu saja aku mau. Aku mengangguk. Mamapun mengocok penisku sambil aku menyusu padanya! Sementara itu, satu tanganku sibuk membelai perut buncitnya serta meremas buah dadanya yang satunya. Sungguh rasanya luar biasa tak terlukiskan!

Cukup lama kami melakukannya, rasanya aku tidak ingin berhenti.

“Wah wah wah.. lagi asik nih…” ujar pak Jupri tiba-tiba. Dia sudah kembali masuk ke dalam kamar.

“Ibu dan anak kok kayak gini sih? Dasar ibu anak bejat! Huahaha” ledek pak Jupri kemudian. Ku lihat Mama hanya tertawa kecil saja merespon ucapan pak Jupri, sedangkan aku tidak mau peduli, aku hampir muncrat lagi karena kocokan mama.

“Ma…” erangku.

“Hmm? Mau keluar sayang?”

“I.. iya ma…” jawabku lalu kembali mengenyot susunya.

“Keluarin aja sayang… jangan di tahan”

Kocokan mama semakin cepat, akupun juga semakin bernafsu mengenyot susu mama. Hingga akhirnya aku tidak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.

“Crooooottt crrroooooottttt”

Spermaku muncrat dengan banyaknya, berhamburan membasahi tangan mama, perutku, perut buncit mama, serta sprei tempat tidur.

“Makasih ma…”

“Iya, enak kan sayang? Kalau kamu mau lagi ngelurkan peju nanti panggil mama aja yah.. asal jangan kamu jangan kasih tahu papa ya”

“I.. iya ma”

Selesai aku muncrat, pak Jupri tiba-tiba menarik tangan mama dengan kasar ke arahnya.

“Awh!” Mama sampai menjerit kecil dibuatnya. Sungguh kurang ajar! Dia ternyata belum puas untuk menyetubuhi mama! Mamapun disetubuhi sekali lagi olehnya. Kali ini dengan gaya anjing. Walaupun aku marah dengan sikap kasarnya pada mama, tapi perlakuannya pada mama memang membuat aku sebagai anaknya jadi ikut bernafsu.

Hingga akhirnya aku kembali melihat bagaimana pak Jupri dengan nikmatnya mengejang memuntahkan spermanya ke rahim mama. Setelah itu barulah pak Jupri pergi setelah puas dua kali menzinahi mamaku.

“Udah nontonnya sayang? Mama mau beres-beres dulu nih… nanti ketahuan sama papa”

“Eh, bentar mah… aku masih pengen meluk mama” jawabku. Mama yang masih terlentang telanjang memang menggodaku untuk kembali memeluknya. Akupun kembali rebahan dan memeluk tubuh mama.

“Ya sudah… sebentar saja yah… jangan lama-lama”

“Iya Ma…” ahhh, memang nyaman sekali berada di sebelah mama.

Memang tidak lama aku memeluk mama, karena setelah itu mama permisi ingin mandi dan beres-beres. Tapi aku tahu ini barulah permulaan. Aku yakin masih ada kegilaan-kegilaan lain yang akan ku alami. Dan mungkin hanya tinggal waktu saja sampai aku bisa menyetubuhi mama.

****

sambungan di halaman 2

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu