31 Oktober 2020
Penulis —  Mekiver

Ibu Pura Pura Diam

“bluk” joko melemparkan hapenya ke bantal, hape cina kecil mungil sebesar korek api gas itu masih berbunyi ribut.

“cewek gatel” umpat joko pelan, sudah 2 hari ini, murni teman sekelasnya ganggu dia dengan miskol miskol yang bikin jengkel, cm gara gara joko jarang bals smsnya. “tut.. Tut” joko meraih lg hapenya dan membaca sms yg masuk, dari dirgo tman sebangkunya yg mengajak ke kota untuk beli ban baru motornya. Stelah membalas “ya” joko mencolokkan hape ke cas dan keluar kamar.

“anak ibu ya, mentang mentang libur bangun jam 8” omel ibunya yang masuk pintu belakang, rupanya habis mandi. Tubuhnya hanya ditutup handuk setengah paha dan setengah susunya.

“gak tiap hari aja buk” jawab joko cengar cengir sambil menikmati suguhan mulus tubuh ibunya.

“mandi dulu sana, nti sarapan bareng” kata ibunya sambil masuk kamar. Joko sendiri ogah ogahan berjalan ke kamar mandi.

15 menit kemudian joko dan ibunya sudah duduk bersama di depan meja makan.

“eh nak nanti antar ibu di kelurahan ya” kata ibunya di sela sela makan.

“waduh aku dah janji ma dirgo mau beli ban, emang jam berapa buk?” jawab joko sambil memandangi bibir sexy ibunya yang sedang mengunyah nasi.

“nanti jam jam 10 gtu, masa kamu lebih mentingin temanmu daripada ibumu sendiri” kata ibunya galak.

“bukan gitu buk.. Iya nanti belum jam 10 aku pulang” joko buru buru menghabiskan sarapanya.

“eh biar joko yg bw ke belakang buk” ucap joko ketika melihat tangan kanan kiri ibunya yang mengangkat piring kotor bekas sarapan.

“udah gak papa” tapi joko sudah di belakangnya dan mengambil piring di tangan kanan dan kirinya di posisi ini memungkinkan joko untuk menggesekkan kontol dalam kolornya ke pantat ibunya. Meski sekejap gesekan itu joko cukup senang, pantat ibunya emang selalu menggairahkan. Dengan cengar cengir dia bawa piring piring itu ke belakang.

“dirgo ada di depan tu” kata ibunya ketika joko selesai cuci piring sarapanya. Di depan teman sekelas, sekaligus tetangganya sudah menunggu sambil mainan 2 hp di tangan kanan kirinya.

“aku pinjem hapemu sehari aja go” kata joko

“emang hapemu kemana jok?”

“ngedrop batrenya, si murni miskol terus dari smalam, mau bals biar tau rasa”

“haha kan dah kubilang, murni suka kamu.. Kamu aja jual mahal, bawa nih yang butut, batrenya ful, tp kartunya copot dulu”

“ok sip” joko menerima hp dan mencopot kartunya.

“berangkat sekarang yuk, ibukku suruh antar ke kelurahan nanti, ni kunci motornya km yg joki” ucap joko sambil melempar kontak motor ke arah dirgo.

“buk joko berangkat!” teriak joko dari ambang pintu. Ibunya tergopoh gopoh keluar di tanganya ada beberapa lembar kertas.

“hati hati ya, dirgo belum jam 10 harus pulang, penting!” teriak ibu joko galak.

“iya bulek” jawab dirgo kecut, “ibumu galaknya gak ilang ilang jok,”

“emang, eh nanti mampir ke apotik”

“mau beli apa?”

“obat”

“obat apa? Siapa yang sakit”

“sakit galak ibuku biar sembuh”

“sarap lu” umpat dirgo, motornya meraung dan jalan kecil ditengah sawah itu diterjangnya dengan kecepatan tinggi

“hampir jam 10, ni anak belum pulang” sumini ibu joko gelisah menunggu. Surat tanah untuk 5hektar sawahnya sudah 6bulan yang lalu dia urus, tapi baru kemarin ada kabar dari pak lurah bahwa surat suratnya sudah kelar. Dilihatnya lagi jam dinding kurang 10 menit, sumini sudah rapi dengan hijab hijau gelap kesayanganya, dirabanya bokongnya yang terasa isis karena tak ada celana dalam yang membalutnya.

“brum.. Brum” terdenga suara motor berhenti di halaman depan, bergegas sumini keluar dan mendapati anaknya yang baru datang.

“tumben, tepat waktu jok” kata sumini.

“iya kan mau kencan sama ibuk.. Hehe”

“ngaco.. Ayo buruan berangkat” ucap ibu joko.

“bentar buk, tak ambil hape di kamar” jawab joko sambil bergegas masuk rumah. Sumini ibu joko kemudian mengecek lagi surat surat yang ada di tasnya.

“ayo buk, dah siapkan?” tanya joko yang baru keluar kamar.

“udah.. ayo”

jalanan desa itu kecil dan berlubang, aspal yg melapisinya sudah lepas disana sini. Kantor kelurahan lumayan jauh juga, santai saja joko menjalankan motornya, jalanan yang berlobang memberi keasyikan sendiri, setiap mengerem akan ada sentuhan gunung kenyal ibunya di punggungnya. Apalagi ibunya yg dibonceng menyamping berpegangan erat di pahanya, sebentar saja kontolnya sudah tegak berdiri.

Suasana terasa sepi keti joko dan ibunya memasuki ruangan kantor, hanya ada seorang wanita berumur dengan kacamata tebal yang sibuk dengan sebuah buku besar, bu minten, dia adalah salah satu staf di kelurahan.

“pak lurah ada bu minten?” tanya ibu joko sopan.

“eh.. Bu sum.. Silahkan bu.” jawab bu minten.”pak lurah sedang keluar, tapi tadi sudah pesan, kalau bu sum datang suruh nunggu di ruanganya, sebentar biar saya telpon”

Kelurahan itu sebenarnya hanya satu ruangan yang disekat sekat dan tentu saja ruangan khusus pak lurah adalah yang paling nyaman, sebuah meja dengan sebuah kursi jati berspon empuk untuk sang penguasa dan 2 kursi besi berlapis spon tipis untuk tamu. Joko dan ibunya duduk berdampingan, joko sejenak memperhatikan ruangan itu, sepi, sebuah kusen dengan kaca hitam memungkinkan orang yang dalam ruangan bisa tahu kalau ada orang yang akan memasuki ruangan itu.

“kamu kenapa jok, kok gak tenang gitu?” tanya ibunya.

“wc sbelah mana buk? Kbelet pipis” jawab joko.

“bilang dari tadi kenapa, disebelah kiri bu minten tadi, masuk aja kesitu” sumini yang memang sudah sering ke kelurahan jadi dia hapal ruang ruang di kelurahan.

“bentar ya buk” jawab joko cengengesan, sambil bangkit disempatkanya sikunya menggesek sisi luar susu ibunya.

Sepeninggal joko sumini lalu membuka tas dan menyiapkan surat surat yang mungkin nanti dibutuhkan. Taklama joko udah kembali lagi.

“kok cepet jok?” tanya ibunya “ngapain juga lama lama di wc, enakan disini.. Ada ibuk” jawab joko asal, masih dengan cengengesan khasnya. Sumini tak menjawab ucapan anaknya ia nampak sibuk dengan kertas kertas di tanganya. Joko memperhatikan ibunya yang terlihat serius di sampingnya.. Matanya yang lebar bening, hidungnya yang bangir, pipi putih nan halus..

“hoaamms” joko pura pura mengantuk, “bosen buk..”

“tunggu saja, paling juga gak lama” jawab ibunya. Joko tak menjawab, ia menelungkupkan kepalanya di meja berbantal lengan kananya. Dibawah dilihatnya paha ibunya yang terbungkus pakaianya, kain yang halus membuat bulatan paha itu begitu menggoda dan joko yakin di pangkal paha itu tak ada celana dalam yang membalut sesuatu yang indah itu.

Perlahan joko menjamah paha ibunya.. Ada getar lembut rupanya ibunya terkejut dengan sentuhan itu. Perlahan nan lembut joko mengusap usap paha ibunya. Tak ada omelan atau teguran dari ibunya.. Joko dengan hati hati menarik keatas rok ibunya yang lebar hingga keatas lutut. Ada desah lembut ibunya ketika joko mengusap usap paha ibunya yang terasa lembut dan halus di jemarinya.

Sumini menggelinjang lembut, ia selalu tak tahan bila pahanya dibelai seperti itu, dilihatnya joko yang telungkup berbantal lengan, dilihatnya pintu dan jendela kaca, kletak- kletak suara mesin tik manual di ruang sebelah menandakan penghuninya sedang sibuk.. Sumini bergetar jari jari itu kini di selangkanganya, mengusap dan merayapi rambut halus di situ.

Joko pun jd semakin berani pelan dibukanya paha ibunya semakin lebar, usahanya berbuah hasil juga ibunya pelan tapi pasti juga membuka kakinya lebar dan semakin lebar, rok itu kini menjubal di bawah perut ibunya, joko kini dapat melihat dengan jelas vagina ibunya, begitu gemuk dengan belahan merah sedikit kehitaman, ingin rasanya joko langsung menyosor dan menghisapi itil yang terlihat menyembul itu, tapi itu melanggar aturan tak tertulis dan tak terucap dari ibunya.

Sumini menggigit bibir berusaha menahan rintihan nikmat yang ingin terlontar, sentuhan sentuhan itu membangkitkan birahi terliarnya, matanya tetap siaga memperhatikan jendela kaca.

“kepalang basah.. Owh enaknya tempekku.. “bisik hatinya.. Dan tanpa ragu sumini membuka lebar lebar pahanya. Jari2 itu kini bergerak keluar masuk di lubang peranakanya. Bercinta di situasi yang tak tepat memang memabukan, setiap gesekan jari joko dalam vaginanya membuat saraf sarafnya meregang nikmat, sumini mendaki puncak nikmat itu dengan bantuan jari2 anaknya.

“kasian dia pasti ngaceng banget” bisik hati ibu joko yang mengira anaknya sedang memperbaiki letak kontolnya yang nekuk dalam celana. Kembali dia memperhatikan jendela kaca dan tetap siaga kalau kalau ada orang masuk. Dan.. Nikmat itu kembali membelainya.. Sesuatu yang licin.. Hangat.. Begitu nikmat keluar masuk di lubang peranakanya.

“iya pak bu sum di dalam”

ibu joko tersentak, itu suara bu minten, dan kemudian terlihat sosok pak lurah dari jendela kaca. Sontak sumini menutup pahanya dan menurunkan rok panjangnya menutupi kaki. Tapi ada yang mengganjal dalam vaginanya dan itu bukan jari jari anaknya yang kini sedang mengelap jari tangan di celana yang dipakainya.

“astaga.. Apa yang ada dalam tempekku” jerit ibu joko dalam hati, panik mulai menyerangnya tapi dilihatnya joko tenang tenang saja seolah tak terjadi apapun.

“wah maaf lho bu sum sudah lama nunggu, ada survey PNPM td, rumah mbah noko dapat bantuan” kata pak lurah sambil menyalami kedua tamunya.”kamu gak sekolah jok? Libur tah?” Tanya pak lurah pada joko.

“libur pak, ada rapat guru guru” jawab joko.

“lho berkas berkas ini kenapa dibwa lagi bu sum, kan suratnya sudah jadi, bu sum tinggal tanda tangan saja” ucap pak lurah.

“siapa tau dibutuhkan pak..” jawab ibu joko yang masih panik dengan sesuatu di dalam vaginanya. Dilihatnya joko yang acuh tak acuh mengeluarkan hape dari kantongnya, dan mulai asyik dengan benda kecil itu.

Pak lurah mengeluarkan beberapa lembar kertas dan sebuah buku besar,

“bu sum tanda tangan disini.. Disini.. Disini” pak lurah menunjukan mana mana yang harus ditandatangani sambil menyodorkan pulpen. Sumini menerima pulpen itu dan mulai memberi tanda tangan di tumpukan kertas di depanya, baru juga satu tanda tangan dibubuhkan sebuah serangan dahsyat melanda vaginanya, getaran yang kuat dari sesuatu di dalam vaginanya membuatnya terhentak saraf saraf yang td tertunda klimaxnya menggeliat mendapat jalan menuju puncak itu.

“bu.. Bu sum sampeyan sakit?” tanya pak lurah bingung melihat tingkah sumini. Sumini diam tak menjawab, matanya terpejam, getaran benda dalam vaginanya mengantarkanya ke puncak orgasme yang aneh, saru dan memabukkan dibawah tatapan bingung kepala desa. Beberapa detik kemudian getaran dalam vaginanya mereda, tapi ganjalan karena sesuatu dalam vaginanya terasa menyesak, perlahan ia membuka mata menatap pak lurah wajahnya merah campuran antara malu dan puas.

“anu pak rematik di paha saya kambuh, jadi sakit sekali..” ucapnya beralasan sambil memijit pahanya di bawah meja, tanganya beralih ke paha anaknya dan mencubit paha joko kuat kuat karena gemes dan jengkel. Joko meringis menahan cubitan itu, walaupun sakit sekali dia yakin bekas cubitan itu pasti biru lebam.

“kalau dah selesai kita cepat pulang saja buk, daripada kenapa kenapa disini” ucap joko pura pura khawatir.

“oh iya.. Ya.. Ini tinggal beberapa yang perlu ditanda tangani, setelah ini surat suratnya bisa dibawa pulang” ucap pak lurah yang benar benar kuatir melihat kondisi sumini yang terlihat lemas. Ibu joko kemudian meraih pulpen dan mulai menanda tangani kertas kertas di depanya. Suasana hening pak lurah juga hanya menunjuk bagian yang harus di tanda tangani tanpa berkata kata, joko kembali tenggelam dengan hape butut ditanganya.

“tinggal ini bu, buat dokumen di kelurahan.” kata pak lurah sambil menyodorkan buku besar. Sumini menggeser buku itu dan menanda tangani di salah satu halaman ketika getaran itu datang lagi dan menggelitik vaginanya. Jarinya bergetar tanda tangan terakhir itu jadi tak karuan. Rasa geli di vaginanya tak tertahankan, seakan ada benda hidup di vagina nya, bergetar dan menggeliat di peranakanya.

“bu sum kambuh lagi ya?” tanya pak lurah antara kuatir dan heran dengan perubahan ekspresi wajah sumini, sudah 20 tahun ia berumah tangga, ia ingat betul ketika istrinya terpuaskan birahinya maka ekspresi itulah yang muncul.

“i.. iya pak .” jawab sumini terbata bata sambil memejamkan matanya, rasa geli itu tak tertahankan. Nikmat yang aneh dan seumur hidup baru kali ini sumini merasakan. Pak lurah membereskan kertas di mejanya dan memasukkan surat surat di dalam map, antara kuatir dan takjub janda cantik didepanya ini diam diam membangkitkan birahinya.

“sudah selesai bu sum, ini surat suratnya didalam map” kata pak lurah.

“biar saya yang bawa pak” kata joko sambil mengambil map yang diangsurkan ke ibunya.

“joko papah ibuk ya sakit sekali kaki ibuk” kata sumini sambil berdiri, dapat dirasakanya ada cairan hangat mengalir melewati pahanya.

“mas joko ambil motornya saja biar bapak yang bantu ibu.”tawar pak lurah. Joko sejenak memandang ibunya meminta persetujuan, ibunya mengangguk setuju meski berat joko beranjak juga keluar.

“mari bu saya bantu” kata pak lurah sambil meraih pinggang sumini, alasan menyuruh joko sebenarnya memang pak lurah ingin dekat dengan janda bohay yang sering jd buah bibir karena kecantikanya. Perlahan sumini melangkah getaran itu berhenti sekarang tp sesuatu didalam vaginanya seakan tergesek gesek menimbulkan sensasi baru yang membuat saraf sarafnya bergetar nikmat, ia juga tak berani membuka kakinya lebar2 karena takut benda nikmat di vaginanya jatuh, walaupun sebenarnya sumini yakin benda itu tertanam dalam dan terjepit kuat vaginanya.

Baru juga tiga langkah kaki sesuatu dalam vaginanya bergetar lagi. Sumini melenguh tubuhnya menggigil tangan kirinya merangkul erat tubuh pak lurah.. Dan serr.. Serr… Orgasme keduanya datang dan melemaskan sendi sendi kakinya. Sebagai laki laki matang pak lurah sadar apa yang dialami janda bohay itu adalah bukan karena sakit.

Dengan takjub dipandangnya wajah cantik berkerudung, titik titik keringat nampak membasahi kening dan ujung hidungnya yang bangir, mata yang sayu, bibir yang setengah terbuka.. Insting laki laki pak lurah menjadi liar tangan kananya yang merangkul pinggang bergerak ke atas dan meremas lembut susu sumini.

Sumini melenguh, sentuhan itu terasa seperti ombak yang menghantam tegak karang puting susunya, ia tenggelam dalam lautan birahi tanpa menghiraukan apa dan dimana.

“aduh bu sum knapa?” suara kuatir dari bu minten bagai petir di siang bolang, sontak pak lurah menarik tanganya dari susu janda bohay tersebut.

“pahanya kena rematik bu, jadi sakit kalau dibuat jalan” kata pak lurah menjelaskan dengan kikuk dan canggung.

“oalah kok bisa encok di kaki, sini saya bantu” dengan sigap bu minten memapah sumini, dengan tertatih tatih akhirnya sampai juga didepan pintu dimana joko sudah menunggu dengan motornya.

Sumini lega sekali ketika pantat basahnya sudah duduk diatas motor, getaran dalam vagina itu kembali menggelitik merangsang saraf saraf dalam vaginanya yang semakin sensitif karena sudah 2 kali orgasme.

“trimakasih pak bu, maaf sudah merepotkan, saya pamit dulu” ucap sumini lemah.

“iya hati hati, mas joko pelan pelan saja motornya ya” jawab pak lurah.

“iya pak.. Mari” jawab joko, motornya kemudian berjalan lambat menyusuri jalan desa, ibunya di belakangnya merangkul erat pinggangnya tanpa berkata kata hanya sekali kali geliatan lembut dan rintihan pelan terlontar. Jalan yang bergelombang membuat sesuatu dalam vaginanya seperti hidup, benda dalam vagina itu berhenti bergetar hanya sebentar kemudian mulai bergetar lagi, sumini mendesah.. Menggelinjang.. Begitu geli.. Begitu nikmat.. Jalanan itu sepi dan sumini tak perduli lagi.. Itilnya yang mengeras menuntut sentuhan digosok gosoknya dan melepaskan orgasme ketiganya.

“aucchh…” desahnya keras. Joko merasakan jari jari ibunya mencengkram perutnya.

“hehe..“joko tertawa kecil sambil nyengir kuda. Selang tak berapa lama motor nya sampai di halaman rumah, ibu joko segera turun dan bergegas masuk rumah.. Apapun dalam vaginanya dia tak perduli. Dia hanya ingin berbaring di kasurnya yang empuk. Tubuhnya lelah. Sumini memejamkan matanya berbaring terlentang dengan kaki terbuka lebar. Tak lama kemudian joko masuk. Ibunya begitu menggoda dengan pakaian lengkap dan kerudung tapi kaki ter pentang lebar. Perlahan joko mendekat dan menyingkap rok ibunya sampai ke perut. Terlihat aliran dari lelehan cairan kewanitaan ibunya disebelah dalam paha mulus ibunya. Mulut joko tampak tersenyum ketika melihat benda mirip ujung balon keluar dari mulut vagina itu. Diraihnya dan dengan perlahan ditariknya benda itu yang ternyata molor terbuat dari karet, terdengar dengung dan getar lembut, agak panjang juga karena seret terjepit vagina gemuk ibunya, ternyata karet itu membungkus benda merah yang terus bergetar.

“ploppp..” akhirnya keluar semua benda itu yang ternyata hape kecil milik joko yang terbungkus kondom rangkap 2, kondom itu joko beli di apotek saat keluar bersama dirgo, joko heran juga dia mengerjai ibunya hanya pas di kantor kelurahan, dengan menelpon hape dalam vagina itu yang sudah dia set getar bila ada panggilan. Penasaran joko merobek kondom pembungkus hape,

“asem ternyata murni, dasar cewek gatel bikin gatel tempek ibuk” kata joko dalam hati. Joko meletakan hapenya di meja kcil sbelah ranjang, ibunya masih berbaring, mata terpejam, dan vagina terbuka merah basah, joko melorot celananya, melemparkanya ke lantai, kontolnya mengangguk angguk merasa bebas karena sesak ngaceng dalam celana.. Joko naik dan langsung menindih ibunya, kontolnya seakan bermata mencari lobang nikmat dan “zleebb” to be continued

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu