1 November 2020
Penulis —  mastershinden

Pengalaman Hidupku Bersama Mama dan Tante Lia

Setelah kepanikan pagi itu berakhir, mama bersiap untuk masuk kerja. Ada yang berbeda dari mama hari ini. sekarang mama mulai memakai jilbab! Namun masalahnya, masih saja pakaian kerjanya menempel mengikuti lekuk tubuhnya. Maklum, bekerja di perusahaan asuransi yang berurusan dengan berbagai klien menuntut mama untuk tetap cantik (atau seksi, sebenarnya).

“Cuit cuitt..”. godaku melihat penampilan baru mama.

“Ah Rendy”, jawabnya sambil tersipu malu.

“Mama cantik deh pakai kerudung”

“Hehe makasih sayang, udah ah, mama berangkat kerja dulu ya!”

“Hati hati ma…” kataku sambil mencium tangannya.

Hari itu berjalan biasa saja karena aku tidak ada les sehingga aku hanya menonton film-film bokep saja di kamarku. Tentu saja ketika nonton bokep tanganku tidak menganggur. Tanganku sibuk mengelus dan mengocok penisku yang sekarang mudah sekali terbangun. Bosan pakai tangan, akhirnya aku keluar kamar menuju kamar mama.

Sasaranku tentu saja adalah BH-BH mama yang ada di lemari. Ketika kubuka lemari langsung terdapat tumpukan BH-BH. Warna dan bentuknya bermacam-macam, kebanyakan yang memiliki renda. Melihat itu saja aku sudah bernafsu sekali. Ku rasa aku bisa memuntahkan spermaku walau hanya mengocok penisku di depan tumpukan BH ini.

Akhirnya ku ambil BH mama yang berwarna coklat dan krem. Ku bawa ke kamarku dan kujadikan alat bantu masturbasi. Kubayangkan penisku sedang dijepit oleh payudara mama yang lembut. Putingnya yang tidak terlalu lebar dan bewarna coklat kehitaman selalu terbayang-bayang dalam pikiran jorokku. BH yang satu lagi kuhirup dalam-dalam… ahhhh… bau detergen tapi mengingatkan ku pada parfum mama… Crot..

Tin… tin…

Ternyata waktu menunjukan pukul 16.00 sore ketika klakson mobil mama berbunyi dari luar. Saking keenakannya bermain dengan BH mama aku sampai lupa waktu. Dengan gelagapan aku menyembunyikan BH mama tadi di laci meja belajarku. Aku segera keluar dari kamarku dan membukakan gerbang untuknya. Hatiku berdegup kencang ketika Tante Lia turun dari mobil.

“Eh ada Tante Lia…” kataku sambil salim dan mencium tangannya.

Tante Lia hanya tersenyum.

Seperti biasa, gaya pakaiannya yang jilboobs ia pertahankan. Kini didepanku ada dua wanita muslimah memakai gamis panjang ketat dengan jilbab yang disampirkan ke samping hingga menonjolkan buah dadanya. Tentu saja baju yang dipakai keduanya juga menonjolkan lekuk-lekuk indah tubuh khas ibu ibu.

“Kok pulang cepet mah?” Tanyaku.

“Iya, kita omongin aja di dalem, yuk” Ajak mama masuk ke dalam rumah.

Kami duduk di ruang tamu.

“Jadi gini ren… malem ini ada tamu. Dia itu ustadz, orang pinter, bisa mengusir hal-hal buruk yang selama ini terjadi. Selama ini mama dan tante kamu sering mimpi buruk, jadi ada yang gak beres dengan mama dan tante”, ujar mama.

“Jangan ceritain ke om kamu ya kalau kita manggil orang pinter ke sini”, sergah Tante Lia.

Aku hanya mengangguk ngangguk saja mengiyakan

“Jam berapa ma?”

“Nanti katanya jam 7”

“Oh yaudah ma”

Aku masuk ke kamar lagi untuk menuntaskan film bokep BDSM yang tadi belum habis. Setelah itu aku mandi besar. Tak terasa waktu sudah mendekati jam 7. Aku memutuskan untuk keluar dari kamar menuju ke ruang keluarga. Di sofa kulihat sudah ada mama yang memakai baju semacam kebaya ketat berwarna merah, tak ketinggalan mama juga memakai kerudungnya.

“Kok kaya mau kondangan aja mah, tan?”

“Iya nih, pas ustadz nyuruhnya begini” jawab tante

Akhirnya “Pak Ustadz” datang setengah 8. Ia menggunakan baju koko putih dengan sarung hijau dan kopiah di kepalanya. Ia juga membawa tas selempang kecil.

“Naik apa pak?” Tanya Tante.

“Jalan kaki nduk”

“Bapak tinggal dimana?” kali ini mama yang menyelidik.

“Di Kebasen”

Aku bingung dimana itu.

“Jadi keluhannya apa ibu-ibu?” tanya pak ustadz memecah keheningan

“Begini pak, saya selalu mimpi buruk setelah…”

Belum selesai mama bercerita sudah dipotong oleh si ustadz, “Setelah apa bu…”

“Iya kami pernah waktu itu berencana pergi ke Solo, di tengah perjalanan kami tersesat lalu…” tante berusaha melanjutkan cerita mama.

Mereka hening sejenak.

“Apa ibu merasakan suatu ritual atau hubungan dengan anak ibu?” kata si ustadz sambil menunjukku.

Aku kaget juga. Tak ada yang menjawab pertanyaan pak ustadz itu.

“Jadi kalian sudah bertemu dengan Kasimo ya?” tanyanya.

Sepert familiar bagiku. Aha! itu pasti nama lengkap dari Pak Simo.

“Kok bapak tahu?” tanyaku.

“Haha begini, memang sudah biasa kejadian seperti itu di daerah situ.”

“Sudah biasa?” kami terheran-heran.

“Begini,” lanjutnya “sering disitu kejadian orang orang yang tersesat saat bulan purnama. Biasanya targetnya adalah mobil atau motor yang berisi wanita dengan pria yang bukan suaminya haha.”

“Lantas Kasimo itu siapa pak?”

“Sampeyan mau tahu?”

Kami mengagguk.

“30 tahun yang lalu Kasimo diusir dari kampung kami karena melakukan ritual hitam. Dia menyetubuhi adiknya sendiri, namanya kalu tidak salah Sekar.”

Shit! Ternyata Bu Sekar adalah adiknya Pak Simo sendiri.

“Hubungan mereka diketahui karena tiba-tiba Sekar hamil. Rumah mereka dibakar warga Dan mereka melarikan diri ke hutan. Ya sampai sekarang saya dengar dia masih menjadi dukun dan melakukan ritual-ritual anehnya, bahkan sampai mencari mangsa seperti kalian ini! hahaha” lanjutnya.

Ia langsung menambahkan, “Saya sendiri dulu adalah teman seperguruan dengan Kasimo haha”

Kami terperanjat mendengar ceritanya. Seperguruan apa? Seperguruan mesum? Tanyaku dalam hati.

“Apa mereka sebenarnya mereka masih hidup?” tanya tante.

“Orang seperi mereka… kalau matipun jasadnya tidak diterima bumi dan arwahnya tidak diterima langit.”

Jawaban yang penuh teka teki.

Hmm pak… begini… dari kejadian itu… apa kami bisa hamil pak?

“Kalau Kasimo dan teman-temannya mungkin ndak bisa menghamili sampeyan, tap kalau anak ibu… tergantung kesuburan anak ibu dan ibu sendiri waktu itu.”

Mama dan tante terkejut. Tentu mereka tidak ingin punya anak dariku.

“Haha baiklah kita mulai saja ritual pembersihannya” kata ustadz itu memecah keheningan

“Ibu-ibu, apakah sudah menyiapkan peralatannya?”

“Sudah pak. Ren, tolong ambil ember di kamar mama” perintah mama.

Aku menurutinya. Aku berjalan ke kamar mama. Sesampainya di kamar mama aku mendapati sebuah baskom berisi air, seplastik kembang tujuh rupa, sebuah benda aneh berbentuk suntikan tak berjarum tetapi besar sekali, dan juga perwarna makanan berwarna biru. Segera aku membawanya ke ruang tamu.

Di ruang tamu kulihat mama dan Tante Lia sudah berbaring tengkurap berdampingan di lantai ruang tamu yang sudah dialasi kasur tipis dan sajadah. Tangan pak ustadz itu melayang diatas tubuh mereka seperti menerawang sesuatu di dalam tubuh mama dan Tante Lia. Dari kepala, turun ke punggung mereka, turun lagi ke pantat mereka yang menyembul bahenol, turun terus hingga ke telapak kaki.

“Ibu, apa pun yang saya lakukan jangan ada yang protes demi kelancaran pembersihan ini ya bu” katanya begitu selesai menerawang.

Mama dan Tante Lia mengangguk di dalam tengkurapnya.

“Ren masuk kamar sana!” Perintah mama.

“Jangan bu, anaknya harus ada disini juga karena peristiwa itu menyangkut dengan anak ibu juga kan,” pak ustadz itu melarang.

“Maaf ya bu”, lanjut pak ustadz sambil menepuk-nepuk pantat kedua kakak-beradik tersebut secara bergantian. Plak-plak-plak! Tampak wajah keheranan dari keduanya. Aku yang menyaksikan malah jadi bergairah gara-gara melihat mama dan tanteku diperlakukan seperti itu.

“Oke bu, sekarang ibu semua nungging ya”, perintahya

Mama dan tante berpandangan sebentar namun segera mereka mengikuti perintah orang itu.

“Apa ibu sudah melakukan yang saya minta?”

Keduanya mengangguk. Saat itu aku tersadar bahwa kedua wanita itu cantik sekali. Mereka yang dibalut jilbab dan gamis ketat berwarna merah menyala dengan wajah yang di make up tipis, menungging dihadapanku dan ustadz itu. Lekuk tubuh mereka aduhai, payudara mereka terlihat menggantung meski tertutup gamis.

“Maaf bu, saya angkat ya gamisnya”

“Hmm apa-apaan ini pak? Kami mau diapain?” cegat tante.

“Bukannya ibu semua sudah setuju dengan persyaratan saya di awal hingga akhirnya saya mau datang kesini?”

“Hmm baiklah pak silahkan deh,” kata tante setelah menimbang-nimbang.

Pak ustadz mengangkat gamis mereka hingga tampaklah bongkahan pantat mereka. Tapi… ternyata mereka tidak memakai celana dalam! Waduh ritual pembersihan apa ini?! sisi baiknya, akhirnya aku melihat lubang senggama dan anus mereka lagi haha, lubang-lubang yang pernah aku singgahi 4 minggu lalu. Menariknya, hari ini mereka mencukur habis bulu-bulu kemaluannya hingga mulus dan bersih.

Tak kusadari penisku menegang maksimal melihat kedua wanita itu dengan gamis yang tersingkap bagian bawahnya sehingga aku bisa leluasa melihat bongkahan pantat mereka. Jujur aku kangen sekali dengan kehangatan vagina dan lubang anus mereka. Apakah malam ini aku akan mendapatkan rezeki nomplok lagi?

“Ren jangan liat mama!”, kata mama mengusirku karena menyadari ada yang menyembul dari balik celana pendekku.

“Biarkan saja bu anaknya disini, ini kan berhubungan juga sama anak ibu,” pak usradz mengingatkan kembali.

“Saya mulai ya bu,” kata pak ustadz sambil mencampurkan pewarna makanan dan kembang tujuh rupa ke dalam air di baskom. Ia mengaduk dengan tangannya sambil membaca doa-doa yang tak kupahami artinya. Namun aku tahu ia berdoa dalam bahasa arab. Kemudian ia menelupkan ujung suntik raksasa tadi ke dalam baskom dan menarik tuasnya sehingga suntikan itu kini terisi air yang berwarna kebiruan.

Tante protes, “Aduh pak kok disitu?”

“Memang begini bu prosesnya”

Tak mau berdebat, tante diam saja. Mama yang juga masih tengkurap, menoleh kebelakang melihat dengan jijik apa yang dilakukan pak ustadz itu.

“Ayo bu baca ayat-ayat dan doa yang sudah saya suruh hafalkan!”

Dengan ragu tante mulai membaca bacaan yang diminta oleh orang itu dengan lirih.

“Ayo bu, lebih keras lagi!” Kata pak ustadz sambil memasukan air lagi kedalam suntikan dan memasukkan cairan itu lagi ke anus tante untuk kedua kalinya. Total pak ustadz memasukkan 9 suntikan cairan ke anus tanteku itu.

“Aduh pa… perut saya penuh… sakit…” lirih tante.

“Tahan aja bu… kakak sampeyan belom tak masuki”

Lanjut pak ustadz melakukan hal yang sama terhadap mama.

“Nah sekarang bisa dikeluarkan bu, bareng-bareng ya bu”

“Adduh… Gimana caranya pak” tanya mama.

“Ya semprotkan saja, ibu ngeden seperti mau buang air besar.”

Mereka berdua ragu namun mulai mencoba mengejan.

“Crut crut crut” keluarlah sedikit demi sedikit cairan berwarna biru kecoklatan dari anus mereka.

“Ayo bu jangan ditahan-tahan gitu dong… keluarin aja yang kencang haha” perintah pak ustadz.

Mereka mengejan kembali dan keluarlah cairan yang amat deras “cruuuttt cruuuutt cruuuuttttt”. Hampir 1 meter panjang semburan air dari anus mereka hingga membasahi alas sajadah dan kasur tipis tersebut.

Pak ustadz itu hanya tertawa kecil saja melihat kelakuan dua wanita setengah telanjang itu.

“Ah belum keluar bu ajiannya, harus saya ulang lagi prosesnya”

“Aduh pak…” kata mama lirih

Pak ustadz pun mengulangi prosesnya degan memasukkan cairan dengan suntikan raksasa sebanyak 9 kali ke masing-masing anus mereka. Mereka pun kembali menyemprotkan air dari dalam anus mereka. Namun kali ini mereka lebih mahir, tidak ditahan-tahan seperti tadi. Ajaibnya, bersamaan dengam semprotan terakhir, dari anus mereka keluar gumpalan rambut, entah rambut siapa.

“Tinggal satu lagi lubang yang perlu dikeluarkan ajiannya. Sekarang ibu balik badan ya”, perintah si ustadz.

Kakak beradik itu menuruti perintah si ustadz.

“Ibu tolong dibuka kakinya, lututnya diangkat”, lanjut si ustadz.

“Bapak mau memperkosa kami, hah?!” hardik mama.

“Oh tidak, saya tidak mau bersenggama dengan pelacur seperti kalian. Saya hanya mau bersenggama dengan istri saya. Tapi ini demi menuntaskan proses pembersihannya saja.”

Sembarangan sekali mulut orang yang mengaku ustadz itu. Wajah mama dan Tante Lia pun merah padam karena disebut pelacur tapi apa daya mereka harus menuruti perintah orang itu. Aku pun mau marah tapi buat apa? Toh mereka adalah pelacur dalam fantasiku akhir-akhir ini.

Akhirnya kedua wanita itu membuka kakinya. Pak ustadz mulai memijat perut di bawah pusar hingga daerah segitiga kemaluan mama namun tanpa menyentuh garis bibir vaginanya.

“Arghhh!!! Sakit… aduh…!!!” Teriak mama kesakitan.

“Baca doanya lagi bu biar keluar ajiannya!”

“Mbak linda, sabar mbak…” tante berusaha menenangkan kakaknya.

Dari dalam vagina mama keluarlah lendir putih dan kecoklatan yang banyak sekali hingga menggenangi sajadah yang menjadi alas mereka. Pak ustadz kembali komat-kamit membaca doa sedangkan mama dan tante juga membaca doa-doa yang sudah dihafal tadi. Kini giliran tante yang mendapat perlakuan yang sama dengan apa yang didapat mama.

“Ini namanya gurah vagina, ibu-ibu haha”, kata pak ustadz. “Dan ibu beruntung, sampeyan berdua harusnya ndak akan hamil karena sperma di dalem vagina ibu-ibu sudah tercampur, antara milik manusia dan jin haha.” “Hmmm mas, sampeyan kalo ngaceng, keluarin aja pejunya, ga usah ditahan tahan haha,” Ia melanjutkan.

Mama dan tante menatapku dengan sinis. Aku malu dan hanya menahan nafsuku saja. Biarkan spermaku ini menjadi milik BH mama yang kusimpan di laci kamarku sejak sore. Tak berapa lama, akhirnya ritual itu selesai dan mama dan tante merapikan gamisnya lagi.

“Insya allah mimpi buruk dan pengaruh-pengaruh buruk lainnya tidak akan datang lagi…” kata si ustadz setelah selesai melakukan “pembersihannya”. “Baik bu, mas, saya pamit dulu.”

“Oiya pak, tunggu sebentar, saya ambilkan maharnya dahulu”, kata mama sambil bergegas ke kamar. Mama kembali dengan membawa sebuah amplop dan kresek hitam dan memberikannya kepada pak ustadz. Kulihat amplop tersebut cukup tebal. Yang membuatku terkejut pak ustadz itu dengan tidak sopannya membuka kresek hitam dan mengeluarkan isinya.

“Haha bagus-bagus, saya suka BH dan celana dalam bekas kalian. Dan… hhhmmmphhhh… wanginya kalian ini. Saya terima ya BH dan celana dalamnya.” Puji pak ustadz.

“Aduh pak kok dibuka sih!” kata mama dan tante kompak.

“Hahaha tidak apa bu. Baiklah, mari bu, saya pamit. Terima kasih mas, bu” pamitnya seraya keluar rumah.

Dengan mulut menganga seperti tak percaya bahwa mahar si ustadz itu adalah pakaian dalam bekas mama dan tante. Ah tapi memang akhir-akhir ini aku sudah melihat banyak kejadian aneh, tak usahlah dipikirkan lagi.

Setelah ia pulang langsung kuselidiki mama dan tante, “Ma, tan, dapet darimana sih ustadz itu? Kok cabul begitu?”

“Iya nih, tante dapet dari temen tante. Katanya emang bisa mengusir hal-hal jahat akibat hal ghaib.”

“Oh gitu… yaudah deh, Rendy masuk ke kamar deh”

“Yaudah sana Ren, biar kotoran ini mama dan tante aja yang bersihin,” kata mama sambil menunjuk bekas enema dan gurah vaginanya. Dan akhirnya hari ini diakhiri dengan menumpahkan semua spermaku dan nafsuku yang sudah diubun-ubun ke cup BH mama yang tadi sore kusimpan di laci. Tapi saat berfantasi akan mama dan tanteku memuncak, terbayang-bayang wajah serta jilbab yang membalut kepalanya.

Ah.. sekarang keduanya sudah berhijab… sepertinya aku punya sasaran bahan onani lain… yaitu jilbab mamaku (dan tanteku kalau bisa). Ya jilbab! Dengan begitu aku bisa merasakan sensasi lebih dahsyat saat membayangkan menyetubuhi kedua wanita itu ketika mereka menggunakan jilbab atau setidaknya bisa membayangkan penisku dikulum oleh mereka yang sedang berjilbab.

To be continued… (besok ane upload)

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu