1 November 2020
Penulis —  sylviade

Mama mertua dan adik iparku

Hai Agan-agan. Ini kisah nyata saya. Saya tuliskan untuk memeriahkan lapak kesayangan kita ini. Saya usia 25 tahun, pekerja swasta dan memiliki dua orang anak. Istri saya anak pertama dan memiliki seorang adik perempuan beda usia 1,8 tahun. Karena mertua yang tidak memiliki anak laki-laki menyebabkan saya sangat diperhatikan.

Di rumah, mertua, istri dan adik ipar terbiasa menggunakan celana pendek dan merupakan hal biasa bagi saya melihat mulusnya paha mereka, terutama mertua dan adik ipar. Merekapun terbiasa duduk sembarangan hingga sering saya melihat sampai ke paha bagian dalam. Wuihhhh, menggiurkan. Bila si Otong gelisah, maka ada istri pelampiasannya.

Walaupun semasa lajang saya sudah membeli satu unit rumah kecil, namun sejak menikah sampai usia anak pertama 5 tahun kami tetap tinggal dengan mertua. Kami tidak diperbolehkan pindah, apalagi semenjak kelahiran anak pertama saya yang laki-laki. Mertua semakin menahan kami untuk tetap tinggal dengan mereka.

Sejak kelahiran anak pertama itu pula mertua perempuan saya semakin sering ke kamar untuk menegok cucu, bahkan sering pula sampai tertidur menemani cucunya. Seiring itu pula saya semakin sering menikmati keindahan tubuh dan kemulusan paha mertua saya. Bahkan sering, dalam tidur sampai bagian celana dalamnya tampak jelas di antara daster yang dipakainya.

Sebagai pekerja swasta, saya sering ke luar kota atau pulang malam. Terkadang waktu pulang kerja antara jam 23.00-24.00 WIB saya mendapati mertua, adik ipar dan istri tidur di kamar saya. Mereka begitu sayang sama anak saya. Tak ada waktu tersisa untuk tidak bersama cucunya bahkan beberapa kali, jika mereka saya dapati sedang tertidur di kamar, saya akhirnya harus pindah tidur ke kursi di depan TV.

Demikian seterusnya, kehidupan rumah tangga saya berjalan normal, kasih sayang dan perhatian kedua mertua kepada kami tetap hangat, apalagi semenjak kehadiran anak pertama saya, rasa bahagia mertua semakin bertambah. Menangis sedikit saja si bayi, sang nenek dan kakek sudah sibuk menanyakan kenapa cucu mereka menangis.

Sampai usia anak saya tiga tahun dan anak kedua yang juga laki-laki lahir, saya dipindahkan ke provinsi lain untuk memimpin kantor cabang di sana. Dengan berat hati, istri dan mertua saya menerima perpindahan ini. Sayapun akhirnya hanya dapat pulang sekali sebulan. Kantor hanya menanggung tiket pesawat PP sekali sebulan, jika pulang setiap akhir minggu ditanggung sendiri.

Skip, skip, skip.

Setahun sudah saya bekerja di provinsi A. Suatu siang, istri saya menelpon untuk menceritakan bahwa adik ipar saya, Anggi, diketahui positif hamil di luar nikah. Kandungannya sudah dua bulan. Saya pulang dan malamnya kami berdiskusi untuk mencari solusi kehamilan adik ipar tersebut. Menikahkan dengan laki-laki yang menghamilinya?

Akhirnya disepakati, adik ipar diungsikan di rumah saya di provinsi A dan mertua ikut menjaga. Dengan pikiran masih bersih, saya dan istri menerima. Apalagi rumah yang saya tempati cukup besar. Selama ini di rumah yang dikontrak kantor tersebut hanya saya yang tinggal. Asisten rumah tangga datang pagi, pulang sore.

Skip, skip, skip.

Hari ini, saya, adik ipar dan mertua berangkat ke Provinsi A. Satu jam perjalanan dengan pesawat udara, kami sampai. Di bandara supir telah menunggu untuk menjemput. 30 menit kami tiba di rumah dan malamnya sayapun melapor ke Pak RW mengenai kedatangan adik ipar dan mertua. Kepada Pak RW saya tak mengatakan dia adik ipar saya.

Tiga hari berjalan normal dan satu siang, saya pulang jam 13.00 WIB. Badan saya agak meriang. Tadi malam saya lembur mengerjakan laporan ke kantor pusat. Cuaca panas siang itu dan badan yang kedinginan, sesampainya di rumah, membuat saya segera ke kamar saya. Kamar sebelah, tempat mertua dan adik ipar saya lihat tertutup.

Ohhhhh, di tempat tidur, mertua dengan dasater tersingkap sampai ke pangkal paha sedang nyenyak tertidur. AC kamar yang dingin membuatnya begitu nyenyak sehingga tidak mengetahui kehadiran saya. Sayapun maklum, di kamar yang mereka tempati AC sudah dua hari rusak. Tehnisi baru besok datang untuk membaiki.

Melihat mertua yang begitu nyenyak, saya tak ingin mengganggu. Sayapun akhirnya memilih tidur di atas karpet di lantai. Hingga, dalam tidur, mertua membangunkan dan menanyakan kapan datang dan kenapa tak membangunkannya. Saat itu pula mertua sadar, setelah memrgang tangan saya yang hangat, menanyakan apakah saya sakit.

Mama pijat ya badannya biar enak?. Boleh, Ma jawab saya. Apalagi selama inipun mertua sering memijat badan saya. Jika pulang dari tugas luar kota saya sering masuk angin dan biasanya mertualah yang memijat, dari kaki, paha, punggung, perut, tangan hingga kepala.

Seperti kebiasaan mijat di rumah sebelumnya, kali inipun mertua menyiapkan minyak plus bawang merah. Keduanya merupakan obat pijat yang saya suka.

Jadi dipijat? Kok pakaiannya belum dibuka? Ujar mertua dengan suara agak pelan. Ia, Ma, jadi. tapi kok beum di buka pakaiannya, apa Mama yang mau bukain?. Boleh, Ma. Ya sudah… buka ikat pinggangnya. Klek… dan mertua menarik celana saya. Selembar sarung kemudian ditutupkan ke bagian pusaka saya yang masih dibalut CD.

Dimulailah acara gosok-menggosok minyak ke dua kaki, dari telapak kaki sampai ke paha. Pijatan dimulai dari kaki, betis dan paha. Dengan posisi masih telungkup, tangan mertua yang lembut dan halus menjalar untuk memijat hingga ke bagian paha. Nah… saat di bagian paha inilah rasa geli bercampur nikmat mulai terasa.

Mertua meminta saya untuk terlentang. Dimulai dari kaki, naik ke paha, dada, kepala dan terakhir perut. Mmmhhhh, di bagian perut inilah sentuhan tangan mertua membawa kenikmatan lain. Sesekali telapak tangannya menyentuh area berbulu itu. Saya diam saja. Menikmatinya. Semoga semakin ke bawah, pikiran saya.

Benar saja. Telapak tangan mertua memulai pijatannya semakin dari bawah. Sampai akhirnya si Junior saya bergerak bangun, memenuhi bagian sempak dan setengah kepala si Junior mulai keluar.

eh eh eehhhh, ini kok bangun. apaan, Ma?. Ini, neh, adeknya kok bergerak-gerrak, pancing mertua sampil mengelus kepala si Junior yang menyembul. Ah, Mama, itu tandanya dia masih normal, Ma.

Hmmmm, wow besar juga, adeknya, kata si Mama Mertua sambil memegang si Junior dari balik CD.

Ngak sebesar punya Kuda kali, Ma, jawab saya. Mama Mertua hanya cengengesan, namun tangannya masih mengelus-elus di Junior.

Lha, kok malah dibangunkan, Ma?. Ntar kalau dia pengen, gimana? Apa saya harus pulang ke .(menyebut nama kota asal kami).

Tanpa menjawab, si Mama, langsung membuka CD dan mengelus si Junior saya. Sayang. gak usah juga. Mama kan ada sayang.. Ayo sayang berikan Mama kepuasan. Mama dah lima tahun lebih gak di sentuh Papa Mertuamu. Adeknya gak kuat lagi, dah loyo. Memek Mama dah lama gatal ne, pengen ditusuk adekmu ini, rayu Mama, sembari terus mengelus di Junior.

Gak usah takut, Sayang. Si Anggi (adik ipar) lagi keluar, tadi dijemput teman sekolahnya dulu. Gak apa-apa sayang. Dah lama Mama menginginkan ini. Mama pernah kok ngintip kalian lagi begituan di kamar. Mama ini masih normal, Sayang, rayu Mama Mertua.

Tanpa ba bi bu, perlahan saya tarik tangan mertua dan melumat bibirnya yang putih-tipis. Tangan saya langsung bergerilya pada dua bukit kembarnya. Wuuuhhhhhh, kedua putting itu sudah mengeras. Dasternya saya sibak, dan seketika Martua membuka tali BH-nya. Pijatan kecil dan elusan pada kedua putting bukit kembari berganti membuat erangan Mertua semakin merangsang.

Sayang.. ayo terus Sayang.. Isap nenen Mama, Sayang.. uhhhhhhhh, ahhhhhhh. Sayangayo Sayangngggg, puasin Mama, Sayang.. erangnya, membuat nafsu saya semakin meninggi.

Tangan sayapun menjalar ke bagian meki Mertua. Dari balik Cdnya jari tengah saya perlahan menekan ujung kilotrisnya, membuat badan Mama bergetar dahsyat. Sayanggggggggg, terus sayangggg erang Mama.

Puas mengisap kedua itil nenen dan memijat-mijat kilotrisnya, jurus lidah maut saya mainkan di area vagina Mama. Hisapan, sedotan dan.. sampai akhirnya Mama Mertua meracau: sayanggggg gigit sayang.. uhhhhhhhhh, uhhhhhhh, ahhhhhhhh, enak benar sayangggggg, Mama dah lama gak merasakan kek gini

15 menit area vagina mama saya obrak-abrik dengan lidah dan tangan sampai akhirnya: sayanggggg terusssssss sayangggggg, isap sayanggggg, mama mau keluar ne. ayo sayangggg dan tak lama vagina Mama Mertua menyemburkan larva hangat.

Sayangggg, Mama puas sayang.. ujar Mertua sembari mencium bibir dan memeluk. Tapi belum, Ma. Masih ada kepuasan yang akan Mama nikmati. Sayapun bangkit dan si Junior segara menghujam goa vagina Mama Mertua. Perlahan namun pasti si Junior terus mengobok-obok liang vaginanya. ssshhhhh, aduhhhh sayangggg, enak benar sayang.

Mama dah lama gak diginiin sayang. Ohhhhh sayaaaaaangggggg Jerit mertua tatkala hujaman si Junior semakin mendalam. enak benar sayangggggg, kontolmu enak benar sayangggg, mama belum pernah merasakan kontol segede ini sayangggg, akhhhhhh sayangggggg, mama mau keluar lagi ne. ayo sayangggg pompa terus sayangggg.

Tak lama saya merasakan semburan kedua Mertua. Saya terus menggoyang dan menggoyang. Jeritan kenikmatan terus keluar dari bibir mungil mertua. 10 menit kemudian, untuk ketiga kalinya Mama menjerit lagi; sayanggggg mama mau keluar lagiiiiiiii. Crot-crot-crot, pertahanan sayapun bobol.

Mama puas kali sayangggg, kamu hebat puji Mama Mertua. Nanti malam masih kuat, ngak? Mama mau lagi. atau mama tinggal di sini saja ya sayang agar tiap waktu kamu puasin.. goda Mama.

Siap, Mama Sayang

Malam itu, setelah Angga, adik ipar, tidur, Mama Mertua menyerbu pertahan saya lagi. Diam-diam dia masuk ke kamar saya. Bukan tiga kali, Mama Martua sampai muncrat lima kali. Kalau gini neh, jadi deh Mama lama tinggal di sini ujar Mama pagi itu, sebelum meninggalkan kamar saya.

3 hari 3 malam puncak kenikmatan itu kami reguk bersama. Sampai akhirnya, Martua menyampaikan hari itu juga dia harus pulang ke Kota M, karena Papa Mertua sakit dan telah dirawat di rumah sakit. Katanya Papa Mertua kena DBD. Sayapun dan adik ipar mengantarkannya ke bandara.

Tak lama keluar dari bandara, satu SMS masuk. Mama Mertua: sayang, semoga Papa cepat sembuh ya, kalau dah sembuh mama akan datang, mmmmuaaachhh sayang.

Mama sudah kami antar dan kini hanya saya dan Anggi, adik ipar serumah. Semua normal, sampai malam menjelang tidur, si Anggi mengetuk pintu kamar. Bang, boleh gak tidur di sini? Anggi takut tidur sendiri. Pintanya memelas.

Atut ya, trus kita satu ranjang gitu? Bahaya kaleeee jawab saya ringan. Saya seh paham kebiasaan adik ipar saya ini. Kalau tidur gak berani sendiri dan lampu harus dinyalakan.

Gak juga kale, kalau dua-dua tidur kan gak papa juga jawabnya sambil merebahkan badannya di tempat tidur. Lagian kamarnya masih panas, kalau disini kan dingin. Oke adek sayang. silahkan tidur jawabku sembil terus memeriksa laporan kerja bawanku.

Malam itu, kamipun tidur.

BERSAMBUNG

Kami tidur dibatasi bantal guling. Baru sesaat, Angga (adik ipar) bangun. Katanya mau pipis. Angga membangunkan saya. Minta ditemani ke kamar mandi belakang. Katanya takut ke kamar mandi sendirian. Kasusnya, kamar mandi di ruang tidur saya sejak sore airnya tersumbat.

sekalian minta diceboin juga? tanya saya. hehhh sergahnya sembari menarik tangan saya untuk segera menemaninya ke kamar mandi.

Sesampainya di kamar mandi Angga langsung nyemprot, tanpa menutup pintu kamar mandi sehingga bagian dapur belakangnya kelihatan, putih dan mulus. Suara pipisnya juga mengalir deras. Hmmmmm cukup menggoda.

gak jadi diceboi, Dek? Mau nyeboi atau mau yang lain? balasnya sembari berdiri dan menarik CD di balik daster pendeknya.

dah ah, ngantuk, mo tidur lagi, seketika Angga berlalu meninggalkan saya. Saya menyusul dan mendapatinya sudah terbaring di kamar dengan daster tersingkap yang menampakkan bagian paha dalam yang putih mulus, layaknya paha Mama Mertua.

Dah ngantuk adek sayang?. Mau dikeloni atau ngak neh, sambil melingkarkan tangan dan mencium keningnya. Ih genit ah. ne adek ipar lho, bukan istri abang. Tapi kemaren waktu lapor ke Pak RT, istri lho dilaporinnya, hayooo gimana tuh

heeh deh. Istri tapi kan bukan istri yang sah, istri yang sah itu Kak (menyebut nama istri saya), masak adeknya juga digarap.. Trus kemaren malam, Mama ke kamar ini ngapain? Kirain Angga gak tau Mama jam 11 malam itu masuk ke sini.?

Serrrrr, darah saya berdesir, ternyata Angga tau sudah 3 malam Mama Mertua masuk ke kamar saya. yaabang kan agak demam gitujadi Mama datang pijatin badan abang, adek sayang. Mijat atau njilati.?. maksudanya njilati itu apa. Adek sayang?.

Gak tau ah njilati apa, kalau mijati aja masak sampai pagi, memang ada mijat semalaman ya, atau mijatnya gantian?

benar, adek sayang. Mama memang mijat badan abang. dah ah, males, ngantuk ne. Dah deh, Bang, sekarang gantian neh, abang yang mijatin badan Angga sekarang.

Lhakok malah abang, sayang?

mau gak ne. tanya Angga sambil menarik dasternya ke atas. Jantung saya berdegub kencang, karena ternyata Angga masih dengan kebiasaannya, jarang memakai BH, sehingga kedua bukit kembarnya tampak menantang. Bukit kembar yang kelihatannya mulai agak membesar, seiring umur kehamilannya yang dua bulan.

Tentu, adek sayang. Tapi mijatnya dari mana neh duluan, dimulai dari bagian atas atau bawah dulu. Soalnya abang grogi melihat adek abang yang cantik ini sudah buka baju.

Terserah abang aja ah, yang penting mijatnya gak sakit, jawabnya sambil memeluk saya dan seketika bibir putih yang merekah itu segera saya lumat. Angga membalasnya, ujung lidahnya meneyentuh lidah saya dan enzim exchange terjadi. Saling melumat, menghisap, membelai dan selanjutnya turun ke puncak dua bukit kembar.

Desahannya semakin menaikkan birahi. Rintihan-rintihan kecil dan pelukan mesranya menambah semangat saya untuk terus mempermainkan kedua itilnya. Sementara kedua kakinya terus bergerak dan sesekali mengejang.

abaaaanggggg, masukin memek Anggaaaa, gak kuat ne, baanggggg pintanya. Gak kuat apa, adek sayangggg. Gak mau lagi maksudnya.. Dah kalau gak kuat kita hentikan aja ya, dek.

Banggggg, gak kuat gak dimasuki ini, sayang, rayunya manja sambil menggenggam Junior saya yang sedari tadi menyentuh pusaka Adek Ipar saya dari balik CDnya. Anggapun seketika membuka CDnya dan menggesek-gesekkan serabinya yang tanpa bulu itu ke Junior saya. Gesekannya sungguh terasa nikmat karena ternyata kue serabinya hanya dihiasi bulu-bulu yang baru tumbuh.

Sayapun jadi paham, istri saya, yang tak lain kakak kandung Angga, yang saat ini sedang saya cumbui, begitu dahsyat setiap kali kami bergumul. Mama Mertua yang selama tiga hari lalu saya beri kenikmatan kualitas bercumbunya juga luar biasa. Goyangannya begitu berirama dan membuat Junior saya berdenyut-denyut.

Dan ini, Angga, sudah memprlihatkan irama dahsyat ketika menggesek-gesek Junior saya. So pasti, saya tidak akan menyerah. Saya bangkit dan menyerbu kue serabinya dengan lidah saya yang lihai mempermainkan bagian-bagian paling merangsang di kue serabinya.

Kue serabi yang tembem dan basah mengkuyup itu saya hisap. Ujung kilotris yang menyembul itu saya kelilingi dengan ujung lidah dan sesekali dengan hisapan kecil, membuat Angga mengejang kenikmatan.

Baaaaaangggggggg, ampuuuunnnnn baangggggg, ampuuuuuuuuunnnnnnn, masukin baaaanggg. Gak kuat ne bang. Dah mau sampe ne, sayangggg Saya tak peduli dengan rintihannya, saya tetap mengelum, mengisap dan sesekali menggigit kecil ujung kilotrisnya. Sementara satu tangan saya terus bergerilya di kedua bukit kembarnya.

Tak lama, larva dari kue serabinya tumpah, crot crot crot, semburannya sampai membasahi muka saya. Saya tak peduli, hisapan dan sedotan pada kilotrisnya. Jari tangah sayapun kemudian menggelitiki mulut vaginanya yang tanpa bulu. Sesekali jari tengah saya menusuk vaginanya yang membuat Angga kejang-kejang tak karuan.

Bang, ampun, Sayang. Gak kuat enaknya, Sayang ujarnya dengan suara serak sambil memeluk. Yakin udah, Sayang? Hmmmmhhhh gak yakin sih, bang, tapi kita istirahat sebentar ya, Sayang. Masih mau lagi, kok. Semalaman juga mau kok kalau enaknya kayak tadi.

Ok, adekku sayang, tapi gak lama, kan?. Sayapun ke kamar mandi untuk pipis sekalian minum segelas air putih. Tapi si Junior masih tetap mengacung.

Eh, sayang, jadi dulu waktu pacaran gak seenak yang tadi, ya? dah, ah. Gak usah diingat lagi, dasar laki-laki keparat si Jali itu, maunya enak aja, dah hamil gini gak tanggung jawab imbuhnya kesal pada pacarnya yang menghamilinya.

Tapi ini jujur, bang. Abang kasih kenikmatan luar biasa. Pantes kakak pengen abang pulangnya cepat-cepat. Jadi, adek mau cepat-cepat juga neh..?, Cepat apanya, seh? cepat-cepat dikasih kenikmatanlah. Gak ah, maunya kenikmatan yang lama, gak mau kenikmatan yang cepat. Ujarnya manja dan seketika bibir mungilnya saya lumat lagi.

Ayo, sayang, ohhhhhh sayaanggggg, enaakkkk sayanggggg, ohhhhhhh, rintihnya dengan goyangan melebihi goyang ngebor si penyanyi dangdut itu. Goyangan yang membuat Junior saya semakin mengeras. Ahhhhhh, sayanggggg, lagi sayanggggg, pintanya ketika dari bawah saya mengimbangi goyangan ngebornya. Kali ini, goyangan Angga maju-mundur dan kiri-kanan, dan lobang mekinya yang basah menghasilkan suara becek.

Gantian sayang, abang di atas sekarang, ayo, bang, tusuk pepek Angga sekuat-kuatnya, Bang. Angga segera mengangkang. Lobang vagina mulusnya yang becek siap dihujam, namun saya tidak buru-buru. Bibir mungilnya kembali saya lumat, kedua bukit kembarnya saya permainkan dan ini menghasilkan desahan Angga semakin merangsang Junior saya.

10 menit kami bergumul dengan bibir, nenen dan seluruh bagian leher dan telinganya. Angga sampai meronta tatkala sekitar telinganya saya elusi dengan ujung lidah. Baanggg, gak kuat di situ bang. geli bang. Geli apa enak?. ya dua-duanyalah

Anggapun menggenggam Junior saya yang sejak tadi membesar. Dikulum dan dihisapnya. Jari lentiknya menelusuri kedua buah pelir saya. Nikmat luar biasa hisapan adek ipar saya ini. Clop, clop, clop. kepala penis saya dilumat dan sesekali ditelannya, itu mendatangkan kekejangan nikmat bagi saya. Puas menghisap batang Junor saya, Angga menjilati kedua buah pelir saya.

Bener-benar permainan adek ipar saya ini. Dalam hati saya berfikir, apakah karena nafsu seperti ini menyebabkan dia hamil di luar nikah?. Tapi, ngapain repot mikirinya, toh sekarang dia sedang menggumuli saya. Kami sedang bersama-sama di satu rumah dan orang sekitar tahu, dia adalah istriku yang sah.

Baangggg, ayo bang, tusuk memek adek, bang. Pintanya diantara lamunan saya. Ayo bang, tangannya membimbing Junior saya ke mulut vaginanya. Sekali hentakan, si Junior sudah amblas dalam vagina yang becek itu. Seketika Angga menggoyang pinggulnya dari bawah. Saya mengambanginya dengan hentakan-hentakan kecil.

Akhhhhh, sayangggg, enaknya kontol, abaangggg. Terus sayangggggg, terusssssssss, abanggggg, kencanggggggggg banggggggggg, dah mau keluar lagi nee. Abaaaanggg Sekita dia meraung panpang, kedua tangannya erat memeluk saya.

Tahan sebentar sayang, abang dah mau keluar juga

Genjotan demi genjotan tak lagi berirama. Kenikmatan diujung Junior saya semakin terasa. Erangan nikmat Angga di bawah saya juga semakin tak karuan, dansecara bersamaan, peju saya menyembur dan Anggapun memuncaratkan larvanya. Saya masih memompa perlahan demi perlahan sampai akhirnya seluruh peju saya keluar.

Hahhhhhh, enak gila, Sayang. Mau nambah lagi neh, bang. Tapi gak sekarang. Besok pagi kita ulangi yang lebih seru ya, sayang pelas Angga manja dan bibirnya yang mulus mengecup kening saya yang masih berkeringat. Tangannya memeluk. Malam itu. Kami tidur dengan tubuh tanpa sehelai benangpun.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu