2 November 2020
Penulis —  humek88

Ibu Kosku Istimewa

Hari ini adalah hari minggu, enggan sekali rasanya beranjak turun dari kasur setelah semalaman menghabiskan waktu untuk bersenang senang. Apalagi dua orang teman kosku sedang ada keperluan magang diluar kota. Namaku Miko, aku seorang mahasiswa semester 8 yang sedang merantau ke kota kembang, tujuanku kesini adalah untuk menimba ilmu disalah satu kampus favorit bagi banyak mahasiswa.

Waktu menunjukan pukul 10 pagi, matahari sudah lama menampakan sinarnya namun badan ini rasanya susah sekali diajak berkompromi, padahal hanya untuk sekedar bangun dan berbenah diri. Dikota ini aku kos, disebuah rumah sederhana dengan empat kamar dimana 3 kamar untuk anak anak kos dan 1 kamar untuk ibu kos dan seorang balita berusia tiga tahun satu bulan.

Samar terdengar suara sesorang sedang menggosok gosokan kain pel kelantai, kutahu itu pasti Teh Nini, Ibu Kosku yang istimewa. Selain kedua teman kosku tadi, ada satu hal yang membuatku lebih merasa nyaman untuk tinggal disini, yaitu Ibu Kos. Ya, Ibu Kos. Seorang wanita separuh baya berusia 37 tahun.

Pribadinya sangat baik kepada anak anak kos, ia sangat perhatian dalam mengurus kami. Bicara soal penampilan, penampilan Teh Nini cenderung manis, kulitnya putih langsat khas Sundanese namun tidak ada yang spesial dari tubuhnya, payudaranya sudah sedikit kendor dan ada sedikit lipatan diperut karena lemak, ya mungkin saja faktor usia.

Mendengar Teh Nini sedang mengepel diluar, menjadikanku teringat kembali akan kenangan empat tahun silam. Sebuah kenangan yang cukup membuatku merasa iba sekaligus kenangan yang menjadikan Teh Nini begitu istimewa bagiku.

***

Saat itu tepat hari sabtu malam empat tahun silam, ketika aku baru satu bulan menempati kos ini, waktu itu aku masih sendiri dan belum ada dua teman yang menempati kos tersebut. Pukul 10 malam sepulang dari acara ospek kampus, aku merebahkan kedua kakiku disofa ruang utama sembari melepas penat. Samar samar terdengar suara isak tangis dari dalam kamar, yang kusadari itu berasal dari kamar Teh Nini.

Teh ini Miko teh

Eh ya mik kenapa? Teh Nini menjawab sambil terisak isak.

Teteh kenapa? Miko boleh masuk ya?

Lalu Teh Nini membiarkanku masuk kedalam kamarnya. Kulihat dia sedang duduk sendirian ditepi ranjang tempat tidurnya sembari mengusap air mata yang tumpah dipipi. Memang sebelumnya aku sama sekali tidak tahu bagaimana kisah hidup Teh Nini hingga ia setiap hari hanya sendiri tanpa ada suami atau anak yang menemaninya.

Akhirnya kutanyakan padanya perihal dirinya yang tersedu sedu menangis dimalam hari itu. Ia pun seolah tak tahan menahan besarnya gejolak yang ada dalam dirinya sehingga ia mau menumpahkannya dengan bercerita kepadaku. Singkatnya, dari cerita yang kudapat ternyata Teh Nini adalah seorang janda yang sudah tiga tahun diceraikan oleh suaminya, ia diceraikan karena suaminya menganggap Teh Nini tidak dapat memberinya keturunan setelah sepuluh tahun pernikahan mereka.

Kini setelah tiga tahun perceraiannya dengan sang suami, Teh Nini masih saja sendiri padahal suaminya sudah menikah dengan seorang gadis muda dan kini dikaruniai seorang bayi laki laki. Disinilah pertanyaanku mulai terjawab. Bermula dari chat BBM yang masuk dikontak Teh Nini, datangnya dari sang mantan suami.

Ia mengirimkan sebuah gambar bayi yang baru saja lahir dan sedang dalam dekapan pelukan seorang wanita. Setelah gambar itu dikirimkan, lelaki itu mengirim sebuah pesan yang berisi bahwa tuduhan Teh Nini selama ini kepada dirinya adalah salah besar. Ia pun memaki Teh Nini dengan sebutan mandul, ia menumpahkan kemarahan masa lalunya saat itu juga dan ia merasa bangga karena kenyataannya bukan dirinya yang tidak subur melainkan Teh Nini.

Terlihat Teh Nini kembali menangis kencang setelah bercerita dibagian itu. Akupun mengelus dada mendengar cerita tadi, kudekatkan dudukku disebelah Teh Nini, ia meminta maaf padaku karena mendengar cerita yang ia anggap sebagai aib pribadi itu. Kubilang padanya tak mengapa, dan kini ia sandarkan kepalanya dibahuku sembari mengusap air mata.

Setelah beberapa saat dikamarnya, aku yang miskin akan pengalaman hidup ini mencoba sebisa mungkin menenangkan hatinya. Kubilang mungkin ini adalah jalan Tuhan, manusia kan hanya bisa menerima apa yang sudah digariskan olehNya. Teh Nini pun sedikit merasa baikan, ia berterima kasih padaku dan lantas menyuruhku untuk mandi karena bau keringatku yang semerbak tak sedap itu ternyata cukup mengusik Teh Nini.

Miko… temenin teteh tidur ya pinta Teh Nini kepadaku.

Glek, ludahku tertelan. Aku merasa sedikit bingung akan maksud dari Teh Nini, kucoba bertanya kembali.

Mmmmaksudnya Miko tidur dikamar teteh gitu?

Iyaaa kamu bobok sini ya, gatau kenapa malem ini teteh kok merasa takut tidur sendiri

Akhirnya kuiyakan saja permintaannya, toh dikamarnya juga ada sofa jadi aku bisa tidur disofa itu nanti. Segera ku keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan peluh keringat dan kotoran sisa penjajahan di kampus tadi. Air malam itu sungguh dingin, namun mau bagaimana lagi akupun tak mau meninggalkan aroma yang tak sedap dikamar Teh Nini yang wangi dan rapi itu.

Setelah kubersihkan semua badanku, akupun segera bergegas menuju kamar Teh Nini. Ngantuk dan capek sekali badan ini, ingin rasanya segera memejamkan mata mengistirahatkan tubuh. Kuketok pintu kamar, dan ku masuk kedalam. Tampak Teh Nini sedang duduk disofa mengaduk aduk dua cangkir minuman yang ia siapkan untuku.

Mata sudah semakin susah diajak kompromi hingga saatnya aku pamit hendak tidur sofa. Namun, justru jawaban mengejutkan yang aku dapatkan. Teh Nini malah memintaku untuk tidur satu ranjang dengannya. Akupun mengatakan bahwa tidak mengapa jika aku tidur disofa, namun Teh Nini seperti ada tujuan lain sehingga membuatku mengiyakan permintaannya.

Baru sejenak terlelap, perasaanku menjadi sedikit aneh. Aku tak tahu ini mimpi atau bukan, namun seperti ada sesatu yang menggerayangi bagian paling sensitif bagi para pria punyaku. Aku masih memejamkan mata, namun sepertinya aku tersadar ini bukanlah sebuah mimpi. Kucoba merasakan apa yang sedang dialami kemaluanku malam ini.

Matakupun kubuka sedikit, mengintip apa yang sebenarnya sedang terjadi. Benar saja, kaget sekali kudibuatnya. Tampak sebuah kepala seorang wanita menghadap kebawah sedang mengulum penisku dengan lahapnya. Dengan hati yang berdebar, kucoba melirik kesamping, apakah itu Teh Nini atau makhluk lain.

Setelah kulirik kekanan dan kekiri ternyata Teh Nini tidak ada, lega rasanya. Namun, pertanyaan muncul kembali, apa yang dilakukan Teh Nini? Kenapa dia menyepong penisku saat ini? Aku menjadi semakin bingung. Birahiku semakin lama semakin memuncak seiring sepongan maut janda tak beranak itu. Tiba tiba saja badanku menggelinjang dahsyat, masih dalam posisi pura pura tidur aku merasakan spermaku menyembur keluar dari dalam penis.

Setelah mengenakan celanaku kembali, Ia beranjak dari ranjang dan sepertinya hendak menuju kamar mandi. Sekembalinya dari kamar mandi ia langsung beranjak tidur disebelahku. Ia miring kekanan dan aku pun dibelakangnya menatap tubuh wanita setengah baya itu dari belakang. Kuperhatikan daster katunnya sembari berpikir, apa yang membuat ia mengulum penisku seperti itu.

Lama kumemikirkan hal tersebut, justru membuat penisku menegang kembali. Mendadak ingin rasanya kusetubuhi Ibu Kos yang tidur didepanku ini. Akhirnya, akupun mendekati tubuh Teh Nini. Dalam benakku kalau saja ia tahu aku macam macam dengannya, akupun bisa beralasan kalau ia yang memulainya terlebuh dahulu.

Kupelorotkan kembali celanaku dan kini tampak penis keras yang sedang bergelantungan. Kurangkul pinggulnya dari belakang, lalu kudekap tubuhnya yang sedikit kendor itu perlahan. Kugesek gesekan penisku dibagian pantat Teh Nini. Oh, nikmatnya. Kini tangan kiriku bergerak keatas menuju payudaranya. Kuremas pelan pelan dari luar daster berbahan lembut itu.

Kenyal sekali susu ini, padahal masih terbungkus daster pikirku. Setelah ku remas remas payudaranya, kini tangan kiriku kuturunkan dan kuselipkan kearah selakangan. Clek, kudapati celana dalamnya sudah banjir oleh lendir, kugosok CD nya perlahan dan terasa sangat licin sekali. Kumainkan jari jariku dibibir vaginanya yang masih terbungkus.

Kemudian, selakangan itu nampak bergetar merasakan kegelian yang kusebabkan, dan seketika Teh Nini berbalik badan menghadapku dan segera melumat bibirku. Tanpa babibu ia mainkan lidahnya didalam bibirku dan akupun menyambut sapaan hangatnya. Tak kusangka ternyata Teh Nini belum tertidur dan ia justru menikmati perbuatanku sembari berpura pura tidur.

Ayoo Miko bugilin teteh sekarang!! pintanya kepadaku secara langsung tanpa pembukaan sedikitpun.

Segera kubangkit dari posisi tidurku dan kucoba singkirkan selimut yang mengganggu, langsung saja kulepas daster terusannya dari tubuh wanita 33 tahun itu. Setelah dasternya kulempar kelantai sekarang tampaklah tubuh yang tidak begitu kencang terbalut BH hitam dan celana dalam berwarna krem yang sudah basah kuyup dilanda lendir.

Kudorong tubuh Teh Nini dari depan, kini ia terjatuh diranjang dan aku berada diatasnya sedang menindih. Kubuka pengait BH yang ada dibelakang, dan kini mencuatlah dua buah gundukan besar berukuran sekitar 36B dari dalam sangkarnya. Payudara itu sempat bergelayutan kekanan dan kekiri dengan indahnya.

Kucoba arahkan kedua tanganku untuk menakupnya, tak kusangka kedua tanganku tak kuasa mencakup seluruh bongkahan besar itu. Kucengkeram kuat kuat, dan tampak Teh Nini melenguh menikmatinya. Kuremas remas payudara itu, kuberikan treatment dengan sentuhan jari jemariku. Terasa putingnya semakin mengeras, puting wanita dewasa itu mencuat dan ukurannya lebih besar dari punya pacarku yang masih ABG.

Kini tanganku bergerak menuju kebawah, sembari menyedot nyedot puting Teh Nini tanganku bergerilya menggosoki bibir vaginanya yang masih terbungkus. Kurasakan semakin lama semakin basah dan licin, akhirnya kuputuskan untuk menyudahi sedotanku diputingnya dan kini aku beranjak kebawah untuk melepas celana dalam krem yang masih ia kenakan.

Kini tampaklah sebuah vagina yang mengankang ditumbuhi bulu bulu kemaluan yang lebat dan berwarna hitam mengkilap. Langsung kurabai memek itu dan kurasakan betapa licin dan basah. Kusibakan jembutnya perlahan hingga dapat kusaksikan belahan bibir vagina berwarna kemerah merahan itu secara langsung. Tak menunggu lama kini aku segera daratkan lidahku ke belahan bibir selakangan itu.

Aromanya sangat kuat, mungkin ini bau khas dari tiap wanita yang berbeda beda, lendirnya asin persis seperti punya pacarku. Kujilati dengan cepat dan semakin lama semakin kasar. Kutemukan klentitnya tersembunyi disela sela bibir vagina, dan segera ku serang dengan menggigit gigit kecil klentit Teh Nini.

Teteh ga kuaaaat sayangggayo masukin aja sekaraaaanggg

Ku angkat wajahku dari memeknya, kini aku berdiri diatas ranjang, dan Teh Nini pun ikut berdiri dengan lututnya, ia menyapu penisku dengan ludahnya sekan memberi pelumas bagi penisku. Langsung saja Teh Nini berinisiatif untuk menungging didepanku. Tak lama langsung kuselaraskan posisi doggy style itu dan perlahan kudaratkan penisku dibibir vaginanya.

Kugesek gesek sebentar, dan sedikit demi sedikit ku-amblaskan tongkat saktiku kedalam liang kenikmatan. Awalnya, sedikit macet penisku dibuatnya. Teh Nini pun berkata bahwa semenjak bercerai dengan suaminya ia belum pernah sekalpiun disetubuhi oleh orang lain, jadi maklum saja kini vaginanya terasa sempit kembali.

Setelah seperempat penisku tenggelam, kini akhirnya dapat kusodok juga memek berjembut lebat itu. Akhhhh.. Teh Nini mendesah keras ketika seluruh batang penisku amblas dilahap memeknya. Kudiamkan sebentar didalam, terasa kedutan kuat yang seolah menyedot penisku dari dalam. Kupegangi pinggul Teh Nini dengan kuat, lalu kugoyang memeknya maju mundur dengan tempo semakin lama semakin cepat.

Plak.. PlakPlak bunyi keras muncul akibat tumbukan paha kami berdua. Tampak dari atas kupandangi terdapat selulit yang melingkari pinggulnya, yah kuatahu itu adalah lemak Teh Nini karena ia jarang berolahraga. Tak jadi masalah, toh masih enak gini memeknya kusodok sodok. Keringatku bercucuran, lima menit sudah kami bergoyang dalam posisi menungging.

Akhirnya kurasakan kedutan yang semakin luarbiasa muncul dari dalam vagina Teh Nini, seketika itu menyemburlah cairan hangat dari dalam vaginanya dan mengguyur habis penisku yang masih tertancap didalam. Teh Nini orgasme, ia melenguh lenguh dan mendesah sembari tangannya meremas remas payudara yang sedang menggantung bebas itu.

Uuuhh aaaaachhhh genjot terus Mikooo. hamilin teteh sekaranggggg.

Tak ingin kehilangan momen akupun menaikan RPM genjotan, bunyi gesekan paha kami semakin kencang dan semakin membuat birahiku sampai diubun ubun, dan akhirnya.

Aaaaaachhhh.

Jebol sudah pertahananku, tubuhku menggelinjang untuk kedua kalinya, kusemprotkan spermaku kedalam vagina Teh Nini. Ia menoleh kebelakang menghadapku dan tersenyum manis.

Makasih Miko teteh puas banget malam ini. Kata Teh Nini dengan lembutnya.

***

Ingatan ingatan tadi justru membuatku jadi terangsang, penisku yang hanya terbungkus kolor basket itu mendadak mengeras. Lalu kuputuskan untuk bangkit dari tempat tidur, sejenak bercermin akupun keluar membuka pintu kamar. Kukejutkan dan kupeluk Teh Nini dari belakang dan segera ia berbalik menatapku.

Idih baru bangun udah nakal Kata Teh Nini sembari mencubit hidungku.

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu