1 November 2020
Penulis —  besar_mantap

Nikmatnya Ml dengan adik kandung

Namaku Yanti.. usia 25 Tahun, menikah dan sudah punya momongan, namanya Septi Ningtyas, masih berumur 5 tahun, sekolah TK. Aku tiga bersaudara, kebetulan aku anak pertama, yg kedua namanya hardi usia 3 tahun di bawahku, umur 22, sedangkan yg bungsu masih sekolah di SMU, umurnya 16 tahun, namanya Nastiti.

Dari sini aku akan mengisahkan sebuah perjalanan hidupku, yg menurut siapapun pasti tak layak untuk ditiru.. karena aku akan kisahkan pengalaman pertama ngeseks aku selain dengan suamiku, yakni dengan adik kandungku sendiri…

Hari Minggu, sekitar jam 2 siang aku pergi ke rumah ibuku untuk mengambil pesanan dua pasang pakaian batik, untukku dan untuk suamiku, mas Bambang… karena sudah kebiasaan di kota kecilku.. Kota Klaten, Jawa Tengah, bila ada resepsi pernikahan atau acara hajatan lainnya, para tamu undangan maupun among tamu (Para penerima Tamu), selalu mengenakan pakaian khas Jawa, yakni pakaian batik.

Setelah kutitipkan anakku pada mertuaku, yang kebetulan rumahnya tak jauh dari rumahku, aku pergi dengan mengendarai sepeda motor ke rumah ibuku.. karena jaraknya tidak terlalu jauh.. hanya 1 km dari rumahku. Sesampai di pekarangan rumah yg agak luas dan rimbun oleh pohon mangga dan rambutan, sehingga suasananya terasa sejuk…

Ku melangkah menuju rumah yg tampak sepi dengan daun pintu yg tertutup rapat… jangan2 tak ada orang di rumah… pikirku dalam hati.

“Her… Ti…” Tak ada jawaban, kucoba putar grendel pintu… “Lho.. gak terkunci… apa pada tidur.. ya? tanyaku dalam hati.. terus kudorong daun pintu, dan terus masuk menuju ke belakang, karena kamar ibuku ada paling belakang, karena ditelpon tadi, ibu bilang pakaiannya di simpan di meja kamar ibu.

Ada 3 kamar di rumah ini, Yang depan, kamarnya adik bungsuku, belakangnya kamar Herdi, sedangkan kamar ibu terpisah dibelakang, menghadap ruang keluarga. Saat aku melintas di depan pintu kamar Hardi yg tertutup rapat.. kudengar suara cekikikan seorang wanita… aku sejenak menghentikan langkahku, dan dengan pelan2 kudekati pintu kamar hardi, untuk sekedar ingin tahu dengan siapa Hardi di dalam kamar.

Apa diam -diam Hardi suka bawa pacarnya masuk ke dalam kamarnya.. saat ibu tidak di rumah..? Siapa ya ceweknya…? Tanyaku dalam hati dengan penasaran. Kudekatkan kupingku ke pintu kamarnya… hening sejenak… namun tak berapa lama terdengar desahan dan erangan manja seorang wanita yg tak begitu jelas suaranya…

“Lagi pada ngapain mereka…?” Naluriku sebagai seorang wanita yg telah berumah tangga, meyakini adanya percumbuan birahi di dalam kamar adikku. Aku jd penasaran, siapa wanita yg tengah Hardi cumbui, di siang hari gini… Aku coba menempelkan sebelah mataku di lubang kunci, Ya Tuhan… ada dua insan telanjang bulat saling tumpang tindih, dengan bibir saling berpagut dengan mesranya…

Dadaku jadi berdegup kencang menyaksikan pemandangan yg baru pertama kali kulihat secara langsung, pergumulan dua sejoli tengah di mabuk cinta bergumul dalam luapan birahi… bukan seperti yg sering kutonton dari kaset BF suamiku. Nafasku jadi terasa sesak dan lututku bergetar menyaksikan apa yg tengah terjadi di atas kasur adikku.

Jantungku makin berdegup kencang… kulitku serasa merinding semua… perlahan kurasakan kontak birahi pada bagian sensitifku… terasa ada yg tengah berdenyut-denyut dari kemaluanku… terus terang… aku jd terangsang melihat pemandangan di depan mataku… walau tak terlihat seutuhnya… Semakin kudengar erangan manjanya…

dan rintihan2 kenikmatan… dari dua insan berlainan jenis yg tengah berpacu dalam mengarungi samudera kenikmatan… semakin besar pula nafsu birahi yg bergolak dalam jiwaku… tak sadar kuremas kedua payudaraku dan kuelus-elus juga organ kewanitaanku yg mulai terasa lembab, terbakar oleh panasnya nafsu

yg makin membara. Mataku kupicingkan lagi makin menempel rapat pd lubang kunci, demi mendengar rintihan yg makin keras kudengar dan pergulatan dua tubuh bugil yg makin seru… tanganku makin cepat meremas susuku, dan satunya kumasukkan ke balik celana dalamku… aku masturbasi seiring dengan desahan -desahan manja dari balik pintu.

“eeehhhmmm… mmasss… Titi… mauuu… kelluuuaarrr… aaaahhh…” Aku jadi kaget setengah mati, saat gadis yg tengah berada di bawah pelukan Hardi… ternyata adikku yg bungsu, Titi…

“Mas juga sudah gak tahannnn… sayang… ooohhh… mmmmmmhhhh…” Erang Hardi disela genjotan pantatnya yg naik turun dengan cepat.. disertai dengan pelukan erat tangan Titi di leher Hardi, dan sepasang kakinya dijepitkan ke pinggang Hardi, seraya mengangkat pantatnya tinggi -tinggi semakin menekankan memeknya yg tengah disodok batang kemaluan Hardi.

“mass… ahh… uuhhh… “Titi mengerang lagi… tanda telah mencapainya. Dan Hardi pun merintih panjang… dan kulihat terus terdiam masih menindiah tubuh Titi. Keduanya masih berpelukan, setelah kelelahan berburu kenikmatan. Aku yg sudah tak tahan, makin kegesek vaginaku, terus kumasukan jari tanganku ke dalam memekku.

Kulihat di dalam sana Hardi mencabut batang kontolnya dari memek Titi, Ahh… aku sempat kaget dan kagum dengan ukuran penis adikku… yg ternyata ukurannya besar dan panjang, berbeda dengan kontol suamiku yang ukurannya biasa-biasa saja. Aku menelan ludah… dan birahiku semakin tinggi melihat besar dan panjangnya kontol adikku, kepala kontolnya kelihatan merah dan mengkilat oleh cairan kental mereka berdua.

“sseeeerrrr… seerrrrr… mani ku keluar deras… berkali-kali membasahi dua jariku yg kumasukkan ke dalamnya. Dengkulku jadi terasa lemas… dan nafasku sedikit ku tahan… agar tak menimbulkan suara. Cepet2 ku melangkah dari situ dengan sedikit jinjit… menuju pintu keluar. Kututup rapat pintunya, lantas kutuntun motorku agak menjauh dari rumah, dan kustater lalu kunaiki mendekat rumah, agar disangka mereka aku baru datang, dan kubunyikan klakson motor matic ku…

dengan begitu, mereka bisa dengar dan segera berpakaian. Aku tidak buru-buru mengetuk pintu, karena kutahu mereka butuh waktu untuk mengenakan pakaiannya kembali, yg sempat berserakan di lantai dan tempat tidur. Aku pura-pura membuka jok motorku, seolah mengontrol bahan bakarnya, padahal ku tahu bensin masih penuh.

“Tii… titi…” lantas ku ketok pintu berulang-ulang…

“Ya…” sahut adikku dari dalam, tak lama kemudian membuka pintu. Kulirik sekilas, Titi hanya mengenakan atasan kaos tak ber BH, dan span putih, mungkin karena terburu-buru.

“Eh… mbak Yanti… kukira siapa…?”

“lagi tidur ya… Ti…?” tanyaku seakan tak tahu.

“Iya… mbak… sendirian mbak..?”

“Iya… siSepti dititipin mbahnya (mertuaku) sebentar, mbak cuma mau ngambil batik yg mbak pesan dari Ibu.”

“oohh…”

Aku terus masuk, dan mengambil batik dari kamar ibu, setelah pintu kamar kututup lagi, aku pura-pura bertanya…

“Hardi kemana Ti…?”

“Gak tahu… paling tidur di kamarnya…?” jawabnya bohong. Aku cuma tersenyum dalam hati'''

“Har… har…” Kupanggil adikku sambil kubuka pintu kamar tidurnya yg tak terkunci, nampak Hardi tengah tiduran sambil tengkurep.

“Ada apa mbak…?” katanya sambil menoleh ke arahku, kemudian duduk di tepi tempat tidur yg barusan dipake buat bergumul dalam birahi.

“Nanti mbak mau minta tolong benerin kipas angin, kamu gak ada kerjaan kan?” tanyaku sambil ku;irik celana kolornya, yg menonjol ke depan… pikiranku jd aneh.. dan tak karuan setelah tadi kulihat adegan live “Berpacu dalam birahi”. Aku jd terangsang… saat kulihat batang kemaluannya tercetak dibalik kolornya.

“Kutunggu ya Har… apa bareng sekalian sama mbak…?”

“Ntar aja mbak… lagian ku mau mandi dulu…” jawabnya.

“Ya sudah… mbak pulang dulu…” Jawabku sambil keluar kamarnya…

Sekitar jam 4 sore, kudengar suara mesin motor berhenti depan rumahku, yg tak lain motor adikku.

Saat itu.. aku baru selesai mandi dan masih berbalut handuk. Sengaja kuambil handuk yang agak kecil, walau handuk besar juga ada dan tergantung di cantelan kamar mandi, agar sebagian auratku

tampak dan terlihat oleh adikku… karena terus terang saja, setelah melihat kejadian tadi… aku pun jd terangsang dan belum sirna sampai sekarang, bahkan aku jg punya ide gila untuk bisa merangsang adikku yg memiliki penis yg besar, dan ingin merasakan kenikmatan seperti yg adikku rasakan tadi.

Aku keluar kamar mandi dengan menampakan sebagian payudara montokku, bahkan lingkaran coklat muda yg menghiasi putingku yg mulai mengeras karena sudah horny semenjak tadi, nampak mengintai dari balik lipatan handukku. Dan paha putih mulusku sengaja kupamerkan untuk memancing libido adik laki-lakiku, yang tak bisa ditutup handuk mungil yg hanya bisa menutup pahaku sekitar sepuluh centi dibawah vaginaku.

“Oh.. kamu Har…” kataku setelah Hardi masuk rumah yang pintunya sengaja tak kututup, dan tampak oleh sudut mataku, bagaimana adikku memandang tubuhku tanpa berkedip. Aku terus masuk kamarku dan memanggilnya.

“Sini Har.. nih kipasnya.. tolong ya.. perbaiki… sayang kalo beli lagi, ini juga belum lama beli.. tapi kok sudah gak hidup…”

Hardi melangkah masuk kamarku, dan aku sedikit menungging, meraih kipas angin yg hendak diperbaiki, dan kuyakin saat ini Hardi pasti tengah melihat bagian intimku yg sengaja kuperlihatkan padanya, walau seolah aku tak menyadarinya. Terus terang aku pun tak pernah menyangka bisa senekad ini, pasti karena aku telah terbakar nafsu sejak di rumah orang tuaku tadi, dan tak punya rasa malu untuk mempertontonkan sebagian auratku pada adikku sendiri.

birahiku terasa bergelora dan ingin ada yg memuaskan hasratku, akal sehat telah tertutup oleh hawa nafsu yg menguasai batinku.

“Mas Bambang kemana mbak, kok gak kelihatan?” tanya Hardi sambil menerima kipas angin yang kusodorkan padanya, seolah untuk menutupi gejolak rasa yg tampak dari wajahnya.

“Mas mu kan lagi bantu-bantu di rumah budhe Siti… lusa kan mau mengadakan acara hajatan perni-kahan anaknya, si Marni…” jawabku sambil berbalik menuju lemari pakaianku dan menurunkan lilitan handukku ke pinggangku. Kubiarkan bagian atas tubuhku terbuka, dan mengambil baju kaos putih tipis dari dalam lemariku, terus kupakai tanpa menggunakan BH di dalamnya. Kubiarkan payudaraku tercetak dari balik kaosku yg tipis, memperlihatkan puting mungil yg tampak tegak mengeras, karena menahan gejolak nafsu yg tengah aku mainkan untuk mencoba memancing nafsu lelaki remaja yang tengah besar-besarnya gejolak birahinya, walau itu adikku sendiri.

Hardi keluar kamar dan terus memperbaiki kipas angin di ruang depan, sementara aku meraih remot control dan menyalakan tv sambil tiduran di kasur lantai depan televisi. Sambil memilih-milih channel, aku berpikir keras, bagaimana caranya agar libidoku saat ini bisa tersalurkan. Aku jadi berpikiran nakal untuk memancing birahi adikku, yang mampu membuat dadaku berdesir manakala kuingat betapa gagahnya penis adikku disaat berdiri, panjang dan besar melebihi punya suamiku.

Jantungku jadi tak karuan memikirkan kegilaan yg kini aku rasakan, baru kali ini aku bersikap seperti hilang akal sehatku dan lebih dikuasai nafsu birahi yg ingin segera memperoleh penyaluran.

Ada dorongan yg kuat dari dalam jiwaku tanpa mengindahkan rasa malu dan etika, desiran kenikmatan perlahan menjalar menyusuri dinding-dinding vaginaku, membuat lembab daerah sensitifku, tersiksa oleh anganku sendiri. Selang setengah jam, Hardi menenteng kipas angin yg telah diperbaikinya, melangkah mendekatiku yang tengah terlentang sambil nonton tv, kakiku sengaja agak kubuka sedikit, dan tonjolan dadaku jelas terlihat dibalik baju tipis tanpa bra, untuk memancing gejolak jiwa adikku, yg telah menghanyutkan aku dalam hayalan nafsu.

“Nih mbak dicoba dulu, kayaknya sekarang sudah bisa hidup”

“Yang rusak apanya, Har..?”

“Kabel saklarnya putus…”

“Dicoba disitu saja, Har… belakang Tv”

Adikku langsung membawa kipas angin kebelakang tv dan mencoba menyalakannya setelah mencolokkan kabelnya.

“Hidup lagi mbak…” kata adikku sambil melihat ke arahku, dan sekilas sorot matanya kulihat menghunjam tajam ke bukit kembarku.

“Makasih ya Har, kalau gitu tolong sekalian pasang di kamar, agar si Septi nggak kegerahan tidurnya”

Adikku langsung mencabut kabelnya dan membawanya ke kamar tidurku. Tak lama kemudian dia balik lagi dan duduk di pojok sofa sambil ikut nonton tv.

“Kamu gak buru-buru pulang, kan Har…?”

“Kenapa emang, mbak..?” adikku balik bertanya.

“Tolong kerikin mbak, ya… kayaknya masuk angin… tadi mau minta tolong sama ibu (mertua), si Septi keburu rewel ingin pulang, begitu nyampe langsung tidur dia…” kataku mulai mencoba cari cara agar bisa lebih dekat lagi untuk sekedar melihat reaksi adikku. Dan sering kubaca dari cerita2 dewasa, cara itu biasanya akan lebih memungkinkan untuk dapat membangkitkan syahwat dua mahluk berlainan jenis, karena diawali dari persentuhan dua kulit dan sedikit menampakkan daerah sensitif akan membangkitkan libido keduanya.

“Ya udah sini… pake apa kerokannya…?‘tanya adikku lagi

“Ambil body lotion mbak di kamar… di atas meja rias Har…”

Hardi pun bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamar.

Aku bangun dan duduk masih sambil menonton tv, seolah kuanggap biasa-biasa saja, padahal dalam hatiku tengah bergemuruh memikirkan langkah apa yg harus kulakukan, bingung antara nafsuku pd diri Hardi adikku dan malu pada dorongan hasratku yg tak bisa kubendung.

“Dikerokin apanya mbak… lehernya apa punggungnya..? tanya adikku sambil duduk di belakangku.

“Semuanya Har.. punggung dan leher sekalian..”

“Nggak sekalian pijet… biar komplit…?” tanya adikku dengan nada canda.

“Kebetulan itu… kalau mau… kebetulan nih badan pegel banget…”

“Tuh kan… jadi nambah lagi…?’

“Habis… kamu nawarin..”

“Iya dehh… tapi kerokannya sambil duduk apa sambil tiduran?” tanya adikku

“Kalau mau terus dipijit sih enakan sambil telungkup aja…” kataku sambil melepas kaosku. Tubuh atasku langsung bugil, karena memang aku tak memakai bra, lantas ku telungkup di atas kasur lantai. Hatiku jadi tak karuan sendiri… menanti tangan adikku menyentuh tubuh telanjangku dan bahkan nanti mungkin merabanya dengan pijatan-pijatan ditubuhku.

“Jangan keras-keras ya Har… asal dikerok aja..” pintaku pada hardi

Hardi tak menjawab, tangannya mulai mengerik punggungku mulai dari bahuku.

“Sudah lama nggak pernah lihat tubuh mbak… sekarang tampak lebih bersih ya..” kata adikku memuji.

“Jangan ngeledek kamu… padahal tubuh mbak banyak dakinya kan..?

“Bener mbak… tubuh mbak Yanti bersih.. tambah montok lagi…” kata adikku sambil tangannya terus mengerik punggungku dari tengah ke samping. Terkadang terasa geli di tubuhku manakala kerikannya hampir menyentuh pinggiran payudaraku yang menonjol kesamping kiri kanan tubuhku. Tanganku agak kuangkat ke atas agar tonjolan payudaraku mendapat sapuan dari mata adikku yang kuyakini Hardi pun pasti menikmati suasana ini, seperti yg kurasakan dalam jiwaku.

“Oouww.. jangan terlalu keras Har…” kataku sambil agak memiringkan badanku menahan sakit dan geli, hingga bulatan payudaraku yang putih mengkilap makin terbuka.

“Ooohh… sorry.. sorry… mbak… tak pelanin lagi…” katanya seraya berpindah ke pinggangku.

Sekarang kerikan di punggungku seolah elusan saja.. yang membuat nafasku kian sesak menahan himpitan beban nafsu yg bergemuruh semenjak tadi. Kini tangannya berpindah mengerik tubuhku sebelah kanan, tanpa menggeser duduknya, sehingga dengkul dan paha kanannya menumpang di bokongku, seakan ditekan-tekan seiring dengan gerakan tangannya yg terus mengerik punggungku, membuat kemaluanku menekan nekan ke kasur lantai alas tidurku, memberikan sensasi yg nikmat menjalari tubuhku.

memijat tubuh bugilku dari pinggang mengarah ke atas. Karena mungkin posisinya yg tidak nyaman, dia bergeser dan berjongkok mengangkangi tubuhku, tanpa banyak bicara. Aku pun jadi lebih banyak diam menikmati sentuhan halus tangannya di punggungku, lebih menyerupai belaian daripada pijatan yang sesungguhnya.

“Nah.. disitu agak pegel-pegel Har…” Kataku saat tangan hardi memijit pinggiran buah dadaku, dan kuharap Hardi berlama-lama memijit bagian itu. Sesekali ujung jarinya kurasakan menyentuh lebih dalam lagi.. dan kubiarkan saja, sambil kunikmati pijatan tangannya. Pahnya sesekali ditumpangin di atas pahaku, dan saat tangannya memijit bagan tengkukku, kurasakan pantatnya menekan pantatku.

Jantungku jadi berdegup lebih kencang, saat pantatku semakin sering ditekan oleh pantatnya. Karena aku diam saja, tampaknya Hardi makin berani saja, sedikit demi sedikit kurasakan benda keras di selangkangannya menekan belahan pantatku, bahkan semakin lama pijatan tangannya keatas kebawah, diiringi dengan gesekan penis dibalik celananya naik turun.

Ohhh… betapa nikmat sensasi yang kurasakan, mendongkrak cairan dalam rahimku meleleh mebasahi celana dalamku. Betul-betul kenikmatan langka dan jarang kudapatkan dengan diawali oleh perasaan yg berkecamuk antara nafsu, ragu dan malu bercmpur jadi satu.

Namun setelah birahiku mendapat sambutan dan mulai memuncak, keraguan dan rasa malu perlahan sirna, berganti dengan gelombang pasang bergemuruh seiring desahan halus tak tertahankan keluar dari bibir mungilku.

“Ssshhhh… sshhh… hhhhh…”

Hardi masih terus menggesekan penisnya di belahan pantatku, sementara tangannya kini menyentuh pinggiran buah dadaku yang merambat lebih kedalam lagi, nafasku semakin terasa panas dan darahku kian mendidih. Sedikit kuangkat tubuhku, agar tangan halus itu makin mudah memberikan kenikmatan dan menyapu seluruh bagian payudaraku, yang telah menanti sejak tadi untuk dijamahnya.

Kubenamkan wajahku pada bantal, menahan rasa nikmat yg melumuri jiwaku, sambil kupejamkan mata ini meresapi tiap sentuh tangan adik kandungku. Dalam kelembutan belaiannya, kini kurasakan ada hembus nafas mendekati telingaku, dan kecupan bibir menggelitik telingaku, pipi, rambut dan sentuhan tangan yang membalik tubuhku untuk terlentang …

hingga setiap lekuk wajahku dibelai dan disapu bibir dan lidah adikku. Dan tubuhku yg tak terbungkus pakaian lagi memamerkan dua bukit kembar yang putih bersih dan masih lumayan kenyal, dihiasi dengan puting coklat muda yg telah keras mengacung, menantang untuk dihisap dan dinikmati. Terus terang…

“Har… ooohhh… ssshhh… hisap Har…” mulutku tak ragu lagi untuk mengerang dalam gelora nikmat yang menerpa diiringi gelinjang tubuhku dan remasan gemas dirambut dan punggung adikku, yang kini tengah menindihku, mencium leherku, menjilati dadaku meremasnya dan menghisap serta menggigit-gigit puting mungilku.

Tak tahan dengan semua ini, cepat kudorong sedikit tubuh adikku, kuraih kancing bajunya dan kulucuti.. setelah bajunya terlepas.. kembali adikku menyerang leher dan bibirku. Lidahnya menyeruak masuk dan menari dalam rongga mulutku, kedua tangannya meremas dua bukit kembarku, memilin putingnya, dan seketika tangan kanannya melepaskan cengkraman di payudaraku, menuruni perutku dan menggelitik pusarku, geli dan nikmat tak terhingga menyergap jiwaku melambungkan anganku ke alam nirwana, nirwana dunia yang teramat indah.

Terus jari jemarinya menyusup ke celana tipisku. Aku yg sudah sangat terbuai alunan melodi nafsu yang menggebu, senantiasa mengangkat tubuh adikku dan meraih ikat pinggangnya, lantas kubuka celana panjang dan celana dalamnya. Secepat kilat kupelorotkan kebawah dan kujepit dengan jari kakiku kutarik lagi hingga terbebaslah penis nan tegak berdiri dengan gagahnya, yg mampu membuatku terbang melayang ke alam hayal penuh birahi, dan kini penis keras dan besar di depan mataku tak kusia-siakan…

kuraih dan kugenggam serta kuremas dengan penuh nafsu. Sementara itu bibir adikku kini bergerilya di puting susu kiriku, tangan kirinya meremas buah dada kananku, dan tangan kananny membebaskan lembah kenikmatanku dari celana kolor tipisku, dan terpampanglah dua bibir yang menjepit klitoris mungilku, dihiasi bulu-bulu halus yg senantiaa kurawat dengan rapi.

“Auuwww… Harr… ssshhh.. adduuhhh… ennaaakk… ssssshhh… aaaahhhh… “Aku mengerang merasakan nikmat yang tiada bandingannya, bahkan dengan suamiku pun aku jarang mendapatkan sensasi sek yang indah seperti sekarang ini… Tangan Hardi bermain dengan lincahnya di bagian sensitivku, klentitku dijepitnya dengan ibu jari dan telunjuknya, dipelintir-plintir ooohhh…

“Ooouuugghhhh… sshhhh… HHHaaaarrrr… mbaaak gggaaaakkkk… taaaahhhhannnnn… mmoooo.. keluuarrr… AAhhhhh… “Sambil mengejang dan menggengam batang kontol adikku yang masih keras… tak kuasa ku menahan gelombang datang dari dalam tubuhku.. hingga… semburan lendir kenikmatan mengalir dengan derasnya dari liang vaginaku

“Cccrrreeetttt… ccrreeetttt… ccrreetttt… seeerrr.. serrrr…” diiringi dengan kedutan kedutan cepat dan keras dari dalam rongga vaginaku… dan saat itu pula batang penis dalam genggamanku berkedut. kedut dengan kerasnya tanda hampir mencapai puncak, dibarengi dengan remasan di bukit kembarku makin kencang, hingga kurasakan sakit-sakit nikmat.

“Aaaakuu… juga… gaak… taahhaaannn… mbbaakkk… aahhhh… crooott… crott… croot… crooooott.”

lendir hangat menyemprot dengan deras membasahi perut dan dadaku, sebagian meleleh lengket dan licin dalam genggamanku yang tengah mengocok - ngocok batangnya. Lantas tubuh adikku menindih lemas diatas tubuh bugilku, bermandikan keringat seperti juga diriku, setelah menyelesaikan satu babak permainan birahi terlarang, penuh kenikmatan…

Tak lama kemudian, tubuh adikku berguling ke samping tubuhku, ditengah nafasnya yg masih tersengal, dia palingkan wajahnya ke arahku..

“Maaf ya mbak… aku tak bisa menahan…”

Kututup bibirnya dengan jari telunjukku sebelum melanjutkan kata-katanya, sambil tersenyum ku berkata…

“Gak usah minta maaf… mbak tak kan menyalahkanmu, mbak juga salah dan memang kita berdua salah telah berbuat seperti ini… tapi apa mau dikata… nafsu telah menguasai kita.. tanpa melihat siapa kita sebenarnya, walau kita kakak adik, dan itu terlarang menurut agama. Tapi sudahlah… kita jalani saja kalau memang kita suka…

“Nggak, mbak… justru aku bahagia… karena mbak mengerti dan bisa memakluminya… sudah sejak lama aku menyukai mbak Yanti, tapi ku tak bisa berbuat apa-apa, karena hal ini tidak pantas aku lakukan, mengingat mbak Yanti kakakku sendiri… Tapi hari ini… hayalanku jadi kenyataan… aku suka mbak Yanti..

“Iya Har.. mbak juga sayang kamu… tapi kita tatap harus jaga rahasia kita, jangn sampai ada penyesalan karena keteledoran kita.. kamu tahu kan maksud mbak..? tanyaku sambil kubelai penisnya yg mulai lemas. Hardi mengangguk dan mencium mesra bibirku…

“Aku mengerti sayang…” katanya sambil tersenyum

“Ihhh… adikku ini pinter ngegombal…” kataku sambil kucubit lembut pinggangnya.

“Emang aku sayang kok…” timpalnya

“Udah ah… pake pakaiannya dulu, takut ada orang…” kataku sembari bangun meraih kaosku yang tergeletak dibawah kakiku.

“tapi mbak.. aku masih ingin…”

“Sudah.. nanti diterusin malam aja kalau masih ingin… kamu tidur di sini aja, sambil nemenin mbak, mas Bambang kan nggak pulang hari ini.. dia nginep di rumah budhe nya, jadi nanti mbak bilang sama ibu agar kamu nemenin mbak, soalnya mbak takut snediri di rumah… biar nggak curiga apa-apa…”

“Kalu gitu sih… aku nggak mau mbak… nggak mau nolak.. gitu…”

“Uuuhhh… bisa aja kamu… sudah pake tuh celananya.. nanti senjatanya meledak lagi…”

**********

Selepas maghrib, suasana terasa sepi, hanya suara jengkrik dan binatang2 malam yg terdengar mendendangkan nyanyian-nyanyian alam diiringi angin semilir berhembus menerpa daun-daun bambu gemersik di belakang rumah.

Bulan sabit tampak menggantung mengintip dari balik jemari ranting pohon akasia, menghiasi malam yg kian sunyi.

Setelah selesai makan, kami mengobrol sambil nonton tv di ruang tengah, diiringi canda mesra dengan Hardi, walau sedikit sembunyi2 dari anakku. Aku tak mau anakku keceplosan ngomong sama suamiku, jika perbuatanku nanti terlihat begitu mesra dengan adikku, karena anak seumuran dia akn berkata jujur dengan apa yg dilihatnya.

“Ssstt…” sambil bibirku ku majukan ke arah anakku, saat Tangan Hardi menyelinap di bawah ketiakku, meremas lembut bukit kembarku.

“Nggak lihat kok… aku ngaceng lagi nih, mbak…” kata Hardi sambil tangannya tetap meremas-remas

buah dadaku yang perlahan putingnya tegak mengacung, karena rangsangan adikku.

Tangan kiriku kutumpangkan ke atas kemluannya yg menggelembung di balik celananya.

Birahiku perlahan meninggi juga, saat tangan Hardi menyusup dari bawah kaosku memilin -milin puting susuku, dan remasan tanganku makin agresif pada kemaluan Hardi yg kian mengeras bak sebatang kayu, diiringi desis pelan bibirku yg tak bisa menahan letupan rangsangan dari jemeri adikku. Sadar akan situasi yang kurang tepat, lantas aku minta Hardi untuk menghentikan dulu agresinya.

“Ntar aja Har, nunggu Septi tidur, sayang kalau dikeluarin sekarang.. nanti keburu loyo lho…?”

“Habis aku gak sabar, mbak…”

“Tahan dulu sayang.. nanti juga mbak kasihkan semuanya… nunggu dia tidur dulu, nanti kebablasan di sini malah kita yang repot… ya..” pintaku sambil kukecup bibirnya. Perlahan tangannya ditarik dari balik kaosku, septi tampak asyik dengan tv nya sambil membelakangi kami.

Nafsuku juga memang sudah menjalari peredaran darahku, namun kutahan sambil membujuk anakku agar cepat tidur.

“Bobo yuk sayang… ibu udah ngantuk nih…” ajakku pada anakku yg masih duduk depan tv.

“belum ngantuk, ma…” Jawab anakku sambil gelengkan kepala.

“Kan besok mau ke tempat mbah Siti… ayah juga kan di sana… jadi kita bisa berangkat pagi-pagi sayaaang..” rayuku agar anakku mau beranjak tidur.

“Bentar lagi ah… belum ngantuk…” rengek anakku

“Ya sudah nonton sendiri ya.. ibu mau tidur.. om Hardi juga mau tidur… besok kalu septi kesiangan bangunnya, ibu tinggal lho, biar Septi sama om Hardi di rumah…” Siasatku berhasil, Septi berdiri dan pergi ke kamar tidur mengikutiku.

Hardi tampak tak sabar menunggu saat-saat pelayaran mengrungi samudera asmara, sementara dibalik celananya sang adik masih tegang menanti… begitu juga memekku sudah berkedut ingin segera menyambut kedatangannya, ingin segera dielus dan diselami kedalamannya…

sekitar 20 menit kukeloni anakku, dan menahan himpitan birahiku, akhirnya anakku tidur juga, walau belum terlihat pulas. Perlahan ku beringsut dari atas kasur, dan keluar menghampiri hardi yg wajahnya tampak semringah…

“Sudah tidur, mbak…?” tanyanya gak sabar.

“Sudah… kayaknya sudah nggak sabar nih adikku ini..?” Jawabku sambil duduk di samping kiri adikku.

“Tahu aja… habis sakit nih… tegang terus…” sambil menunjuk ke arah penisnya.

“Kaciaannn… sini keluarin… biar gak sakit lagi dedeknya…” Kataku sambil membuka resleting celananya, kulorotin ke bawah, sekali tarik keluar rudal yg tegang dan keras serta berukuran super

mengacung-acung bebas.. tangan Hardi tak tinggal diam.. dia buka ikat pinggang yang melilit dan membuka pengait celana panjangnya lantas diturunin sebatas paha, membuat penisnya semakin nampak jelas makin membuatku horny, dihiasi bulu lebat sampai ke buah zakarnya. Tak puas dengan mengocok… lantas aku jongkok sambil kutarik lepas celananya, kusapu kepala penis yg memerah itu dengan ujung lidahku.

Kaos yang kupakai ditarik adikku hingga tergantunglah dengan indahnya payudara montokku, bukannya memuji diri sendiri, tapi walaupun aku sudah punya anak, memeng buah dadaku masih kenyal dan padat, karena aku tak pernah menyusui anakku. Septi kubesarkan dengan susu sapi, karena saat aku melahirkan bayi Septi, ASI ku sangat sedikit, jadi kuputuskan untuk kususui dengan susu bubuk saja, hingga umur tiga tahun.

Batang penis Hardi kian kaku, dan sedikit mengeluarkan lendir bening, saat kijilati lubang kemihnya diiringi dengan erangan nikmat dari bibirnya. Tetek ku tak lepas dari remasan kedua tangannya, puting mungil mengacung sesekali dipilin-pilinnya makin membuat sukamaku terbang. Wajahku tak luput dari serbuan bibirnya, disertai hembusan nafasnya yg kian memanas menerpa wajahku.

Seketika aku ditariknya berdiri oleh adikku, dengan sigap kedua tangannya menarik celana yang kukenakan berikut cd nya hingga bugil. Jembut halus dan lebat yng menutupi vaginaku disibaknya. Bokongku ditariknya dan mulutnya nyosor dengan cepatnya menyibak bulu-bulu yg menghalangi liang vaginaku. Aku sedikit membuka kakiku untuk mempermudahnya memainkan vaginaku.

Lidahnya menari-nari dengan lincah dibelahan memekku, ditambah klitoris yg menyembul imut digelitik dengan ujung lidahnya, membuat aku tak sadar menjambak rambut adikku dan kutenggelamkan wajahnya dalam selangkanganku. Sapuan lidahnya makin liar, terkadang masuk mengucek-ngucek lubang kenikmatanku, kadang klitorisku dijepit keras dengan kedua bibirnya dan ditarik-tarik keluar membuat aliran darahku seakan terhenti..

berganti dengan aliran lendir asmara perlahan meleleh dari rahimku. Kuakui.. Hardi lebih mampu memberikan keindahan dalam bermain seks daripada suamiku yang kurang agresif dalam bercinta. Cairan kenikmatanku dijilati dengan lahapnya. Bokongku tak lepas dari cengkraman jari-jarinya dan diremas-remas dengan gemasnya.

Lututku serasa goyah dan tak tahan lagi berdiri, Kutarik baju yang masih dikenakannya, setelah kami sama-sama telanjang, kujatuhkan tubuhku diatas tubuh adikku, hingga Hardi terlentang daiatas sofa dan melepaskan serangan gencarnya di bagian sensitifku. Kini aku ambil inisiatif menciumu setiap lekuk wajahnya, kugigit lembut kupingnya, kujilati lubangnya, hingga adikku tampak menganggkat bahunya menahan geli dan nikmat yg berpadu jadi satu, tangan kananku mengocok kemaluannya yg telah basah oleh lendir yg kian licin melumuri kepala penisnya, hingga kocokannku makin lancar naik turun dari kepala hingga pangkalnya.

“Aduuh mbakkk… aku tak tahaaannnn… masukin yaaa…?” Pinta adikku sambil meremas kuat di kedua payudaraku, setelah pagutan kedua bibir kami terlepas.

Aku hanya bergumam saja disela kulumanku di puting susu kiri Hardi. Kedua tangan Hardi seketika mengangkat tubuhku dan menariknya ke bawah, hanya beralaskan kasur lantai yang tipis. Kedua kakiku dikangkangkannya, aku pun tak sabar segera menarik tubuhnya sambil kutekuk kakiku dan kubuka lebar -lebar.

Kuraih batang keras yg mulai licin dan sudah tegak sempurna, dan kuarahkan ke pintu masuk kenikmatan duniawi. Hardi pun seakan tak kuasa lagi menunggu lebih lama untuk menyusuri lorong-lorong kenikmatanku, langsung menekan pantatnya setelah ujung kontolnya menempel di belahan vagina merekahku tanpa hambatan, Blleeesssss…

Terdengar sedikit keciprak becek dalam vaginaku yang telah berlendir karena tak kuasa lagi menehan kenikmatan yang baru aku alami bersama orang lain, selain suamiku sendiri. Hardi… adiikku orang pertama yang mampu mebangkitkan nafsuku dan mampu mendobrak pagar ayuku… dan mampu memberikan keindahan yang berbeda dalam percintaan dan persenggamaan.

“Ssssssshh…” desisku tak kuasa kutahan mengiringi getaran nikmat saat kapala penis yg besar dan panjang melesak dalam vaginaku, hingga menyentuh rahimku.

“Aaahhh… sss…” Hardipun merasakan sensasinya yang luar biasa saat pertama kalinya tenggelam dalam kemeluanku.

Perlahan ditariknya ke atas batang penisnya dan ditekan lagi penuh perasaan dengan irama yg teratur, sambil kunikmati setiap sodokan penisnya, kuikuti iramanya, pantatku naik turun mengiringi irama genjotannya. Naik turun dengan lembut, namaun lama kelamaan sodokan demi sodokan diarahkannya semakin cepat, disela nafasnya dan nafasku yang makin memburu…

“Ssshhh… aaahhhh… HHaaarrr… enaaaakk sseeekkkaallliii… uuuuhhhh… mmbbaakk gggaakkktahhhaannn…”

Demi mendengar rintihanku…, Hardi makin menggenjotku lebih cepat dan lebih dalam, gesekan kontol gedenya memberikan gesekan yg luar biasa nikmatnya… ada rasa ngilu… namun terasa lebih nikmat, mungkin karena ukurannya yg besar panjang itu hingga terasa sesak dalam lobang memekku. Bulu-bulu kemaluannya yang lebat dan kaku, seakan ikut memainkan peranan dalam menggelitik klitorisku, terasa geli dan ooohhh…

Sungguh, aku dibuatnya tak bisa menahan lebih lama lagi dalam menerima kenikmatan yg adikku berikan…

“Leebh cepaaat… HHHHaarrrrr, mmbbaakkkk mmoooo kkellluuaaarrrr…”

Tak tahan lagi akhirnya kepalaku terasa pening, pandangan mataku mengabur dan tak mampu lagi untuk terbuka… kernyit dahi dan mataku terpejam rapat menghiasi raut wajahku mengiringi gelora air maniku yang tak kuas lagi kubendung… kakiku dengan refleks mengikat kuat pinggang adikku… dan…

“AAAhhhhh… ssssshhhhhh… ccrreeettttt… cretttttttt… ccrreeettt… croot.. croott…” Bibirku tak sanggup lagi bersuara.. ditengah nafasku yg tersengal, kurasakan keudtan dari batang kemaluan adikku juga makin cepat, sambil mengejang dan memeluk erat tubuhku, dibenamkanlah wajahnya di leherku, bareng dengan semakin menekan nya kepala penis di liang surgawiku.

“OOOhhhhh… mbbaakkk… ennnaaakkkk… nnbbaaakkkk… hhhheeeeeeggjhhhh…”

CCrroooottt… ccrroooottt… croooottt.. entah berapa kali kontolnya menyemprotkan sperma dalam vaginaku, terasa deras dan hangat menyentuh rongga-rongga kelaminku.

Seketika tubuhnya mengejang.. kemudian ambruk di ats tubuh bugilku, rapat dan hangat bermandikan keringat, saling memeluk dalam diam, meresapi apa yang barusan kita lalui, terasa begitu indah tiada bandingannya… sungguh sensasi yang menurutku luar biasa.. ternyata persenggamaan dengan adik kandungku terasa lebih nikmat dan rangsangannya lebih menggairahkan…

dan berguling ke samping kananku tanpa melepas dekapan tangannya dari tubuhku. Akupun merubah posisi tidurku, miring menghadap ke arahnya, dan kupeluk erat tubuhnya yang memancarkan aroma parfum yg menggoda hasratku.

“Gimana sayaangg… cappek…?” Tanyaku sambil masih kupeluk erat dan kutatap matanya

“Capeekk… tapi nikmatt…” jawabnya sambil tersenyum.

“Mau laggi…?” tantangku sambil bercanda…

“Pastiii… tapi istirahat dulu…” Jawab adikku sambil mencolek hidungku genit.

“Kapan pun kamu mau sayaaanng… asal kondisi aman, mbak Yanti siap kok bercinta… tapi…”

“Tapi apa, mbak…?” tanya adikku penasaran

“Tapi kamu juga harus siap kalau mbak lagi horny.. ya …?”

“Siap… siapa takuuutt… he… he… he…”Akhirnya kami larut dalam canda dan tawa layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta, tanpa merasa ada batas kakak dan adik.

Tak selang berapa lama, karena kami tetap saling berpelukan dan saling raba, akhirnya birahi kami bangkit kembali. Dan tentunya permainan pun jadi lebih seru, bebagai gaya kami pake, serta ngeseks aku dan adikku durasinya jadi lebih lama… lebih hot dari pertama tadi.

**********

Semenjak perzinahan malam itu, aku jadi lebih ingin dipuaskan sama adikku daripada oleh suamiku sendiri, yg notabene, gaya seksnya monoton dan tak tahan lama, serta ukuran penisnya yg jauh berbeda dengan adikku, dan kontol adikku lebih nikmat bila menggesek vaginaku.

Namun begitu, aku tak pernah menolak, bila suamiku meminta jatah dariku, itupun jarang-jarang dia lakukan. Dia sederhana saja dalam melakukan hubungan suami istri, sedangkan diriku memiliki nafsu seks yg berlebih, dan tak bisa selamanya di puaskan oleh suamiku. Sekarang.. sudah dua minggu aku tak melakukan ML, sementara suamiku dingin2 saja, seolah tak mengerti hasrat dan gairahku. Aku jadi teringat akan Hardi, adikku dan ingin meminta belaian dan kehangatan darinya. Kadang-kadang aku suka merasa cemburu, bila mengingat Hardi dan Titi tinggal serumah.. dan tentunya hasrat mereka lebih banyak tersalurkan, karena banyak kesempatan yang mereka miliki.

Sampai cerita ini ku kisahkan pada pembaca dan kuselesaikan, kini girah seks ku bangkit lagi. Sudah dulu ya kisahnya… aku mau menemui adikku, kangen berat niiihh…

*** T A M A T ***

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu