3 November 2020
Penulis —  intelcorei5

Adikku yang

Ini cerita tentang hal yang seharusnya tak terjadi antara aku dan adikku. Aku punya adik, namanya Jessica, yang sekarang sudah bekerja sebagai pegawai bank, dan aku sendiri sekarang melanjutkan usaha yang telah aku jalani selama beberapa tahun ini.

Ketika aku masih SMP, dan Jessica masih SD, kedua orang tuaku bercerai karena papaku lebih memilih perempuan lain. Sehingga setelah itu kami hanya tinggal bertiga di rumah. Kemudian ketika Aku sudah SMA dan Jessica sudah SMP, mamaku menikah dengan pacarnya yang telah ia kenal selama hampir setahun. Namun aku tak rela jika laki-laki itu harus tinggal di rumah yang aku dan Jesica besar di situ.

Jessica karena masih SMP, dari hari kamis atau hari jumat sampai hari minggu, ia tinggal bersama papa kami. Dan dari hari senin sampai hari rabu atau kamis, ia tinggal bersama mama kami. Aku bersyukur, orang tua kami walaupun telah bercerai, masih tinggal di satu kota, sehingga kami gampang untuk mengunjunginya begitu pula sebaliknya.

Hubungan antara aku dan papaku yang telah membaik akhirnya memberiku rejeki yang cukup besar untukku saat itu. Rumah yang aku tempati sekarang adalah rumah dua lantai yang cukup besar yang berada di pinggir jalan besar, bukan berada di dalam gang. Papaku memberiku modal untuk membuka usaha warung internet yang pada saat itu sedang menjamur, dan wifi belum banyak tersedia di cafe-cafe.

Keseluruhan lantai satu aku gunakan untuk usaha warnet, sedangkan lantai dua aku gunakan untuk tempat tinggal. Dan akses ke lantai dua aku buat tertutup dan terkunci, sehingga hanya aku yang bisa naik ke lantai dua. Dan ada beberapa temanku dari sekitar rumah yang menjadi pekerja di warnet sebagai operator.

Jessica yang masih SMP, terkadang tak hanya bolak-balik tinggal dengan papa atau mama, namun terkadang ia juga tinggal bersamaku pada akhir pekan. Walaupun aku sedikit risih harus mengurusi anak perempuan yang masih SMP yang mana di lantai satu selalu ramai-ramainya, terutama oleh laki-laki penggila game online.

Ada yang membuat Jessica sulit untuk lepas dariku. Pertama, ia takut petir. Kedua, ia takut tidur sendiri.

Ya, semenjak kecil Jessica memang punya kamar sendiri. Namun, hampir setiap malam, terlebih lagi jika hujan lebat yang disertai petir, ia takkan segan-segan menggedor pintu kamarku, hanya untuk tidur denganku. Yang menjadi kebiasaannya ketika tidur adalah, setiap kali ia tidur, ia menanggalkan piyamanya hingga ia hanya mengenakan celana dalam.

Yang menjadi masalah adalah, aku yang sudah SMA ini tentu saja telah memiliki libido. Apalagi aku akui libidoku cukup tinggi. Adikku yang sedang mekar-mekarnya. Tubuhnya yang selalu terawat dan mulus, payudaranya yang telah tumbuh besar, dan pinggulnya yang elok. Gimana aku tidak nafsu. Namun aku hanya bisa menahan, karena dia adalah adikku.

Sering aku mendapati ia online di salah satu komputer di warnet, hanya mengenakan tanktop dan hotpants tanpa beha. Ia memang sering berpakaian seperti itu. Warnetku, tiap komputer tidak di batasi oleh kabin, hanya papan setinggi satu meter yang bisa dipindahkan. Dan pengguna juga duduk lesehan kalau menggunakan komputer.

Aku yang sedang berjaga melihat banyak laki-laki di warnet ini yang aku tahu hanya numpang nongkrong jadi mondar-mandir melewati komputer yang digunakan Jessica. Aku tahu maksud mereka. Itu yang mondar-mandir, belum lagi yang berhadapan dengan Jessica, kurasa mereka pasti curi-curi pandang. Dan saat itu Jessica hanya mengenakan tanktop putih dan hotpants pink, tanpa beha.

(sic…)

(kenapa yo?)

(kamu kenapa ga pake beha lagi?)

(panas yo)

(banyak yang liatin kamu tu sic)

(biarin aja, )

(kamu ya, dikasi tahu malah gitu)

(gpp, kan ada kamu yo)

(emangnya kamu mau, susu kamu nanti jatuh kalo sudah besar?)

(ga mau sih)

(pake beha gih)

(malas. sakit)

Semenjak orang-orang tahu kalau adikku sering online dengan penampilan begitu, warnetku jadi semakin ramai.

nnnn

Aku yang dari SMA memang suka berolahraga dan terus rutin berolahraga hingga aku menjadi mahasiswa sekarang ini, hasilnya aku memilik tubuh yang cukup menarik. Terutama olahraga angkat beban, chalisthenic, dan lari yang rutin enam hari seminggu. Dan berkat usaha warnet yang aku kerjakan dengan teliti, mengurusi keuangan dengan disiplin, dan tegas dengan para pekerja walaupun mereka temanku, akhirnya aku bisa membuka sebuah warung makan, yang memberikanku penghasilan lebih.

Namun yang menjadi godaan terbesarku adalah, adikku yang semakin sering tinggal bersamaku. Bahkan, ketika ia sudah memasuki SMA, ia malah pindah tinggal bersamaku.

Aku ga suka cara suami mama ngeliatin aku yo., Jessica mengaku padaku.

Kamu sendiri sih yang salah. Pakaian ngundang begitu. Suka ga pake beha lagi.

Aku pake beha kok kalo di rumah mama. Di rumah papa juga.

Nah, lalu ngapain sekarang ga pake beha?

Kalo sekarang kan ada kamu yo. Aku aman. Hehehe… sambil Jessica memelukku. Aku terbiasa dari kecil jika ia memelukku. Memang ia sering mengatakan kalau ia merasa aman kalau dekat denganku.

Malam itu hujan lebat. Penuh gemuruh petir. Warnet sudah kututup semenjak hujan mulai lebat tadi dan tidak ada pengunjung. Jessica menggulung dirinya di dalam selimut memelukku erat. Setiap kali petir menyambar, setiap kali itu juga ia terkejut dan memelukku semakin erat.

Lagi-lagi ia hanya tidur mengenakan celana dalam.

Udah sic, gapapa kok. Ada aku. Tenang ya sic., kataku.

Jessica hanya mengangguk dan memelukku semakin erat. Susunya yang cukup besar tergencet di badanku. Aku terpaksa merangkulnya agar ia tenang. Dan saat itu aku hanya mengenakan celana pendek tanpa celana dalam, seperti biasa saat aku tidur. Namun karena Jessica, penisku jadi tegang setegang-tegangnya.

Sic, kita kan udah besar. Aku ga masalah kalau ada petir kamu tidur sama aku. Cuma, apa ga bisa kalau kamu tidur pakai piyamamu. Kamu tidur begini, ngundang birahi aku loh. Kamu tu udah besar.

Biarin.

Loh kok biarin?

Biarin. Aku suka tidur kayak gini. Emang kamu ga suka liat aku begini?

Sic, aku ini kan abangmu.

Emang kenapa? Aku kalah cantik dan seksi ya ketimbang pacar-pacarmu yo?

JDERRR!!!

Petir malam itu semakin menjadi-jadi. Jessica semakin erat memelukku. Namun dalam perasaanku ada yang tidak beres. Aku beranjak dari kasur dan mengenakan celana training panjang.

Mau kemana yo?

Ngecek semua-semua, takut ada yang kenapa-kenapa.

Aku ikut… Jessica ikut beranjak dari kasur, mengikutiku yang akan keluar dari kamar.

Jangan. Kamu di kamar aja.

Ga mau. Aku takut.

Yaudah, tapi pakai piyama dulu.

Ga mau. Kan ga ada siapa-siapa.

Ngeyel nih.

Dengan sekenanya ia mengikutiku mengecek keadaan rumah, hanya mengenakan celana dalam. Susunya berguncang-guncang dengan seksi di setiap hentakan kakinya.

Di lantai dua dan balkon aman-aman saja. Sekilas aku melihat jam dinding. Pukul satu malam. Aku turun ke lantai satu, Jessica mengikutiku.

Di lantai satu, di dalam aku tak menemukan hal yang aneh. Namun perasaanku mengatakan ada yang tidak beres di luar. Jessica masih mengikutiku. Susunya makin terlihat seksi saja kalau ia telanjang dada di lantai satu. Aku melihat putingnya yang merah muda mengeras akibat sejuk yang masuk.

Aku membuka pintu depan dan keluar ke teras. Jessica menungguku di balik jendela. Aku ke samping kanan rumah, tidak ada hal yang aneh. Lalu aku ke samping kiri rumah, dan benar, aku mendapati talang air yang mengalirkan air hujan ke gentong-gentong dan tangki air bawah tanah lepas akibat badai. Aku tanpa mempedulikan Jessica, langsung membetulkan talang yang lepas itu.

Ketika aku menoleh ke kiri, aku terkejut, Jessica sudah berdiri di sampingku.

Ngapain kamu sic? Nanti kamu sakit.

Aku takut. Ga mau jauh-jauh dari kamu.

Aku kan lagi benerin ini. Masuk gih, ntar kalau ada yang liat kamu begini bisa bahaya.

Benerin aja dulu. Aku tunggu.

Aku lanjutkan yang aku kerjakan. Cepat-cepat aku berusaha menyelesaikan, mengingat Jessica sedang berdiri kehujanan di luar rumah, hanya mengenakan celana dalam. Bisa bahaya kalau ada yang lihat, tetangga atau siapa saja yang lewat. Namun akibat hujan lebat dan air yang mengucur, cukup sulit untuk cepat menyelesaikan.

Tiba-tiba Jessica ikut naik ke gentong dan membantuku. Aku mau melarangnya, namun terlanjur ia membantu. Dan akhirnya selesai juga.

Bergegas aku menarik tangannya dan mengajaknya masuk. Kukunci pintu dan mengajaknya ke atas. Aku ambil handuk dan mengelap tubuh Jessica. Ia menggigil. Puting susunya mengkerut dan mengeras. Aku mengelap tubuhnya yang basah, sesekali aku tak sengaja menyentuh dan sedikit meremas susunya. Bukan karena ingin mengerjainya, namun karena ingin mengeringkan tubuhnya secepatnya agar ia tak sakit.

Kok dilepas? Kan jadi bugil nih.

Udah gapapa. Kan Cuma sama kamu.

Aku lanjut mengelap pantat hingga ke ujung jari kakinya. Aku cukup terpesona melihat vaginanya yang mulus tanpa bulu, dan bentuknya sangat cantik. Lanjut aku mengelap kepala dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang, panjangnya melebihi susunya.

Ia tersenyum kepadaku ketika aku mengelap rambutnya. Susunya makin jadi berguncang selama aku mengelap rambutnya.

Makasih ya yo. Kamu abang yang paling baik dan hebat yang ada di dunia., Kata Jessica.

Aku hanya membalas tertawa.

Aku beranjak ke kamar mandi untuk berbilas. Kemudian berganti celana. Lalu turun ke dapur untuk mendidihkan air. Jessica yang masih hanya mengenakan handuk mengikutiku ke dapur. Kubuatkan ia teh hangat, dan ia meminumnya sembari menunggu air mendidih. Handuknya kini dililitkan di badannya.

Air didihan aku campurkan ke dalam bak air, sehingga air di dalam bak mandi menjadi hangat. Ku suruh Jessica mandi sebentar. Ia tak mau aku tinggalkan. Akhirnya, aku duduk di depan kamar mandi, menonton Jessica yang sedang mandi. Birahiku meninggi lagi, melihat ia mandi. Melihat ia keramas dan menyabuni tubuhnya.

Melihat aku terus memperhatikannya yang sedang mandi, ia tersenyum.

Buruan. Kan ntar pagi sekolah., Kataku.

Selesai mandi dan mengeringkan tubuh, Jessica langsung lari ke kamarku, naik ke kasur, masuk ke dalam selimut. Dan berteriak-teriak agar aku cepat menemaninya tidur.

Kamu nih, malah tidur bugil. Jangan gitu dong sic., kataku.

Kamu kan udah lihat semuanya. Ngapain aku malu? Kan aku adikmu., ia bergeliat manja memelukku yang sudah berada di samping kirinya. Hayuk tidur cepetan., katanya. Tak lama ia tertidur memelukku.

Susunya yang cukup besar menggencet badanku. Aku bisa merasakan putingnya yang kini telah melembut. Kaki kanannya naik memelukku, menimpa penisku yang sedang tegang.

Karena capek dan ngantuk, akhirnya aku tertidur.

Paginya aku bangun duluan.

Aku merasakan sedikit nikmat di penisku. Ketika aku benar-benar sadar, ternyata tangan kanan Jessica sedang menggenggam penisku. Ia masih tidur memelukku, namun tangan kanannya telah berpindah menggenggam penisku.

Aku berdiri perlahan agar tak membangunkannya. Menyelimuti Jessica, lalu bergegas mandi. Setelah mandi, aku mendidihkan air untuk Jessica mandi nanti. Aku terbiasa mandi tanpa air hangat, sedangkan Jessica tidak bisa mandi tanpa air hangat.

Air telah mendidih.

Sic, bangun Sic. Udah pagi ni. Sekolah kan?

Ia bangun dan mengulet. Susunya kembali berguncang, dan dalam posisi baringnya yang melebarkan kaki, aku melihat vaginanya yang cantik.

Ia kembali memelukku.

Mandi gih, airnya udah siap tu.

Ia mengangguk. Dan aku tinggalkan ia ke dapur, untuk membuatkannya sarapan.

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu