31 Oktober 2020
Penulis —  boim_lebon

Shut up just kiss me - my story with diani

“Hai… perkenalkan nama aku diani.. diani laras winata lengkapnya..,” ujar seorang wanita cantik berusia 40an namun tampak terlihat lebih muda diusianya.

Kala itu pertemuan pertama kami di pertengahan bulan maret, disebuah kafe dikota hujan…

Pertemuan pertama aku dan diani yang selanjutnya_lebih senang di panggil cidi oleh aku, adalah pertemuan yang tidak disengaja. Dimana saat itu reschedule lunch meeting aku dengan owner sebuah restoran yang mengajukan proposal loan membuat aku harus menghabiskan waktu sambil menunggu jam kereta yang telah aku pesan.

Saat itu dia… cidi sedang duduk menikmati secangkir kopi dan… memainkan sebatang light cigarette… aku duduk 2 meja dari dia menyendiri.. dengan menggunakan kemeja putih dan jeans biru.. sebuah dresscode yang sederhana namun sangat berbeda saat dikenakan wanita secantik dia..

Potongan rambut pendeknya yang sesuai dengan bentuk mukanya yang sedikit oval membuat pria manapun akan melirik dia.. seorang wanita matang.. memiliki kelas… cantik… rupawan tepatnya…

Perbincangan ini terjadi saat aku begitu bodohnya menumpahkan air mineral yang ada di atas meja dan membahasi dokumen yang sedang aku baca.. tindakan panik aku.. membuat cidi menghampiri meja sambil membawa tisu dari mejanya… dan membantu aku mengeringkan meja dan kertas-kertas sebelum akhirnya waitress datang untuk membantu kekacauan yang aku buat…

“thanks… mbaaa.. makasih… biar saya saja,” ujar aku saat dia terlihat membantu mengeringkan dokumen-dokumen aku.

“gpp, its okey.. feelings emak2 langsung muncul kalo liat kekacauan begini”, ujar dia sambil agak tertawa kecil melihat ekpresi aku yang campur aduk.. malu, kesal dgn kebodohan sendiri.

Dia masih mengamati kekacauanku membersihkan pakaian dan celana chino aku yang kena ciprat tumpahan air mineral.. “masih butuh banyak tisu?” tanya dia sambil terlihat menahan tawa melihat tingkah aku. Setelah aku selesai mebereskan semua kekacuan itu lalu dia seketika menyorongkan tangannya dan… “Hai…

“Banguuun.. woooy… kokooooo… banguuuun…,” terdengar teriakan khas cidi di depan pintu paviliun aku.

“nak dewo masih tidur kayaknya mbak diani… semalam ibu lihat dia pulang jam 1 pagi…” ujar indung semangku seorang pensiunan yang masih keturunan ningrat yogya berusia hampir 65 tahun dan senang dipanggil yangti.

“hehehe… iya yangti, semalem dia sms bakal lembur… makanya sengaja saya kasih surprise datang ngedadak gini… eh, ini saya bawa cheese cake kesukaan yangti…” aku mendengar celoteh cidi saat mendengar yangti menjelaskan kebiasaan aku kalau habis lembur.

Aku langsung bangun dan bergegas membuka kunci pintu paviliun dan membuka sedikit pintu untuk cidi… dan kembali rebahan di kasur kesayanganku..

Tak lama.. aku merasakan rambutku diacak2 manja dan mencium wangi khas parfume cidi… “iiiih, malah tidur lagi kokoooo, bangun sayaaaang,” bisik dia manja.

“uuh.. sayaang… aku masih ngantuk.,” ujar ku yang habis overtime kejar deadline bahasan kredit sindikasi.

Muah! Sebuah kecupan hangat menghampiri bibirku… dan seketika aku merespon melumat hangat bibir tipis cidi…

“Uuuh… bauuuu…, “cidi menggoda aku sambil menarik wajahnya menjauhi.

“aaaargh… sayaaang… kamu bikin aku melek dan bangun…” ujar aku sambil menunjukkan tonjolan di boxer biru yang aku kenakan.

“uh… dede kecil koko protes yaaaa…” cidi membelai lembut… penis ku yang mulai menggeliat karena terganggu serangan pagi.

I love you,” bisik cidi… seperti sebuah kopi esspreso hangat dipagi hari.

Aku hanya dapat menarik napas menikmati kecupan hangat dan intim dia di bibirku… dan seketika aku mengambil kendali… “kamu nakaaal,” ujarku sambil mendaratkan ciumanku di bibir cidi.. dan dia terlihat semakin cantik dengan ekpresi pasrah menggoda dan setengah terbuka bibir mungilnya…

Cidi.. diani laras winata… seorang wanita single parent seorang anak usia 10 tahun yang telah menjalin hubungan dengan aku kuranglebih 6 bulan… adalah seorang wanita modern yang sangat mandiri… aku banyak belajar hal - hal baru mengenai angry management dari dia.. dari pengalaman dia selama 15 tahun lebih menjalankan usaha perdagangan peninggalan orang tuanya..

Dia membiarkan aku lebih mengeksplorasi bibir mungilnya.. seluruh ruang dalam mulutnya.. merasakan napas yang hangat di sabtu pagi… tanganku semakin bergerak melingkari tubuh mungil my cidi… aku semakin merasakan sesuatu mengeras di balik boxer biruku…

Tangan Cidi bergerak cepat menarik ujung kaos yang aku pakai… “puaskan aku ko…” lirih cidi sambil mengerakkan bibir mungilnya menelusuri bekas cukuran dari rahang bawah hingga telingaku…

Bibir ku langsung menjalar ke depan hingga akhirnya mulai melumat bibir cidiku sayang.. ujung kaosku yang tadinya dia pegang terlepas… Tangannya sekarang bertumpu memegang kedua punggung tangan ku yang sibuk meremas dan mendekap kedua payudara yang masih tertutup kaos ketatnya…

Napas aku semakin menggebu. Ku gerakkan Lidah menyelusup liar ke dalam rongga mulutnya… Aku ingin membuat dia tak tahan lagi.. aku ingin membuat kekasihku seolah mengawang hingga ke awan… aku ingin membuat Kaki kekasihku ini limbung tanpa pijakan…

“oh.. kokooo…” lirih dia sambil menyandarkan tubuhnya pada dadaku yang terus medekap erat tubuh my cidi… aku melirik melihat matanya yang terpejam merasakan sensasi dari sentuhan sentuhan ku… aku merasa lidah cidi ikut menyambut liarnya lidah ku yang bergerak-gerak.

Dia membuka mata.. memandang sayu… wajah oriental dia sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul memeluk lebih erat… “aku sayang kamu.. ,” dia lirih berkata sambil menatap mataku… Aku merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dan harus tersalurkan… segera saja tanganku mulai menyusup ke balik kaos biru yang dia kenakan dari bagian bawah.

Cidiku semakin menggelinjang saat tanganku mulai meraba perutnya yang masih cukup rata untuk wanita diusianya… Perlahan namun pasti tanganku mulai merayap ke atas dan ke bawah. Tangan kanan ku bergerak menyentuh payudara yang terbungkus BH Piere Cardin, sementara tangan kiriku mulai menyusup ke balik celana jeans ketat yang dia kenakan.

Aku merasa tangannya bergerak kebawah lalu ke belakang dan mulai meremas pantatku… “aku gemas ama pantat kencangmu,” ujar dia. Lalu dia melorotkan boxerku.. dan menggenggam erat penisku.. yang sudah sangat keras… “apalagi ini… sangat menggemaskan dan ingin kukunyah…,” kata dia sambil melirik manja.

Tubuh aku dan cidi masih berhimpit berbaring di kasurku. Bibirku terus melumat bibirnya dan kedua tanganku terus meraba dan meremas bagian-bagian sensitif tubuh wanita rupawan berusia 40 tahun ini… yang membuat aku kagum… membuat aku selalu ketagihan bercinta dengan dirinya… cidi pun tak tinggal diam tangannya beralih keatas meremas rambutku yang cepak..

Untuk beberapa lama, aku masih melumat bibir cidiku… harus jujur bahwa aku sangat menikmati bibir tipis dia… tanganku mulai menyusup ke dalam Bhnya… dan menyentuh payudara indah dari ibu seorang putri berusa 10 tahun. Aku merasakan nafas yang semakin memburu dan desahan lirih dari wanita cantik…

Aku mulai menggunakan ibujari dan telunjuk untuk mempermainkan puting payudara cidi yang semakin mengeras. Aku merasakan tubuhnya semakin bergerak liar sehingga membuat aku semakin terangsang… untuk menuntaskan semua gairah ini bersama kekasihku…

Aku merasakan gerak liar tubuh cidi… saat jariku mulai menyentuh belahan hangat di selangkangannya… Jari-jariku terasa licin bergerak menyusuri belahan hangat di selangkangannya yang selalu wangi… “sayang.. udah basah ya…” bisik ku..

Tubuh cidi berkelejat saat jemari ku mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas vagina gundulnya. Jariku tak henti-hentinya mengeksplorasi dan berputar liar mempermainkan kelentitnya…

“Akhh.. Oomphf..” desisannya dan segera aku melumat bibir basah mungil dia..

Aku melihat ekpresi wajah cidi seolah terbang mengawang… Desakan dari dalam tubuhnya menuntut pemenuhan sesuatu yang meringankan tubuhnya… diiringi hentakan liar tubuhnya aku melihat sesuatu yang menggelegak… “sayaaaang… aku sampeee…,” lirih dia dan terlihat dia memejamkan mata menikmati orgasme pertama dari sentuhan klitorisnya..

“enak sayang?” bisikku di telinga cidi..

“I love you, koko…” dia menjawab lirih… dan masih memejamkan mata menikmati orgasme pagi hari..

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu