1 November 2020
Penulis —  murbaut

Real Story

Terserah aku dibilang bajingan, pemberi harapan. Tapi sejak awal telah kukatakan bahwa hubungan ini hanya berdasar kebutuhan, nafsu belaka dan tidak ada embel-embel apapun. Tahun 2008/2009 lalu keluarga kami berkunjung ke rumah sodara di Malang yang sedang mengadakan suatu acara. Kami menginap di hotel dekat rumah sodara.

Malam itu aku pergi ke sana untuk bertemu sepupu. Ternyata mereka sedang berkumpul cerita-cerita. Sepupuku tidak ada di tempat, sedang mengantar sodara jauh dari Jakarta. Alhasil aku mending merokok di luar karena tidak terlalu mengenal yang di dalam rumah. Tak berapa lama, “mas.. disuruh masuk tante”.

Mereka sedang mengelilingi seorang wanita yang kemudian dikenalkan padaku sebagai seorang paranormal. Namanya H, mempunyai anak satu masih sd kelas 2 dari Jakarta. Ia lalu menatapku dan berkata, “mas punya satu atau dua sesepuh ya di belakang mas?” Aku hanya menjawab sambil lalu karena sikon yang menurutku kurang private jika membahas hal-hal semacam itu.

“Ha.. hehe.. ngg tau mb. Kata orang sih gtu”. Lalu ia berkata lagi, “iya mas.. soalnya kayaknya nyambung sama yang di aku. Mo kenalan ini sekarang..” Aku hanya garuk-garuk kepala dan nyengir. Kemudian ia menyuruhku mendekat dan mengulurkan tangan kanannya, “pegang tanganku.. klo ada getaran jangan ditahan. Dan klo nanti yang di dalam mas mo keluar lepasin aja”.

Aku hanya mengangguk karena terus terang masih bingung plus sedikit penasaran. Kurasakan ada getaran halus yang kemudian membuat tangan kami mulai bergetar. Tak lama kemudian suara H berubah menjadi lebih tua dan mencoba berkomunikasi denganku.

Siang itu sepupuku mengirim sms,“mas.. ada yg mo kenal”. Aku yang sedang tidur lalu terbangun dan sedikit kesal siapa yang mengirim. Setelah kubaca nama pengirim mau tidak mau kubalas,“eh.. iy. hehe.. emg sapa yg mo kenal dik”.

“Ada deh.. boleh ngg aku kasih nomer mas?”

“Ndak papa.. yg penting bukan penjahat tho.. hehe”.

“Ya ngg lah mas. Ok.. habis ini dia aku kasih ya.. makasih mas”.

“Iy dik.. sama2”. Aku melanjutkan tidur yang sempat terputus dan kusetting hp dalam kondisi silent. 2 jam kemudian aku bangun. Kulirik hp di samping, ada 2 sms yang masuk. Kulihat jamnya pasti saat aku silent tadi. Sms pertama, “halo mas.. masih inget sama aku, H yang di Malang waktu itu”. Sms kedua, “maaf mas klo ngganggu”.

H membalas, “baik mas. Belum nyoba sendiri komunikasi sama sesepuh mas?”

“Oh.. hehe.. belum mb. Biar aja nanti ketemu sendiri”. Kami kemudian berbincang ringan, nothing special.

Bulan berikutnya H curhat tentang kondisi rumah tangganya. Suaminya pencemburu dan sering berlaku kasar. Aku hanya bisa berkata sabar dan menguatkannya saja. Karena urusan itu aku paling segan turut campur selain aku belum berkeluarga juga kurang pantas rasanya mengingat usianya yang terpaut 2 tahun di atasku.

“Makasih ya mas supportnya. Aku jadi punya tempat curhat selain sodara2ku”.

“Iy mb.. sama2. Hanya itu yg bisa aku bantu”. Selang dua minggu kemudian H cerita hal yang seharusnya sangat pribadi. Suaminya sudah menurun kemampuannya juga bila ia sedang ingin dengan kasar H disuruh ke kamar dan langsung ditiduri tanpa pemanasan dulu. “Untungnya dia ngg smpe 5 menit udah keluar mas.

Jadi aku langsung keluar kamar dan bersih2. Jujur aja kadang aku juga pas naik tapi karena dia cepet jadinya aku senewen. Aku udah ngg ada nafsu sama dia mas. Ini aku kuat2in demi anak”. Aku belum membalasnya. Kasihan H, kondisi rumah tangganya benar-benar parah. Sebagai laki-laki normal penisku perlahan bangun membaca smsnya.

“Sabar ya mb.. tapi klo udah ngg bisa dipertahanin ya gmn lagi. Emm.. klo boleh tau dia langsung buka baju dst gtu?”

H, “iy mas. Aku yg dasarnya udah ngg ada rasa sering ngrasa perih di vaginaku. Untungnya dia pasti cepet jd aku ngg tersiksa lama”.

Aku membalas,“hmm.. iy juga sih. Trs klo mb masih on gmn?”

H, “ya ngg gimana2. Wong udah ngg ada rasa ya ilang gtu aja. Emg trs aku nyari cwok gtu.. hehe”. Pikiran nakalku mulai muncul. “Kirain masturbasi atau gmn mb.. hehe”.

H, “masturbasi itu udh lama ngg mas. Apalg sekarang. Dan lagi aku mau mbayangin sama siapa coba”. Penisku makin mengembang,“iy ya.. kasihan mb. Pernah ps mb?”

H, “ha.. ps.. apa itu mas”.

“Ps tu phone sex alias telpon smbil sama2 mbayangin trs onani bareng mb”.

“Oo gtu.. walah.. apalg itu. Mo ps sama siapa mas. Aku punya suami jg sikon ngg mendukung”.

“Iy ya mb. ahh..,” sengaja kugantung kalimatku.

H, “Knp mas..” “Emm.. gak papa. cma agak ngaceng jadinya. Dari tadi mbahas yg hot.. hehe. Sorry ya mb”. Lama H tidak membalas, mungkin dia tersinggung karena bahasaku tadi.

“Ngg apa2 mas.. aku maklum. Mas masih muda jg belum keluarga. Trs terang aku juga kaget ada reaksi di aku”.

“Emm.. reaksi gmn mb.. terangsang tha?”

H, “emm.. iy. Jadi sedikit basah. Ngg tau knp. Udah lama sekali aku ngg gini.. jadi malu aku mas”.

“Knp malu mb.. itu hal yg manusiawi. Mo lebih basah lgi mb? Kepalang tanggung. Kami sama-sama dewasa. Sengaja kuberi emoticon di akhir sms tadi, menanti reaksinya.

10 menit kemudian,“Lebih basah gmn maksudnya mas?”

“Hp mb ada mmsnya kan. Nnti aku kirim gambar”.

H, “Gambar apa mas.. jgn ah.. nnti ada yg tau”.

“Hp mb dibawa sendiri kan.. suami kira2 bisa buka2 ngg?”

H, “Ngg bisa. Dia cma bs telp sama sms”.

“Nha.. brti aman tho. Mau ngg aku kirim?” Lama tidak ada jawaban. Mungkin dia takut ada yang menemukan sesuatu di hpnya. Tapi yang jelas dia sudah penasaran dan terangsang. Terus terang sebenarnya dia tidak masuk hitunganku. Badannya sedikit gemuk dan pendek. Pantat termasuk tepos. Dada biasa saja.

“Klo hpnya belum disetting mmsnya ya harus ke provider dl mb…” sambungku.

H, “Kayaknya blm mas. Nnti siang aku mo ke ** buat nyetting. Kirimnya nnti malem aja mas, aku mo nginep di sodara. Mo melarikan diri sebentar

Ha.. pancinganku disambut rupanya. “Ok mb.. smpe nnti malem ya. Jgn masturbasi dl.. haha”. “Huu.. kamu ada2 aja mas. Jadi makin penasaran. Tambah basah ini.. baru ini kayak gni mas”. “Hihi.. wajar mb. Lama nahan birahi. Ya udah smpe nnti malem mb”.

H, “Iy mas..“.

Tahun itu belum ada yang namanya chatting ini itu. Bb pun dimiliki hanya segelintir orang yang benar-benar butuh, tidak seperti sekarang. Anak sd banyak yang dibelikan bb oleh orang tuanya. Malam itu dengan hati yang sedikit berdebar kutunggu sms dari H. Sekitar pk 11 hpku berbunyi,“Udah tidur mas?”

“Halo mb.. belum. Kan udah jnji mo ngirim sesuatu.. hehe”.

“Huu.. emg apaan sih”

“Tunggu bentar ya mb”. Kubuka celana dan cdku. Penis yang sudah setengah ngaceng dari tadi tak perlu menunggu lama cepat mengembang. Aku menaruh penggaris bersisian dengan penis lalu kufoto beberapa kali, untuk kupilih mana yang paling baik. Kemudian kukirim pada H. Mms telah terkirim.

H, “Ihh.. kok kirim gambar itu mas.. porno ah”.

“Kita udah sama dewasa mb. Klo mb keganggu aku minta maaf”.

H, “Gak apa2 mas. Iy sih.. itu punya siapa. Bisa ngaceng kayak gtu.. smpe merah. Panjang lgi..“. “Knp mb.. basah lg ya.. hehe”.

H, “Uhh.. kamu mas. Iy nih.. mulai basah vaginaku. Kamu nakal mas.. bikin aku gni”.

“Hihi.. maap mb. Kn ak berbaik hati berbagi fun.. hehe”.

H, “Fun gmn.. aku ngg bisa nyalurin”.

“Haha.. itu penisku mb”

H, “Beneran? ngg ngira panjang gtu”.

“Thanks mb. Emg suami gmn?”

H, “Ngg segtu yg jelas. Kok bs ngaceng kyk gtu mas. Rambutnya dicukur ya?”

“Ow gtu. Brti tambah basah skrg.. haha. Ya klo full ngaceng mmg gtu mb. Aku ngg suka ngruwel jembutku mb. Liat jembutnya cwek ngruwel jg ngg gtu suka. Klo mulus lbh krasa, apalg klo pas dijilat.. hihi”.

“Kmu mmg nakal mas.. bneran basah ini. Gtu ya.. brti udah sering gtuan?”

“Ngg juga mb. Aku ngoral cwek cma sama cwekku dulu. Trs gmn mb sekarang basah gni.. pingin ya.. hihi”.

“Ahh.. iy mas. Tp kn ngg mungkin”. Tanpa pikir panjang aku tulis,“Mo ps mb?” H tidak membalas. Kupikir tawaranku terlalu cepat & berani. 15 menit kemudian,“Blm aman mas. Sodaraku blm tidur. Nnti aku sms ya”. Wah.. ternyata H benar-benar kehausan.

“Iy mb.. aku tunggu”. Saat menunggu smsnya aku sempat tertidur. Hpku berbunyi,“Tidur ya mas? maaf ya, sodaraku barusan masuk kamar. Besok2 aja gak apa2”. Kulirik jam dinding sudah setengah satu.

“Hehe.. ketiduran bentar. Gpp mb, aku maklum. Bneran besok2 aja? katanya pingin

H, “Iy sih.. tp klo mas mo tidur lg aku ngg apa2”. Jawabanku kukirim mms lagi. Kali ini kupegang penis dan kukocok. H, “Ihh.. diapain itu mas. Lgi onani ya?” “Hehe.. iy mb. Kn mo ps katanya. Klo ngg jadi gpp lho” H yang sudah lama tidak merasakan kenikmatan lalu menjawab,“Klo mas mau ya aku juga. Aahh.. lgsg basah nih mas. Aku pasang headset dulu mas”. Rupanya H sudah persiapan membawa headset. Tak perlu kuceritakan detail dari ps kami. Singkat kata malam itu untuk pertama kali dalam hidupnya H melakukan ps denganku, yang notabene orang yang baru dikenalnya.

Kami melakukan ps hingga pk setengah 3 pagi. H orgasme 3x malam itu. Ia mengaku benar-benar puas dan berterima kasih sekali sudah memberikan kebahagiaan walau hanya dari hubungan telpon seluler. Kegiatan itu kami lakukan beberapa kali dalam 3 bulan. Setelah malam itu sering kali ia harus menahan diri untuk tidak bersuara bahkan mendesah & menggeram saat gelombang kenikmatan itu menerpanya.

Malam itu Bapakku bilang sodara yang dari Malang akan datang menginap beberapa hari dengan anaknya karena ulangan kenaikan sekolah sudah selesai. And guess what.. ia akan mengajak H beserta anaknya pula. Tetapi dengan catatan jika aku menyetujuinya. Aku berkata semua terserah Bapak sebab ini rumah Bapak jadi yang mengijinkan tamu mana yang boleh menginap adalah Bapak.

Beliau berkata masalahnya adalah sodara di Malang bilang bahwa sepertinya ada kedekatan antara aku dan H. Lalu kujelaskan pada Bapak memang ada kedekatan tapi sebatas teman karena dia butuh tempat curhat. Selang dua hari kemudian mereka tiba. Sempat ada gurauan dari sodara-sodaraku sebab perempuan yang selama ini curhat denganku sekarang di depan mata.

Aku hanya bisa nyengir dan tertawa mendengarnya. Aku dan H jarang secara khusus menyendiri lalu mengobrol. Aku tidak ingin memberi kesan pada semua terutama H kalau memang there’s something special. Sore itu anak H batuk-batuk dan sempat muntah. Sepertinya masuk angin dan kecapaian setelah perjalanan dengan KA.

Sepupuku ikut membantu mencarikan minyak gosok & obat flu. Bapak lalu memintaku untuk menemani H di kamar tamu jika ia membutuhkan sesuatu. Semula aku menolak sebab tidak etis rasanya berdua di kamar. Bapak tetap memintaku mengingat hubungan kami walau sebata teman. Aku tak bisa membantah perintah Bapak.

“Siapa.. masuk aja. Ngg dikunci”. Gagang pintu bergerak dan kepala H terlihat. “Masuk aja mas.. gak apa-apa”. Kepalaku yang jelas-jelas tidak gatal kugaruk lalu aku masuk. Kulihat anak H sedang lelap tidur, sesekali menggeliat. H lalu menenangkannya dan mengipasi anaknya. Udara saat itu memang lumayan panas juga kondisi kamar yang tidak ada pendingin atau kipas angin.

“Makasih mas.. dia memang kalau tidur harus ada kipas angin”.

“Iy mb.. sama-sama. Mb kan tamu apalagi L sedang ngg enak badan gini”.

“Sorry ngrepotin mas”.

“Hehe.. ngg mb”. Kami lalu berbincang perlahan. H bercerita semenjak curhat denganku apalagi dengan bumbu ps ia merasa jiwanya sedikit bernafas lagi. Aku menanggapinya dengan senyum saja. Iseng aku berkata,“Emang bener mb sampe orgasme waktu ps?”

“Ya iya lah mas.. kan aku udah cerita gimana kehidupanku juga tentang itu. Emang kenapa mas?”

“Emm.. gak apa-apa”. Entah karena sikon atau teringat saat ps, penisku mulai mengembang. Mungkin H melihat pergerakan itu aku tak tahu. “Klo sekarang basah lagi ngg mb? hehe.. sorry klo aku bilang gtu”. Mata H kulihat sedikit melirik celanaku dan mulai sayu.

“Sedikit mas.. malu aku. Sejak ngobrol tadi mulai sedikit basah. Mungkin inget foto dan ps waktu itu”.

“Mo lebih basah mb?..,” sambil kutatap matanya. H terlihat makin gelisah.

“Ngg ah mas.. jangan. Nanti klo aku pingin kn gak bisa ps di sini”. H telah jatuh tetapi ia bingung jika nanti ingin menuntaskan bagaimana caranya. Nafsu sudah memenuhi kamar tamu. Kegilaanku kumulai. Tanpa menjawab perkataannya aku buka celanaku dan kupandang H. Matanya membelalak dan sedikit terbuka mulutnya.

“Ini mb kontolku.. gimana.. sama kayak di foto kan.. hihi”. Semua sudah terjadi, bahasa penis kuganti sebab tidak ada gunanya lagi berpura-pura.

“Ahh.. mass.. kok gini sih. Kamu bikin aku basah nihh..“. Kemanjaan seorang wanita mulai muncul.

“Kok cepet basahnya mb.. pingin yaa.. hehe,” sambil kudekati.

“Habis kamu sih mass.. aahhh.. ”, nadanya mulai mendayu. Aku tatap matanya dan kubilang,“Pegang aja mb.. mb pingin pegang kan.. H tidak menjawab dan menunduk. Ragu dan nafsu bertempur sebab jelas-jelas sedang di rumah orang tapi adegan 21 tahun ke atas sedang berlangsung. Kuangkat dagunya. Ia menatapku dan kontolku.

“Ngg mas.. cakep. Baru ini lihat dan pegang kontol orang lain”. H menatapku lalu mengelus-elus kontolku. Sengaja kunaik turunkan sesekali.

“Ihh.. kok bisa gtu mass.. bikin makin gemess..,” sambil tetap mengelus. Mata H makin sayu.

“Kok cuma dielus aja mb.. ”, aku tersenyum iblis. Matanya menatapku seakan minta persetujuan. Bibirnya mendekat dan membuka. Kepala kontolku masuk perlahan. “Ahh.. mbbb.. H memandangku saat aku mendesah. Batangku makin tenggelam. Kepalanya bergerak maju mundur perlahan melumat. Rambut H aku remas sesekali.

Tangan kiri H sekarang memegang pinggangku, terkadang meremas bokong. Kutarik kepala H dan kuangkat tubuhnya. Waktu sudah sekitar setengah jam. Aku takut orang-orang curiga. Kucium bibirnya dan kami berbalas dengan ganasnya. Kuremas-remas susunya yang masih terbungkus kaos dan bh. H semakin mendesah dan nafasnya menjadi berat.

“Mo diapain mb kontolku..,” aku berbisik di telinga kirinya.

“Aahhh.. kamu jahat mas.. nakal. Masukkin sekaranggg..“.

Aku tak menjawabnya. Aku elus-elus vaginanya dan kumasukkan jari tengahku. Sudah banjir di sana.

“Oouhh.. maasss.. Kepalanya tertunduk di pundak kananku. 3-4 kali aku keluar masukkan jari tengahku. Kurasakan jembutnya hanya sedikit. Mungkin ia telah mencukurnya teringat kesukaanku.. entahlah. Bokongku dicengkeram erat. Kubalikkan tubuhnya tanpa kata. Lalu kugesek-gesekkan kontolku ke vaginanya.

“Tak masukkin ngg nih mb.. hmm..,” kembali aku berbisik.

“Uhh.. jahat kamuu mmaass..,” ia menoleh ke kiri dan menciumku kuat. Bersamaan dengan itu kumasukkan cepat ke dalam vaginanya. “Oufff.. sshhh.. mmaasss.. Aku memegang pinggangnya. Sesekali kuremas bokongnya. Aku goyang kontolku dengan kecepatan sedang. Kepala H makin menunduk. Jemarinya mencengkeram kuat pinggiran meja belajar.

“Enak mb..?”

“Enak bangett maasss.. ngg bisa dibandingin sama suamikuu..“.

“Klo gni..,” sambil kupercepat tusukanku dan kusingkap kaosnya. Kutarik ke atas bhnya lalu kuremas-remas susunya. Terasa lumayan kenyal walau sedikit turun.

“Oohh.. ssshhh.. ahhh.. eennnaaakk mmasss..“. Kedua pentilnya makin mengeras.

“Maasss..“.

“Apa mb..“.

“Aku mau keluarr..“.

“Tempekk mb masih serett..,” sengaja makin kugoda. Tapi memang masih seret. Mungkin karena suaminya yang asal tancap atau juga karena H sudah tidak bereaksi dengan suaminya.

“Mo keluar bareng mb..?”

“Iyaaa.. ayyoo mmaass.. udah mo nyamppeee..“.

Kutusuk dalam tidak secepat tadi sambil kurapatkan pahanya.

“Ayyoo mbb.. akkuu juggaa.. Kudekap erat tubuhnya. “Ahhhh… ssshhttt.. aku keluarrr maass.. Tubuh H sedikit bergetar. Kupercepat goyanganku. Ketika kurasakan akan keluar cepat aku cabut dan kugesek-gesekkan di belahan bokongnya. “Oohhh.. mbbb.. aahhh.. Maniku berlelehan jatuh membasahi belahan bokong dan sedikit di punggungnya.

“Makasih mas.. sudah lama sekali aku ngg ngrasain kepuasan..“.

“Sama-sama mb. Selama aku bisa bantu pasti kubantu”, kugigit bibir bawahnya dan kuremas lembut susunya. Pentilnya tidak terlalu besar, coklat muda. Ukuran susunya mungkin 34b. “Ahh.. mass..,” kepalanya tertunduk di dadaku. Kuelus-elus rambut dan punggungnya.

“Udah yuk.. nanti aku dicariin..,” kataku.

“Iya mas.. Ihh.. banyak mas manimu..,” seru H ketika melihat lantai. Ia lalu membuka kaosnya dan disapukan di lantai. H sempat melirik kontolku yang anehnya tidak langsung mengkerut seperti layaknya laki usai bercinta. “Kok masih setengah ngaceng mas..“.

“Iya nih.. ngg tau. Pingin lagi mungkin.. hihi”.

“Huu.. udah ah. Nanti aku dimarah bapakmu.. udah sana”.

“Hehe.. iya iya mb. Aku juga bisa ditampar ntar..,” sempat kuelus tempeknya yang masih basah. “Ini juga masih pingin kayaknya.. haha..“.

“Udah sana.. sana..,” H mendorong tubuhku sambil tersenyum. Aku keluar kamar dengan perasaan campur aduk. Aku yakin ini bakal jadi panjang ceritanya.

Pagi berikutnya kami berpapasan dengan senyum simpul. Masing-masing saling tahu bahwa jangan sampai terlalu mencolok perhatian. Kami berbincang dan berkumpul dengan yang lain. Sore itu kami ngobrol di teras depan rumah. H beranjak akan membuatkan minum untuk semua. Tandukku mendadak muncul. Agar tidak menimbulkan kecurigaan aku bangkit pula tapi berbelok dulu ke kamar mandi, lalu ke dapur.

Untung saja sebelum niatku aku laksanakan adikku ke dapur juga mengambil gelas. Setelah kurasa aman aku mendekati H yang sedang mengaduk kopi di cangkir. Kupeluk perutnya dari belakang. “Masih pingin lagi ngg mb..? ,” aku menggoda H. “Hush.. sana mas. Nanti ada yang kesini lho,” jawab H. Kutingkatkan kenekatanku.

Aku remas susu kanannya. “Gimana klo yang ini.. hmm”. “Ahh.. udah mas.. jangan gini.. ,” H menjawab sambil mendesah pelan. Kini tangan kiriku meremas pelan bokong kirinya. H terus mengaduk cangkir kedua tapi kecepatannya mulai pelan. Kepalang nekat kujulurkan tangan kananku mengelus vaginanya dari luar.

“Shh.. uhh.. nekat kamu mass.. ”, desis H. Saat itu H bercelana selutut dengan karet di pinggang yang tidak terlalu erat. Ternyata tepat di bagian vagina kurasakan sedikit basah. “Basah dikit nih mb.. ,” aku berbisikdi telinga kirinya. “Uffss.. nakall kamu masss.. ,” H mendesis makin kuat. Tangan kananku kususupkan dengan cepat kebalik cd H.

Kuelus dan jari tengahku masuk sedikit di vaginanya. Sendok kecil diletakkan H di samping cangkir. Tangan kirinya sedikit mengepal. Sepertinya ia mulai on. “Pingin ngg mb.. hmm.. ,” aku terus menggodanya. “Ouhh.. jahatt kamuu masss.. ,” seru H. Vagina H main basah. Penisku yang jelas ngaceng kugesek-gesekkan ke belahan bokongnya.

Tangan kanan H kini ikut mengepal. Tiba-tiba kuhentikan kegiatanku, kucium tengkuknya, “kutunggu nanti malem mb.. cup.. H yang sedang menikmati tersentak kag lalu berbalik, “ahhh.. kamu mass.. bener-bener nakal. Gimana caranya nanti malem?” Rupanya H sedikit kecewa dengan penghentian tanganku tapi juga sangat ingin yang lebih malam nanti.

Dalam pembicaraan di teras depan, Bapak dan sepupuku akan ke Malang selama dua hari mengunjungi anak sodara yang baru melahirkan. H ditanya apakah ikut atau di rumah saja. Ia menjawab di rumah saja karena akan kembali ke Jakarta. Bapak berkata untuk menunggunya dulu telah kembali dari Malang. Aku menggodanya,“dikangeni misua ya mb..

hehe”. H tersenyum lalu berkata,“ngg mas.. aku inget ada janji sama orang”. Hp yang ada di saku celana kiri aku keluarkan pelan sambil kulirik apakah H juga membawa hp. H juga sedang membawa hpnya. Pertama-tama aku setting hp ke mode getar lalu kutulis,“kok ndadak mo pulang mb. Sorry ya mb klo aku bikin salah”.

Kutumggu reaksi dari H. Hp yang ada di tangan kirinya bergetar. “Ahh.. syukur hpnya juga mode getar. Jadi nanti gak ada yang curiga,” pikirku. Sms masuk ke hpku ,“ngg ada apa2 kok mas. Memang ada janji sama orang”. Lalu aku membalas,“ya udah klo gtu. Emg nanti mlem ngg mo tak keloni mb? Secara tidak mencolok H melirikku lalu agak melotot,“huu..

kamu itu memang nakal mas. Embuh ahh”. Kembali aku membalas,“hihi.. ya udah klo ngg mau tak keloni. Kontolku mulai ngaceng sekarang padahal”. Kemudian aku bangkit akan mandi. Kiranya H juga beranjak, sedikit mengikuti di belakangku. H mengamati situasi dulu apakah aman lalu mencubit bokongku. Aku sedikit terjingkat kaget,“ihh..

nyubit-nyubit. Kenapa sih mb..?” sambil sedikit tertawa. H menjawab, “kamu itu nggodain aku terus mas. Emang ngaceng sekarang?” Aku berlagak akan membuka retsluiting celana,“nih tak liatin mb.. Kontan H buru-buru mendekat akan menutup celanaku,“gila kamu ah mas.. Tangan kiri H cepat kutangkap lalu kutangkupkan di bagian penis dan kuusap-usapkan sambil tertawa,“ya ngg mungkin tak buka di sini mb..

klo gini gimana?” H menatapku saat kuusap-usapkan tangan kirinya di penisku yang tertutup celana pendek. Matanya sedikit sayu apalagi ketika penisku perlahan mulai ngaceng. Seperti tersadar H menarik tangan kirinya lalu mencubit perutk sambil tersenyum,“awas kamu ya mas.. Ia lalu kembali ke teras depan.

Malam harinya rumah terasa sepi apalagi adikku juga merencanakan akan pergi menonton film bioskop. Selesai makan kami menonton tivi di ruang tengah. Sikap kami berusaha tetap wajar di depan L, anak H. Sebab bagaimanapun ia masih kecil dan memiliki ayah, walau L sendiri pernah menyatakan bahwa ia sudah tidak sayang dengan ayahnya sebab sering melihat sendiri bagaimana sikap ayahnya pada ibunya.

Beberapa kali kami saling menyenggol atau menyentuh. Jam dinding menunjukkan pukul 21.30. L terlihat beberapa kali menguap. H, “kamu udah ngantuk nak?” L menjawab,“iya Ma..” H kemudian menggandeng L menuju kamar mandi dulu. Kubiarkan mereka di kamar tidur tamu. Setengah jam kemudian H kembali ke ruang tengah dan menonton tivi, lalu duduk di sampingku yang berbaring di karpet.

“Udah tidur L mb?”, aku bertanya.

“Udah mas”, jawab H.

“Jarang bangun klo udah tidur mb?”

“Jarang kok mas. Paling klo mau ke kamar mandi”.

“Gtu.. berarti mo tak keloni sekarang? hmm..?, sambil aku memiringkan tubuh menghadap H. Aku pandang matanya dan kuelus pipinya. H merespon dengan turut berbaring di sisiku. “Mas.. nanti klo aku balik Jkt klo aku kangen dikeloni gimana…” sambil mengelus dadaku. “Hehe.. ya tinggal telpon aja terus ps,” tanganku berjalan ke dadanya. H mulai on, tangannya turun menyusuri celanaku lalu mengelus penis. “Tapi kan gak bisa dimasukin ini,” penisku mulai membesar seiring elusan tangannya yang makin cepat dan sesekali meremas. Kubuka retsluiting celana dan langsung disambar H dengan mengeluarkan penisku dari cd. “Habis gimana lagi.. kita kan emang gak ada ikatan apa-apa. Sejak awal udah kubilang gtu kannn…” mulut H mendekati penisku dan mengulum kepalanya dulu. “Kamu jahat mass… eehhmm…” masih sempat H menjawab. “Ahh… sshhh…” desahku. Celanaku diturunkan dengan cdku. Penisku teracung tegak seakan menantang H untuk bertindak selanjutnya. “Ouhh.. emmm..,” erangku mulai bergema di ruang tengah saat H menelan hampir seluruh batangku. Aku tak tinggal diam, tanganku mengangkat kaos H dan melepasnya. Tess.. kubuka kait behanya. Kedua susu H kuremas lembut dan kumainkan pentil-pentilnya yang makin menegang. “Sshhh.. aahh.. sayyaanngg…” H mulai mengerang dan menatapku. Aku buka sendiri kaosku. Pentil kiriku dimainkan oleh H. Sesekali H menyedot penisku dan kuremas pelan rambut H. Ia merangkak naik dan menciumku ganas. Kami berciuman dengan panas.

Aku elus punggungnya lalu kutarik celana tidur dan cd H. Kuelus lubang anusnya,“oouhh.. gelliiii maasss.. Jari tengahku menyentuh vaginanya yang sudah basah lalu kujilat dan kuusapkan di bibir H. Lidahnya menyapu usapan cairan vagina yang kuusapkan lalu menciumku lebih ganas. H melepas cepat celana dan cdnya lalu berbalik, ia menginginkan 69 rupanya.

H mengocok dan melumat penis dan zakarku. Lidah dan mulutku menjilat cepat dan mengecupi vaginanya. Desah dan erang kami saling bersahutan. Kemudian H memutar tubuhnya. Dipegangnya penisku dengan tangan kiri. Sedang tangan kanan mengusap dadaku. Sejenak diurutnya penisku lalu digesekkan di vaginanya.

H mengangkat tubuhnya sedikit lalu memasukkan penisku. “Ouuhhh.. yaannnkk.. kontolmuuu… eennnaakkk.. ,” H mulai berbicara kotor. Terbenam seluruh penisku. Aku mengimbanginya dengan sedikit menyodokkan penis hingga H mengerang. H berhenti sebentar, meresapi penisku. Lalu ia mulai maju mundur di penisku.

Penisku terasa diselimuti dinding yang masih seret. Aku mainkan pentil-pentil H dan kuremas sedikit kuat sesekali susunya. Aku membantu H dengan memegang kedua pinggangnya. Beberapa kali kepala H terdongak dan menunduk. “Ennaaak sekallii yyaannkk.. ,” erangnya. “Tempekmu juga anggettt mmbb.. uuhhh..

“Masih kuat di atas mb..?” aku bertanya.

“Ahh.. ahh.. masihha yyaannkkk..,” jawab H. Kemudian ia menaik dan turunkan tubuhnya. Bunyi kecipak cairan vaginanya semakin nyaring. Tak berapa lama,“ooohhh… aahhhhssss.. akkkuu kelluuaarrr maasss..,” tubuhnya sedikit bergetar lalu ambruk di atasku. Cengkeraman vagina dan mengalirnya lava kepuasan H sempat akan membuatku muncrat pula. Kupeluk H untuk mengurangi rasa itu. H mendekap erat tubuhku. Kedua kakinya menjepit pinggangku. Debaran jantungnya berdegup cepat. “Makasih ya mas..,” lalu menciumku. “Iya.. sama-sama mb..,” jawabku. Tak lama kugulingkan tubuhnya. Kubuka pahanya dan kucucup vaginanya. “Ahhhss.. maass..,” H mendesah lagi dan meremas rambutku.

Kuarahkan penisku dan kini aku di atas H. Aku masuk keluarkan penisku pelan-pelan. Dinding vaginanya meremas lembut. H memandangku mesra. Kucium bibir dan kedua susunya. Rambutku diremas-remas. Kecepatan tusukanku kupercepat. Erangan kami kembali terdengar. Mendadak H memelukku dan memegang pinggangku agar lebih rapat,“oouuffff…

keellluaaarr laagiiii yyaaannkk”. Aku menciumnya lalu kurapatkan pahanya. Kupercepat sodokanku. “Aku maauu keelluuaarr mbbb,” kuberbisik di telinga kanannya. Untung teringat aku tidak memakai kondom. Kukeluarkan cepat penisku dan kuraih tangan kanan H. Ia mengocoknya cepat. “Aahhh… ssshhh.. mmbbb…

”, erangku. Maniku bermuncratan di dada dan perut H. Ia masih mengurut penisku pelan-pelan sambil tersenyum. Ia lalu mengambil kaosnya lalu membersihkan dada dan perutnya juga penisku. Kami bersama-sama ke kamar mandi telanjang. Kemudian aku menyuruhnya agar segera tidur takutnya nanti anaknya mencari.

Tiga hari kemudian H dan anaknya kembali ke Jakarta. Beberapa kali kami ps. Ia mengungkapkan sudah bercerita kepada saudara-saudaranya bahwa aku dan keluarga menerima mereka dengan baik. Dan jika nanti suatu saat ia sudah tidak tahan dengan suaminya maka ia sudah memiliki pengganti, aku. Hal yang aku takutkan sedikit demi sedikit mulai terjadi.

Kuputuskan untuk mengurangi sms dan telepon. Ia pun menanyakan mengapa aku sekarang berubah. Kukatakan bahwa aku tidak ingin memberi harapan berlebih untuk H dan anaknya. Apa yang terjadi sebelum ia ke rumah dan selama di rumah adalah bentuk pemenuhan kebutuhan kami. H tentu tidak menerimanya. Kemudian ia menelpon sepupuku dan bercerita apa yang kami lakukan di rumah.

Tak lama sepupuku menelpon Bapakku. Ahh.. perbuatanku sudah membuat keluarga susah. Mohon ampunanmu Pak atas kesalahan terbesarku. Syukur H akhirnya menerima kenyataan. 3 tahun lalu sepupuku bilang jika suami H telah meninggal karena sakit. Beberapa kali ia sms dan menelponku. Aku menjawabnya hanya sesekali.

end story.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu