31 Oktober 2020
Penulis —  chintyasasa

Diintip Kakak

Perkenalkan namaku Nisa, umurku 22 tahun. Saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota j, semester 6. Di kota j, aku dan kakakku mengontrak sebuah rumah dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dan dapur. Sebagai gambaran, aku berkulit kuning langsat (masih keturunan tionghoa), tinggiku 164 cm dan berat 63 kg dengan ukuran bra 34B.

Sejujurnya aku akui kalau aku mempunyai sifat aneh yang mungkin jarang dimiliki wanita yang seusia denganku. Yah boleh dibilang aku “beda” dengan perempuan kebanyakan. Aku mempunyai sifat suka mempertunjukkan bagian-bagian tubuhku kepada orang lain, khususnya laki-laki. Hal ini sudah kualami sejak aku berumur 18 tahun, waktu itu aku masih semeter 1.

ceritanya aku baru pulang kuliah. sekitar pukul 4 sore, sesuai dengan kebiasaanku, setelah meletakkan tas, aku mandi. Tiba-tiba selintas aku melihat kelebat bayangan di celah pintu kamar mandi yang retak kecil sepanjang sambungan papannya. Rasanya ada yang mengintipku. Tapi siapa? Bukankah di rumah hanya ada Kakakku.

Diakah? Ah, mungkin hanya kebetulan. Aku kembali meneruskan kegiatan mandiku. Kubersihkan seluruh tubuhku. Kugosok bagian-bagian tubuhku. Aku gosok dan remas buah dadaku untuk menghilangkan kotoran dan keringatku. Aku juga membersihkan ketiakku. Tiba-tiba aku melihat bayangan yang berkelebat kembali.

Kupikir, ini pasti Kakakku. Tetapi hendak apa dia? Apakah dia sedemikian ngebetnya ingin buang air hingga menantiku dengan tidak sabarnya? Aku segera menyelesaikan mandiku, agar kakakku dapat segera menggunakan kamar mandi yang sedang kugunakan. Kemudian aku bergegas keluar ke kamarku untuk ganti baju.

Hari kedua

Pada pukul 4 sore aku kembali mandi sesuai dengan rutinitasku. Sebenarnya aku sudah melupakan peristiwa kemarin hingga kelebatan sosok orang yang mengintip di pintu itu kembali kulihat. Aku jadi berpikiran erotis. Apakah kakakku senang melihatku mandi? Aku lantas membayangkan seseorang yang senang mengintip orang lain mandi.

Aku mengelus kudukku. Ada semacam perasaan birahi yang menyelinap. Aku menjadi terangsang. Aku ingin menggoda kakakku. Aku akan memamerkan lekuk-lekuk tubuh indahku kepadanya. Aku akan sengaja berlama-lama mandi. Aku merasakan semacam nikmat birahi saat orang lain menonton tubuh telanjangku. Apakah ini yang sering disebut sebagai ‘exhibitionist’?

Kini yang kuperhatikan adalah celah pintu kamar mandi di bagian bawah. Dari situ akan nampak bayangan yang lebih jelas seandainya ada orang berdiri di depan pintu. Dan jika belum berpengalaman, maka orang tersebut tidak akan merasa bahwa kehadirannya di pintu itu akan diketahui oleh orang yang berada di dalam kamar mandi.

Pelan-pelan, dengan penuh perasaan aku membersihkan leherku dengan tangan. Kubersihkan kudukku dengan menyabuninya. Kubayangkan betapa ketiakku begitu terpampang lebar untuk dinikmati oleh mata kakakku. Kemudian dengan perlahan, kucuci kedua ketiakku itu, menyabuni dan menggosoknya. Aku bergaya seakan hidungku berusaha mengendusnya untuk mencek bahwa ketiakku sudah wangi.

Dan akhirnya benar. Kulihat kini bayangan kaki itu kembali. Aku tahu persis, itu memang kaki kakakku. Dengan tanpa sengaja, berarti aku sudah mengamati kedua kakinya yang lincah itu. Kaki itu diam saja dan tenang. Pikirku, saat ini pasti mata kakakku sedang terpaku menatap ketiakku. Diam-diam perasaanku mulai merinding karena birahiku yang telah lebih menyeruak ke dalam perasaanku.

Tanganku beralih ke buah dadaku. Kuambil sabun dan kugosokkan ke buah dadaku, yang tentunya akan sangat menarik pandangan kakakku. Busa sabun tersebut menutup sebagian buah dadaku. Biasanya hal ini akan membuat penasaran bagi siapapun. Sengaja kubiarkan kubiarkan hal ini, kemudian jari-jariku mulai mempermainkan puting susuku.

Aku pilin-pilin hingga wajahku sedikit menyeringai. Berikutnya, kugosokkan sabun ke perut, kemudian juga ke pinggang dan pinggul. Aku berputar ke kanan dan ke kiri agar kakakku bisa menikmati keseluruhan tubuhku. Mataku kembali melirik pintu bawah kamar mandi dimana kaki kakakku masih nampak tidak bergeser dari tempatnya semula.

Seusai menyabuni buah dada, perut dan pinggang serta pinggulku, aku menyendok air untuk kusiramkan ke tubuhku. Sekali lagi kuputar tubuhku. Aku tahu, air yang menyiram dan mengaliri tubuhku akan membuatnya nampak bening dan mulus karena pantulan cahaya yang menerpa lekuk-likunya. Aku kembali berputar sambil sesekali membuat gerakan membungkuk.

Kembali kuintip kaki di balik pintu itu. Kubayangkan betapa “panas dingin” perasaan dan “dag dig dug” jantung kakakku. Kemudian kaki kiriku kuangkat agar bertumpu pada bibir bak mandi. Posisi ini membuatku membelakangi pintu. Kubayangkan betapa kakakku akan dapat menikmati mulus dan indahnya bokongku.

Bahkan saat kusengaja untuk sedikit lebih menungging lagi, analku yang bersih kemerahan itu akan langsung terpampang dengan leluasa ke arah pintu. Selintas aku merasa kasihan pada kakakku membayangkan betapa birahinya akan sedemikian tersiksa melihat bokong dan analku di depan hidungnya. Tentu saja, tidak lupa aku juga mencuci bokong dan analku.

Pertama, kugosok semua bagian dengan sabun hingga berbusa. Kemudian tangan atau jariku mengosok-gosok atau mengelus setiap bagian itu agar benar-benar bersih. Bahkan saat jari tanganku sampai ke anal, dengan lembut aku juga menusuk-nusukkannya. Kemudian kembali aku mengguyurnya dengan gayung air bak mandi hingga kembali pantulan cahaya erotis menerpa lekuk-liku paha, betis dan jari-jari kakiku.

Lama kelamaan aku terbawa oleh imajinasiku sendiri yang semakin mendorong gejolak erotis dengan sepenuh nafsuku. Saat aku melakukan ini semua, secara perlahan aku mendesah dalam bayangan kenikmatan birahiku. Saat kuangkat kaki kananku agar bertumpu pada bibir bak mandi, selangkanganku akan nampak terbuka.

Di dekat tepi celana dalamku, ada ‘tahi lalat’-ku yang cukup besar. Mulanya, kuanggap ‘tahi lalat’ ini mengganggu kecantikanku, tapi apa boleh buat. Tontonan selangkanganku yang terbuka ini pasti merupakan kesempatan yang telah ditunggu-tunggu oleh. Dia akan melihat selangkanganku lebih jelas dengan seluruh detailnya, termasuk kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Kembali kuguyurkan air ke kaki kananku. Dan kini saatnya untuk mencuci kemaluanku. Aku merasa perlu sedikit mendramatisir penampilan. Kuelus seluruh permukaan kemaluanku. Tanganku membelah bibirnya dan jari-jariku menggosok celah-celahnya. Dua jari kubenamkan-benamkan ke liang vaginaku untuk mengorek dinding-dindingnya hingga wajahku sedikit menyeringai.

Kuambil sabun dan kugosok agar mengeluarkan busa. Kemudian kuletakkan kembali sabun tersebut dan tanganku turun menyabuni vaginaku. Kusabuni keseluruhan permukaannya termasuk bulu-bulu halus di seputarnya. Kemudian tanganku mulai menyabuni bibir kemaluan dan kelentit. Kugosokkan sabun hingga busanya bertumpuk menutup vaginaku.

Lalu dengan cepat kusiram hingga kembali dengan jelas tampak kemaluanku. Selanjutnya kini kembali jari-jariku kumasukkan ke liang vaginaku. Kukorek-korek hingga busa sabunnya menumpuk dan kembali menutup lubang vaginaku. Semua hal tersebut kulakukan sambil wajahku menampakkan ekspresi sensual yang kumiliki.

Aku semakin tidak dapat membayangkan, bagaimana blingsatannya kakakku karena menyaksikan ulahku ini. Dan pada kuguyur seluruh tubuhku. untuk membilas ketiak, buah dada, puting, perut, bokongku, anus maupun vaginaku hingga aku yakin bahwa semuanya telah menjadi bersih. Kuambil handuk dari gantungan untuk mengeringkan tubuh.

Pintu kamar mandi telah tertutup. Kudengar kakakku bernyanyi-nyanyi kecil. Aku berjingkat mendekat ke depan pintunya. Aku mengintip dari celah yang sama dengan celah pengintipan kakakku saat aku mandi tadi. Kudekatkan mataku ke celah itu.

setelah menanggalkan semua pakeannya, Tangannya yang kini bergerak maju, mengambil sesuatu dari gantungan baju yang memang letaknya menempel di pintu itu. Tetapi, kakakku meraih bra dan celana dalamku yang karena lupa, masih tertinggal di kamar mandi. Celana dalam itu sudah kotor dan aku telah berganti mengenakan celana dalam lain yang masih bersih.

Yang membuatku lebih terkejut lagi adalah, dengan serta merta, celana dalamku yang bermotif bunga-bunga merah muda itu diciuminya. Dia tangkupkan ke hidungnya dan dengan matanya yang setengah tertutup, dia menghirupnya dalam-dalam selama bermenit-menit. Dia bolak-balik serta di gosok-gosoknya celana dalam kotor itu ke kemaluannya.

Bersambung

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu