2 November 2020
Penulis —  dhsemprot

Gairah Di Kebun Karet

Penulis: Dhsemprot

Silahkan dinikmati gan sensasi incestnya. monggo praktekan dirumah, resiko dan dosa tanggung sendiri. selalu ada hukum bagi setiap tindakan pidana berhati-hatilah. jangan lupa komennya gan!!!

Bagian 1

Semenjak suaminya dipenjara, Sarmi terpaksa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Beruntung ia masih memiliki beberapa bidang kebun karet untuk menjadi tumpuan hidup. Sehingga masih mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Saat ini memasuki tahun kedua semenjak suaminya Arifin menjalani hukuman, ia didakwa dengan pasal 78 undang-undang No 41/1999 tentang penebangan liar (ilegal loging) dan di ponis hukuman 3 tahun penjara. Sebagai wanita muda, berpisah sedemikian lama dengan sang suami terasa amat berat baginya. Selain harus banting tulang sendiri, ia juga merasa sangat kesepian dan membutuhkan seorang lelaki disampingnya.

Seperti biasa, pagi itu ia kembali berangkat menyadap karet bersama ayahnya. Kebun mereka memang bersebelahan, Sehingga setiap pergi slalu berangkat bersama. Keberadaan sang ayah terasa sangat membantunya. Ia slalu membantunya begitu telah selesai menyadap kebun miliknya. Sehingga menjelang tangah hari mereka sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Namun pagi itu baru saja mereka memulai menyadap, tiba-tiba saja hari mendung lalu turun hujan dengan lebatnya. “Mi… hujannya lebat, ayo berteduhlah dulu”. Panggil Abu Samah kepada sang anak. Lalu keduanya segera berlindung di bawah sebatang pohon besar yang tak begitu jauh dari tampat mereka. Curah hujan yang turun begitu deras disertai angin kencang, membuat keduanya harus berlindung dibalik pangkal pohon yang besar.

Sang ayah menarik Sarmi kedekatnya ketika dilihatnya tempat dimana putrinya berteduh mulai dicucuri air hujan. Namun tak lama kemudian tempat dimana mereka berlindungpun mulai menetes. Ia menarik tubuh sang putri agar lebih dekat kearahnya dan memeluknya. Cuaca yang begitu dingin terasa sedikit hangat ketika tubuh keduanya berdekapan.

Seketika kembali muncul rasa iba dihatinya mengingat nasib sang putri. Diusianya yang masih begitu muda, sudah harus merasakan kesusahan hidup. Semenjak suaminya dipenjara ia terpaksa harus membanting tulang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Berulang kali ia dan istrinya mengingatkannya agar tidak bekerja dan tinggal saja bersama mereka.

Tubuhnya terlihat agak kurus. Kulitnya yang putih bersih tampak pirang terkena sinar matahari. Namun kecantikannya yang alami tetap terpancar diwajahnya. Payudaranya yang sekal terlihat kencang, tubuhnyapun terlihat lebih tegap dari sebelumnya.

Hujan masih turun dengan deras, curahannya seperti tak putus-putusnya turun dari langit. Kilat sesekali menyembar di iringi gledek membuat ayah dan anak itu bepelukan dengan erat. Pakaian keduanya mulai basah, cuaca terasa begitu dengin mencucuk tubuh. Berduan ditempat yang sepi seperti itu dengan tubuh yang mengigil kedinginan, membuat Abu Samah birahi.

Hal yang sama ternyata dirasakan oleh Sarmi. Pelukan sang ayah terasa begitu hangat ditubuhnya. Telah lama ia tak merasakan pelukan seperti itu. Ia berhayal, andai saja yang memeluknya saat ini bukan ayahnya, tentu semua akan berbeda. Namun ia berdebar-debar ketika merasakan kontol sang ayah menyentuh pantatnya.

Semenjak suaminya dipenjara ia memang kerap merasa kesepian. Sebagai wanita normal ia membutuhkan seorang lelaki sebagai tempat pelampiasan birahinnya. Gesekan kontol sang ayah dipantatnya membuat pikirannya tak menentu. “Dingiiinnn Mi??” Tanya sang ayah sembari mempererat dekapannya. Tangannya yang sebelumnya hanya melingkar dipinggang, kini menyilang diatas payudara Sarmi dan merabanya.

Lama tak tersentuh lelaki membuat birahinya mulai terpancing, napasnya memburu. Namun pikirah sehatnya menolak untuk melakukan itu. Tak pernah terpikir olehnya untuk bersetubuh dengan ayah kandungnya tersebut. Ia mencoba berontak dari pelukan sang ayah tapi ia kalah tenaga. Kesempatan itu dimanfaatkan ayahnya melumat bibirnya dengan panas.

Namun ketika tangan sang ayah menyusup kebalik celana dalam dan mulai bergerak liar klitorisnya perlawanannya mulai menurun. Ia hanya pasrah ketika sang ayah menyadarkan tubuhnya dibatang pohon dan mencumbunya dengan panas. Celananya dilepas dan sang ayah menciumi memeknya dengan penuh napsu. “yaahhhh…”

Lidah ayahnya bergerak liar menjilat memeknya yang basah. Cairan memeknya diserubutnya tak bersisa. “Udah yah… udahhhh… nanti… ada orang lewatttt” ucapnya terbata.

Abu Samah menghentikan aksinya. Lalu mengajak sang putri kepondok mereka yang memang cukup jauh dari situ. Sementara hujan masih turun dengan deras. Namun ayah dan anak yang lagi dilanda birahi ini tak lagi peduli degan pakain mereka yang basah. yang ada dalam pikiran mereka saat itu hanyalah keinginan untuk bersetubuh.

Begitu sampai dipondok keduanya langsung bergumul dengan panas. Keduanya tak lagi ingat status mereka sebagai ayah dan anak. Keduanya berciuman dengan panas, saling hisap dan bertukar ludah. Pakaian Sarmi satu-persatu lepas dari tubuhnya. Ciuman sang ayah lalu beralih keleher terus turun kepayudaranya.

Puas bermain dengan payudaranya, ciuman ayahnya turun kepusarnya lalu ke selangkanganya. Memeknya yang basah dijilatinya dengan rakus. Cairan yang keluar dari memeknya diserubut sang ayah tanpa rasa jijik sedikitpun. Lidahnya bergerak liar menjilati klitorisnya. Sarmi menggelepar bagai cacing kepanasan.

Setelah melepaskan pakaiannya, Abu Samah langsung menindih tubuh Sarmi. lalu menuntun kontolnya memasuki liang memek putri itu.

“Ohhh yaahhhh… gede banget”.

Sarmi mengerang ketika kontol sang ayah memasuki liang kewanitaannya. Kontol ayahnya terasa begitu menganjal dimemeknya membuatnya napasnya terasa sesak.

Abu Samah mendiamkan kontolnya beberapa saat menikmati hangatnya liang kewanitaan putrinya itu. lalu mulai mengerakkan kontolnya keluar masuk di dalam memek sang putri. Sarmi membalasnya dengan memutar pinggulnya kekiri dan kekanan menyambut sodokan kontol sang ayah dimemeknya. Kontol ayahnya terasa begitu pas mengesek dinding rahimnya.

“Oww… yahhhh… masuin yang dalam yahhhhh… iya disitu… ohh nikmat banget… yahhh…” erangnya.

Cukup lama mereka bersetubuh, bergumul dengan panas. Keringat bercucuran dari tubuh keduanya. Hingga akhirnya Sarmi merasakan sesuatu yang nikmat mengumpul dipangkal rahimnya. Tubuhnya serasa melayang.

“Ohhh yahhhh… aku tak tahan… aku sampaiiii …” desahnya. Ia mendekap sang ayah. Pinggunya berputar liar memburu kontol ayahnya.

“Tahan sayang… ayah juga mo keluar” jawab ayahnya sembari mempercepat kocokannya.

“Yahhhh… ohhh, yahhhh… aku sampaiii” erangnya.

“Ayah juga… sayang, oohhhh” rintih Abu Samah.

Lalu tubuh keduanya mengejang. Sarmi memejamkan matanya ketika kontol sang ayah terasa menujah lebih dalam dirahimnya lalu melepaskan spermanya disana. Terasa hangat sperma sang ayah dirahimnya, lalu keduanyapun terkulai lemas tak bertenaga.

Bersambung…

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu