31 Oktober 2020
Penulis —  Mojosari

Kuhamili Ibuku

Karena kami sangat dekat, maka setiap kali aku bangun pagi dan menemui ibu di kamar makan, aku akan mencium kedua pipinya. Begitu pula setiap aku berangkat dan pulang sekolah. Bila aku ulang tahun, ibu akan mencium kedua pipiku dan kemudian mencium bibirku. Ciuman itu hanya ciuman sayang orangtua kepada anak.

Maka, ketika aku SMP itu, aku mulai ingin lebih dari ibuku. Ketika aku berulang tahun, aku sudah menyiapkan strategi matang. Pagi itu, aku bangun dan setelah gosok gigi, aku ke ruang makan dan melihat ibu sudah ada di sana.

“Wuiiih… yang ultah baru bangun jam segini mentang-mentang hari Sabtu… Sini…” kata ibuku membuka tangannya untuk memelukku.

Ibu memelukku lalu mencium kedua pipiku dan bibirku. Setiap kali mencium ia akan menambahkan kata “muaah…” Dan ciumannya agak lebih keras karena ini hari spesialku.

Ibu memakai gaun tidur dengan tali di pundak berwarna hitam model dua potong. Dengan rok yang selutut. Aku yang sudah mulai horny menjadi tegang karena mendapatkan ciuman darinya.

Setelah ibu melepaskanku untuk menyiapkan sarapan, aku bergegas bertanya, berusaha membuat suaraku wajar-wajar saja.

“Bu, kok kalau ulang tahun saja, ibu mencium kedua pipi dan bibir Ari?”

“Karena hari ini special. Kamu kan ulang tahun.” Ibu menjawab tanpa berpikir karena pikirannya sedang dipenuhi untuk mempersiapkan makanan.

“oh, jadi kalau cium di bibir itu special ya?”

“Iya, menandakan bahwa ibu sayang sama Ari.”

“Oh, jadi Ibu Cuma sayang kalau hari Ulang tahun aja ya?”

Aku sudah duduk di meja makan. Ibu sedang mengoles roti sambil duduk. Ia menghentikan pekerjaannya lalu menatapku. Katanya.

“Ya tiap hari dong sayangnya. Emang kenapa sih?”

“Artinya harusnya tiap hari juga dong dicium bibirnya. Ya nggak?”

Ibu tertawa. Aku senang melihat bahwa ibu tidak curiga apa-apa.

“Ya udah. Kamu mau dicium bibir tiap hari? Boleh, kok. Wong kamu sendiri yang ga mau dicium bibir waktu kelas 3 SD. Kata kamu udah besar, ga boleh dicium bibirnya kayak anak kecil. Malu, kata kamu.”

Aku sedikit terkejut karena baru ingat hal ini. Namun aku segera menjawab agar tidak ketahuan ada mau yang lain.

“Ya maksudnya sih jangan di depan teman-teman. Kan malu. Tapi kan kalau di rumah lain ceritanya.”

Ibu menyerahkan roti di tangannya kepadaku, lalu berjalan ke sampingku. Tiba-tiba ia mencium bibirku sambil tetap berdiri.

“Muaaaah… ini roti untuk anakku.”

Lalu ia bergegas ke tempat cucian untuk mencuci perabot yang kemarin malam belum dicuci. Aku buru-buru melahap roti dan bergegas mandi, untuk melepaskan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.

Kami melakukan banyak hal untuk merayakan hari ulang tahunku saat itu, yang tidaklah perlu kuceritakan. Yang jelas aku sangat Bahagia hari itu mendapatkan kasih sayang ibuku. Malamnya sebelum tidur dan setelah gosok gigi, aku mendatangi ibuku yang sedang beres-beres di dapur.

“Bu, makasih ya. hari ini Ari senaaaanggg sekali. Jalan-jalan sama ibu dan senang-senang.”

Ibu yang sedang memegang piring kotor hanya tersenyum. Aku mendekati ibu, memeluk dengan tangan kananku di pinggangnya, lalu jinjit, berhubung ibu masih ada hampir sepuluh senti lebih tinggi dariku, dan memberikan ibu ciuman di bibir agak lama.

“Muaaaah… Ari sayang sama Ibu.”

Ibu hanya tersenyum lalu berkata.

“Ya udah… tidur sana…”

Mulai saat itu, kini setiap aku bangun atau mau tidur, berangkat atau pulang sekolah, aku mencium bibir ibu.

Bukan hanya itu saja yang menjadi rencanaku. Seperti kataku sebelumnya, kami suka saling saling menggelitik. Yang paling seru adalah, ketika Ayah telpon dari luar negeri, kami suka saling menggelitik. Dimulai ketika aku masih di SD. Suatu ketika aku ingin dibelikan mainan yang tidak ada di Indonesia, maka aku ingin bicara dengan ayah di telpon, namun Ibu sengaja tidak mau memberikan telponnya, maka aku segera menggelitiki ibu.

Akhirnya setelah beberapa saat ibu memberikan telpon padaku, giliranku yang bicara, ibu balas menggelitik. Ayah yang mendengar suara kami hanya tertawa saja. Ia senang bahwa di rumah isteri dan anaknya begitu akur dan harmonis. Ayah terkadang menelpon seminggu tiga kali. Kadang dua kali. Sehingga kami sering berkomunikasi dengannya.

Nah, kini aku juga berencana untuk menggunakan saat itu untuk memperjauh perhubungan antara aku dan ibuku. Ayah menelpon sehari setelah aku ulang tahun. Berhubung di Eropa terlambat sehari dari Indonesia, ayah lupa bahwa aku di Indonesia sudah ulang tahun sehingga baru menelpon. Aku saat itu sengaja hanya memakai celana pendek dengan alasan gerah.

Pertama ibu berbicara dengan ayah, aku belagak ga sabar dan minta telponnya.

“Belum beli, Yah. belum sempet…” saat itu aku memberi kode ibu untuk memberikan telpon kepadaku,” Iya… sebentar dulu… Ibu ngomong sama Ayah dulu nih…”

Beberapa saat ibu masih berbicara dengan ayah di telpon. Aku berusaha menjangkau telponnya.

“Ari, tar dulu ah…” kata ibu menghindar tanganku,” Ibu belum selesai ngomong sama ayah…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan