2 November 2020
Penulis —  Mbahghepenk

Gairah dari balik gorden

SUDAH dua minggu belakangan Rahayu, 35, bolak-balik ke sebuah rumah sakit (RS) swasta di kotanya. Semua berawal ketika sang suami mengalami kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan pulang dari kantor.

Meski mengalami patah kaki serta mendapat jahitan di beberapa bagian tubuh, lelaki yang selama 15 tahun menjadi pasangan hidupnya itu cukup beruntung, karena kondisinya bisa saja jauh lebih buruk. Apalagi jika melihat kondisi motornya yang hancur.

Rahayu akui, memang sedikit merepotkan karena harus membagi waktu antara menjaga sang suami dengan mengurus rumah serta kedua putrinya. Malam hingga pagi hari di RS, sisanya di rumah. Dia bersyukur mereka sudah cukup dewasa untuk ditinggal dan mau bantu mengurus rumah.

Seperti malam-malam sebelumnya, Rahayu kembali menginap di RS untuk menjaga sang suami.

Sekilas tentang kamar rawat itu. Ada 4 ranjang dalam kamar itu, masing-masing dipisahkan oleh gorden yang dapat ditarik dan menutupi ranjang lainnya. Fasilitas adalah sebuah lemari kabinet di sebelah ranjang, TV yang menggantung dari langit-langit di kaki pembaringan, serta 2 kamar mandi yang dapat digunakan bersama oleh para pasien.

Balik pada Rahayu. Selepas isya sang suami kembali mendapat pemeriksaan rutin, diikuti pemberian obat, setelah itu waktunya membersihkan diri. Rahayu bisa saja minta bantuan suster jaga. Hanya saja dia merasa tak rela jika wanita lain memandikan suaminya.

Usai memandikan suami dan membaringkannya di ranjang, Rahayu pun mengobrol dengan ayah dari kedua putrinya itu. Saat itulah tiba-tiba saja sang suami meminta sesuatu padanya sambil berbisik, “eh Mi. Udah sebulan neh. Abi lagi pengen nih. Kita gituan yuk.”

“Ih Abi apa-apan sih. Lagi sakit juga,” protes Rahayu, ikut berbisik. “Nanti aja napa di rumah. Tinggal 3 hari lagi juga.”

“Ayolah Mi. Yang ‘itu’ kan sehat. Abi udah nggak kuat nunggu 3 hari lagi.”

Rahayu akui, memang sudah sebulan mereka tak berhubungan intim. Dia sangat paham, sang suami memang memiliki gairah yang cukup tinggi. Syukur pendampinng hidupnya itu tidak pernah melampiaskan ke wanita lain. Setidaknya sepanjang yang dia tahu.

Sebagai istri, Rahayu sendiri tidak pernah merasa kewalahan melayani gairah sang suami. Kecuali saat ‘datang bulan’, dia tak pernah sekalipun menolak disetubuhi. Toh dia juga menikmati.

Tapi malam itu mereka tidak sedang berada di rumah. Okelah seperti kata sang suami, ‘bagian itu’ sehat-sehat saja. Dia juga tidak perlu khawatir dengan para suster. Mereka tidak pernah mengunjungi kamar kecuali dipanggil atau ada hal darurat.

Hanya saja di kamar itu, dia dan suami tidak cuma berdua. Ada satu pasien lagi yang baru masuk kemarin. Andai sang suami meminta sebelumnya, dia pasti takkan menolak.

“Tutup aja gordennya,” suami Rahayu menjawab kekhawatiran. “Maennya jangan berisik.”

Iya sih mereka bisa menutup gorden. Rahayu juga yakin bisa menahan suara supaya tidak berisik. Meski begitu dia tetap ragu. Namun suaminya terus membujuk, membuat wanita itu merasa tidak tega. Dia pun menawarkan sebuah kompromi.

“Gimana kalo Umi sepongin aja. Nanti kalo udah di rumah baru Umi kasih.”

Tawaran Rahayu disambut sukacita. Sebelum itu, dia tak lupa menarik gorden menutupi ranjang perawatan. Tak lama, dia terlihat duduk di kursi di sebelah pembaringan, asik menjilati, mengisap, serta mengulum kontol sang suami.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu