1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

Bagian 12

Sebenarnya apa yang Fariz katakan itu tidak salah. Bahwa aku sering tersudut dalam kesepian selama dia berada di lautan yang sampai sembilan atau sebelas bulan itu. Padahal aku sendiri merasa sebagai wanita yang bernafsu besar. Sehingga sering aku bermasturbasi ketika Fariz berada di lautan.

Tapi tawaran Fariz itu… yang menganjurkanku berselingkuh dengan Daniel, sungguh tak masuk di akal sehatku. Bahkan aku bertanya - tanya di dalam hati. Apakah selama melaut Fariz mencari penyaluran nafsunya yang terbendung selama berjauhan dengan diriku?

Ya… itu sangat mungkin. Mungkin saja Fariz diam - diam mencari cewek yang bisa dijadikan tempat untuk penyaluran nafsunya baik ketika sedang berada di pelabuhan atau pun di dalam kapal pesiar itu. Bukankah crew kapal pesiar banyak ceweknya juga? Bahkan menurut keterangan Fariz sendiri, ada beberapa cewek bule yang bekerja di kapal pesiar itu.

Jadi mungkin saja Fariz merasa bersalah dengan penyelewengannya waktu sedang bertugas di kapal pesiar, lalu mempersilakanku selingkuh dengan sahabatnya yang bernama Daniel itu.

Entahlah. Hanya Tuhan dan Fariz sendiri yang tahu.

Yang jelas, Daniel memang sering bertamu ke rumahku. Dan selalu membawa oleh - oleh makanan untukku dan mainan untuk Chida.

Daniel pun berkali - kali chatting denganku. Yang pada dasarnya mengajakku bercinta dengannya, karena dia sudah lama merasa tertarik padaku. Bahkan pada suatu saat chat dari Daniel berisi kata -

kata - Aku sudah dapat ijin dari Fariz Mbak. Ijin untuk mengisi kesepian Mbak, sekaligus ingin belajar dari Mbak, karena aku belum punya istri -

Saat itu kujawab chatnya :-Itu hanya jebakan Fariz untuk menguji kesetiaanku. Jadi, mendingan cari perempuan lain deh, jangan aku. Aku kan sudah punya suami -

Tapi Daniel tak pernah kapok. Dia berusaha mendekatiku terus baik di dunia maya mau pun di dunia nyata. Bahkan pada suatu hari, ketika aku sedang berdiri dekat komputer di ruang kerjaku yang berdampingan dengan kamar tidurku, tiba - tiba saja Daniel mendekap pinggangku dari belakang. Tentu saja aku kaget sekali.

Aku berusaha memberontak, tapi dekapan Daniel begitu kuatnya, sehingga aku tak berdaya dibuatnya.

Lalu terdengar suara Daniel di belakangku, “Mbak… aku takkan memperkosa Mbak. Aku hanya ingin mencium bibir Mbak… please Mbak… kasihanilah aku yang sudah telanjur mendambakan Mbak Neena ini…”

Aku tak mungkin mampu membebaskan diri dari dekapan Daniel yang begitu kuatnya. Maklum dia seorang olahragawan yang rajin memelihara badan dan otot - ototnya, sehingga tenaganya pun kuat sekali. Karena itu aku berkata, “Bener ya… hanya mau mencium bibirku yaaa…”

“Iya Mbak,” sahut Daniel yang masih mendekap pinggang dan kedua lenganku dari belakang, “Aku sudah tergila - gila sama Mbak… makanya asalkan bisa mencium bibir Mbak saja, aku sudah puas.”

“Ya udah, lepasin dong dekapannya. Tapi ingat… kamu hanya boleh mencium bibirku.”

Daniel pun melepaskan dekapannya. Lalu memutar tubuhku jadi berhadapan dengannya. Dan langsung memelukku… memagut bibirku ke dalam lumatannya, sambil meremas - remas punggungku.

Sebagai seorang wanita yang sudah berbulan - bulan jauh dengan suami, tentu saja lumatan bibir dan remasannya di punggungku ini membangkitkan libidoku. Membuatku ingin merasakan yang lebih jauh lagi.

Tapi aku harus menepiskan nafsu ini. Harus. Maka hanya beberapa detik kubiarkan Daniel melumat bibirku dan meremas - remas punggungku, lalu kudorong dadanya sambil berkata, “Sudah ya…”

Daniel menatapku sambil berkata lirih, “Terima kasih Mbak. Dengan mencium bibir Mbak saja hatiku jadi sejuk. Dan pasti akan tetap kuingat setelah berada di London nanti.”

“London? Memangnya kamu mau ke London Niel?”

“Iya Mbak. Besok aku mau terbang ke London. Mau melanjutkan kuliah di sana.”

“Bisa dapet cewek bule nanti di sana ya.”

“Mbak… terus terang aja… di mana pun aku berada, nama Mbak Neena tetap tersimpan di hatiku ini.”

Aku duduk di satu - satunya sofa yang berada di ruang kerjaku yang hanya berukuran 2 X 3 meter ini. Daniel pun duduk di sampingku.

Jujur, aku terkejut oleh berita itu. Berita tentang Daniel yang mau terbang ke London itu. Berarti mulai besok aku takkan bisa melihatnya lagi. Dan entah kapan bisa berjumpa lagi dengannya.

Kalau aku memperturutkan kata hati, mau saja kupeluk Daniel, lalu kuajak bercinta di dalam kamarku. Sebagai tanda selamat jalan dariku, karena besok dia takkan bisa bertemu lagi denganku.

Dan biar bagaimana pun aku harus mengakuinya secara objektif, bahwa Daniel itu tampan. Anak orang kaya pula.

Tapi aku merasa bahwa aku ini sudah menjadi milik Fariz. Hanya Fariz lah yang berhak menggauliku.

Karena itu kuredakan bisikan libidoku ini dengan berkata, “Pokoknya aku doakan, semoga kamu mendapatkan cewek yang jauh lebih baik dariku ya Niel.”

“Kayaknya sulit untuk melupakan Mbak,” sahut Daniel lirih, “Jadi di mana pun aku berada, pasti hanya wajah Mbak yang terbayang - bayang di dalam ingatanku.”

“Lama kelamaan juga bisalah melupakan aku Niel. Lagian aku kan sudah punya suami. Masa mau bersikeras mencintai istri orang… istri sahabatmu sendiri…”

“Nanti setelah aku berada di London, kan aku tetap bakal bisa pulang. Nanti Mbak buktikan sendiri, bahwa aku akan tetap menjadi Daniel yang sekarang. Yang sudah telanjur jatuh cintga kepada Mbak.”

“Yaaa… kita lihat aja nanti.”

Lalu Daniel pamitan. Sambil mencium bibirku sekali lagi, yang memang kuijinkan, hitung - hitung salam perpisahan.

Tapi setelah Daniel pergi, aku gelisah sendiri di dalam kamarku.

Entah kenapa, setelah Daniel pergi, aku membayangkan sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Membayangkan disentuh oleh tangan Daniel dari ujung kaki sampai ke selangkangan… bahkan sampai ke bagian yang terpeka di tubuhku ini. Lalu aku mjenggeliat sendiri, dalam sentuhan jemariku sendiri…

Oh, seandainya memperturutkan kata hati, mau saja aku telepon Daniel agar kembali lagi ke rumahku. Untuk menggauliku.

Tapi itu tidak kulakukan. Sampai akhirnya aku tertidur nyenyak.

Semuanya itu belum lama terjadi. Baru seminggu yang lalu.

Hanya beberapa hari sebelum berjumpa dengan sosok yang bernama Sam itu.

Sam yang begitu murah hati padaku, meski memang dia punya tujuan khusus padaku. Memangnya seistimewa apa aku ini di mata Sam sehingga aku mendadak ditumplekin harta yang tak pernah kubayangkan sebelumnya?

Apakah Sam benar - benar mencintaiku? Lalu kalau ia memang mencintaiku, apa yang harus kulakukan?

Ketika aku sedang bingung - bingungnya, handphoneku berdering. Aku terkejut setelah melihat nama yang tampak di layar handphoneku. Itu Fariz… suamiku…!

Lalju :

“Hallo Riz… lagi di mana sekarang?”

“Lagi di pelabuhan Genova, Italia. Bagaimana keadaan Neena dan Chida?”

“Sehat - sehat aja.”

“Ohya… seminggu yang lalu Daniel terbang ke London ya?”

“Iya, katanya sih mau melanjutkan kuliahnya di London.”

“Terus… sama sekali dia tidak bisa memanfaatkan ijin dariku?”

“Ijin apa?” tanyaku pura - pura tidak mengerti.

“Ijin bercinta denganmu, Sayang.”

“Nggak ada itu. Memang setelah pamitan, dia masih sempat mencium bibirku. Itu saja. Tidak lebih.”

“Hmmm… sebenarnya aku kasihan lho sama Neena. Aku sering membayangkan seandainya aku jadi Neena, mungkin sudah banyak yang kulakukan selama berjauhan dengan suami yang segitu lamanya.”

“Terus kamu mau menjebakku agar melakukan perselingkuhan dengan sahabatmu sendiri, begitu?” tanyaku dengan nada ketus.

Terdengar Fariz menjawab, “Selingkuh itu kalau tanpa sepengetahuan dan seijin suami. Tapi sudahlah… sekarang Danielnya juga sudah di London. Entah kapan dia bisa pulang ke Indonesia nanti.”

“Ohya… Fariz pernah membaca tulisanku yang berisi catatan rahasia lelaki yang kusamarkan namanya jadi Sam itu kan?”

“Iya. Pernah baca sepintas. Memangnya ada apa dengan dia?”

“Mmmm… aku takut kamu marah ah.”

“Nggak. Apa pun yang kamu katakan, aku takkan marah. Memangnya ada apa dengan Sam?”

“Mmm… dia nembak aku.”

“Ohya?! Seorang big boss yang tajir melilit nembak Neena?”

“Iya.”

“Terus Neena jawab gimana?”

“Dijawab sejujurnya aja, bahwa aku ini punya suami.”

“Terus?”

“Dia bersikeras ingin memilikiku. Padahal dia sendiri sudah punya istri empat orang.”

“Berarti dia hanya ingin merasakan memekmu aja. Hahahaaaa…”

“Lalu aku harus bagaimana?”

“Kalau dengan orang tajir begitu, aku ijinkan. Ketimbang hubungan sama orang ecek - ecek kan mendingan sama orang kaya. Biar kita kelimpahan hartanya, untuk masa depan Chida.”

“Tapi dia masih bersikap sopan padaku Riz. Gak kelihatan gejala - gejala ingin melampiaskan nafsunya.”

“Iya… itu awalnya doang. Nanti lama - lama juga merayap ke memek. Tapi kalau sama dia, aku ijinkan. Asalkan cintamu padaku jangan sampai pudar.”

“Kamu ijinkan apanya?”

“Aku ijinkan kesepianmu dihangati olehnya. Yang penting setelah terjadi sesuatu, harus laporan padaku. Mmm… kebayang aku bakal bergairah kalau mendengar Neena digauli oleh lelaki lain.”

“Kayaknya kamu cuckold juga ya Riz?”

“Mungkin saja. Orang bule banyak yang cuckold kok. Seneng liat istrinya digauli teman - temannya.”

“Kamu jangan terlalu jauh membayangkannya dong. Nanti kalau kamu nafsu, mau cari cewek bule?”

“Nggak ah. Aku sih kalau udah nafsu, kocok aja sendiri sampai ngecrot.”

“Iya kamu kan biasa begitu. Kalau aku lagi datang bulan juga suka ngocok di kamar mandi kan?”

“Heheheeee… iyaaaa… daripada main sama pelacur yang bisa nularin penyakit, kan mendingan dikocok aja pake sabun.”

“Jadi kesimpulannya, kamu ijinkan aku punya hubungan sama Sam?”

“Iya. Aku ijinkan. Yang penting kamu puas dan masa depan Chida makin terjamin.”

“Dia memang pernah menjanjikanku untuk menduduki jabatan penting di perusahaannya.”

“Naaaah… itu salah satu kelebihannya berhubungan dengan orang yang sudah sukses. Jadi Neena juga bisa ikut - ikutan sukses.”

“Jadi seandainya pun terjadi hubungan seks dengannya, kamu takkan marah?”

“Aku berjanji takkan marah. Tapi dengan satu orang saja. Jangan melantur ke mana - mana.”

“Sam juga belum tentu mau berhubungan seks denganku. Mungkin saja dia cuma karena ingin agar aku bekerja di perusahaannya.”

“Iya… taruh katalah dia membutuhkan Neena hanya untuk menjadi tangan kanannya. Tapi lalu terjadi hubungan seks dengannya, aku ijinkan. Yang penting, jangan melantur ke mana - mana. Jadi aku hanya mengijinkan untuk digauli oleh Sam seorang.”

Aku tidak tahu apakah Fariz itu berjiwa cuckold atau memang sebagai penebus dosanya sendiri yang sering dilakukannya di belakangku. Entahlah. Yang jelas aku jadi punya semacam pegangan, kalau kelak terjadi “sesuatu” dengan Sam, aku tidak takut melakukannya. Bahkan aku akan melakukannya dengan “sebaik mungkin” jika akhirnya aku harus melakukannya dengan Sam.

Setelah hubungan seluler dengan suamiku ditutup, aku pun tersenyum sendiri. Entah kenapa aku harus tersenyum sendiri. Apakah aku sudah punya hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lelaki ganteng yang murah hati itu?

Tentu saja tidak. Biar bagaimana aku ini seorang wanita.

Tapi keesokan siangnya, lagi - lagi aku menerima call dari Sam :

“Hallo Cantik… ketemuan lagi yuk. Aku sudah gak kuat menahan kangen nih.”

“Jam empat sore?”

“Iya Sayang. Tapi jangan di café ketemuannya. Di rumah barumu itu saja ya. Jangan lupa bawa kunci rumahnya Sayang.”

Hmmm… entah kenapa, mendengar kata sayang itu pun jantungku jadi berdegup kencang begini. Apakah aku benar - benar mulai jatuh hati padanya? Entahlah. Yang jelas jam tiga sore aku sudah mandi sebersih mungkin. Setelah mandi, kusemprotkan parfum ke setiap lekuk yang kuanggap “penting”. Lalu mengenakan gaun terusan span berwarna orange polos.

Sebelum berangkat, aku menghampiri Riris yang baru keluar dari kamar Chida.

“Chida bobo?” tanyaku kepada babysitter setia itu.

“Iya Bu,” sahut Riris, “Duuuh Ibu jadi cantik sekali.”

“Emang biasanya gak cantik?” sahutku sambil menepuk bahu Riris.

“Cantik. Tapi dalam gaun itu lebih cantik lagi Bu.”

“Ohya… aku mau ke rumah saudara. Mungkin mau nginep. Kamu baik - baik jagain Chida ya Ris.”

“Iya Bu.”

“Ini buat jajan Chida dan buat kamu juga.”

“Iya Bu, terima kasih.”

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam taksi, menuju rumah baruku itu. Padahal aku sudah dikasih mobil, tapi aku belum berani memakainya. Namun setelah mendengar “restu” dari Fariz, aku akan memberanikan diri memakainya. Bahkan rumah baru itu pun mungkin tak lama lagi akan mulai kutempati.

Setibanya di depan rumah baru itu, aku degdegan juga melihat sedan Sam sudah terparkir di depan rumah itu. Untuk yang kesekian kalinya, Sam selalu datang duluan.

Semakin degdegan lagi setelah Sam muncul di ambang pintu depan yang terbuka.

“Ooo… pakai kunci cadangan ya?” tanyaku sambil mencubit perut Sam yang saat itu mengenakan sporthemd biru muda dengan celana corduroy biru tua.

“Iya… ini kunci cadangannya ada tiga. Belum dikasihkan padamu Neen.”

“Tadi wanti - wanti nyuruh bawa kunci. Gak taunya yang banyak ada sama Sam sendiri,” sahutku sambil mengerling. Lalu mengikuti langkah Sam masuk ke dalam rumah yang tercium harum penyegar ruangan. AC pun sudah dinyalakan, sehingga udaranya terasa sejuk sekali.

Sam membawaku ke ruang keluarga. Ia duduk duluan di sebuah sofa putih bersih, lalu menarik lenganku agar duduk di atas pangkuannya.

Meski rikuh, aku duduk juga di atas kedua pahanya, sementara pinggangku dilingkari lengan kiri Sam.

“Bagaimana? Sekarfang sudah bisa menenangkan diri?” tanyanya sambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Sudah,” sahutku perlahan.

“Berarti sudah siap menerima cintaku kan?”

Aku malah balik bertanya, “Memangnya Sam benar - benar sudah mencintaiku?”

Sam memindahkan lengan kirinya, jadi menyangga tengkukku.

Lalu ia berkata, dengan mulut yang sangat dekat dengan mulutku, “Aku tak pernah main - main dalam mengeluarkan ucapan dari mulutku ini. Karena seorang lelaki sejati pantang menjilat air ludahnya sendiri. Aku benar - benar mencintaimu, Sayang…”

Lalu… Sam memagut bibirku. Yang langsung membuatku ingin menyambutnya dengan lumatan hangat. Bahkan ketika lidah Sam terjulur, aku langsung menyedotnya ke dalam mulutku. Begitu juga ketika lidahku terjulur, Sam menyedotnya juga ke dalam mulutnya yang menyiarkan harum penyegar mulut.

Ooooh… baru berciuman begini saja libidoku terasa mulai naik. Ini jelas butuh sentuhan lebih jauh. Tapi aku berusaha menindasnya. Bahkan setelah ciuman Sam terurai aku berkata, “Sam… jujur aja… aku masih belum percaya pada cinta Sam… bagaimana caranya agar aku yakin bahwa Sam benar - benar mencintaiku?

Sambil membelai rambutku, Sam menjawab dengan lembut, “Sayang… aku memang punya istri empat orang dan beberapa orang simpanan. Tapi Neena punya arti khusus di mataku. Baru melihat mata dan wajah cantikmu ini saja, hatiku sudah merasa teduh, merasa sejuk dan nyaman. Untuk membuktikan bahwa Neena mendapat tempat istimewa di hatiku, begini saja.

“Duapuluh hari bersamaku setiap bulan? Sam yakin pada ucapan itu?” tanyaku sambil bergerak, sehingga hanya kepalaku yang rebah di atas kedua paha Sam, sementara tubuh dan kakiku berada di atas sofa.

“Sangat yakin. Karena aku ingin menikmati kebersamaan dengan sosok yang menimbulkan kesejukan dan kedamaian di dalam batinku ini.”

“Tapi kalau suamiku sedang berada di Indonesia, gimana?”

“Soal itu kita atur lagi nanti. Kan suami Neena hanya sebentar berada di Indonesia, lalu melaut lagi kan?”

“Iya, yang terakhir dia hanya sebulan di rumah, lalu ditelepon atasannya agar segera melaut lagi.”

“Ya, “Sam mengangguk - angguk sambil meengusap - usap pipiku dengan lembut, “Neena kan sudah tau catatan pribadiku. Tentu sudah tau juga bagaimana caraku untuk mendapatkan perempuan. Baru kenal sejam dua jam juga langsung kueksekusi. Sedangkan Neena? Sudah ketiga kalinya ini kita berjumpa. Dan sampai detik ini belum pernah kuajak berhubungan seks kan?

“Lalu kalau aku horny gimana?” tanyaku.

“Sekarang juga sudah horny ya.”

“Dari mana Sam tau?”

“Terasa tubuhmu sudah menghangat Neen. Dan itu berarti bahwa Neena sudah menerima cintaku ya?” tanya Sam sambil merayapkan tangannya ke belahan gaun di bagian dadaku. Lalu menyelinapkan tangannya ke balik behaku. Dan terasa mulai mengelus - elus puting payudaraku.

“Masa aku sampai rebahan di atas pangkuan Sam begini kalau belum menerima sih.”

Sam tersenyum sensual sambil memijit hidungku, “Mau dituntaskan supaya hornynya reda?” tanyanya.

“Sam tentu tau apa yang terbaik bagi kita,” sahutku diplomatis.

Sam mengangguk dan berdiri sambil mengangkat badanku. Lalu membopongku sampai ke dalam kamar utama. Kemudian ia merebahkanku di atas bed yang ooooh… aku tercengang setelah melihat keadaan di dalam kamar utama itu. Bahwa beberapa lilin menyala di sekeliling bed. sementara bed yang kurebahi ini…

My body is for many people, but my heart is for you alone, Neena.(Tubuhku untuk banyak orang, tetapi hatiku untukmu sendiri, Neena)

Aku merasa terbuai. Benar - benar terbuai oleh perlakuan Sam padaku yang seromantis itu.

Maka ketika Sam duduk di dekatku, dengan perlahan tapi pasti kulepaskan kancing sporthemd-nya satu persatu. Lalu ia sendiri yang melepaskan kemeja tangan pendeknya itu.

Aku pun terdiam pasrah ketika Sam melepaskan gaun dan behaku, sehingga tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhku. Sementara Sam pun sedang melepaskan celana corduroynya, lalu dalam keadaan tinggal bercelana dalam juga, Sam merapayap ke atas perutku. Dan menciumi payudaraku sambil bergumam, “Sudah punya anak tapi toketnya masih kencang gini…

Aku mulai merinding - rinding, dalam gairah yang masih tersembunyi di dalam batinku. “Sam… ini adalah pertama kalinya toketku disentuh oleh lelaki yang bukan suamiku.”

“Iya Sayang… dari gerak - gerikmu saja sudah kelihatan,” sahut Sam sambil mencelucupi pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya meremas - remas toket kananku.

Untuk mengimbangi, diam - diam tanganku pun bergerak, menyelusup ke balik celana dalam Sam. Wow… ternyata penis Sam sudah keras… sudah ngaceng berat.

Aku tidak kaget dengan ukuran penis Sam, karena penis suamiku juga gede banget. Tapi mungkin penis Sam sedikit lebih panjang.

Namun tak lama aku bisa memegang penis Sam, karena ia langsung melorot ke bawah perutku. Lalu menarik celana dalamku sampai terlepas dari kedua kakiku.

Aku semakin degdegan, karena wajah Sam sudah berada tepat di atas kemaluanku yang senantiasa kucukur bersih ini.

Lalu terdengar suara Sam. “Senyum memekmu juga amat maniiiis… mwuaaah… mwuaaah… mwuaaaaah… mwuaaaaah …!” Sam menciumi kemaluanku, membuatku risih, malu… tapi libidoku semakin meningkat…!

Terlebih setelah terasa kemaluanku mulai Sam jilati dengan lahapnya. Tak urung aku mulai menggeliat - geliat sambil mengusap - usap rambut Sam yang berjambul rapi. Bahkan mulutku pun mulai melontarkan desah - desah spontan, “Aaah… Saaaaaaam… aaaaahhh… aaaaaahhhh… aaaaaaah… Saaaaam …

Clitorisku pun terasa mulai dijilatinya. Tentu saja aku semakin merintih dalam nikmatnya permainan oral Sam. “Ooooo… ooooooh… Saaaaam… itu itil Saaaaam… aaaaaa… aaaah… peka sekali Saaaam… Saaaaam… Saaaaam…”

Belasan menit mulut Sam seolah terbenam di permukaan kemaluanku. Sampai akhirnya aku merengek seperti minta dikasihani, “Saaam… oooooh… masukin aja penisnya Saaaam… aku hampir lepas nih… takut jadi becek nanti Saaam, please… !”

Akhirnya Sam berlutut sambil melepaskan celana dalamnya. Lalu batang kemaluan “tinggi tegap” itu pun mulai diarahkan ke mulut kemaluanku.

Sepasang pahaku pun mulai kurentangkan selebar mungkin, seolah mengucapkan selamat datang buat hadirnya penis lelaki yang bukan suamiku itu.

Dan… blesssssss… terasa penis panjang gewde itu mulai menyelusup ke dalam liang kewanitaanku. Membuat mulutku ternganga namun dengan mata terpejam erat - erat.

Sekilas terbayang wajah Fariz, namun aku membayangkan senyumnya, karena ia sudah mengijinkan semuanya ini. Berarti tiada yang perlu kutakutkan lagi. Ku harus melayani Sam sebaik mungkin, agar terkesan bahwa aku ini wanita yang memuaskan birahinya.

Maka ketika Sam mulai mengayun penisnya, bermaju mundur di dalam liang kewanitaanku yang sudah basah dan licin ini, aku pun mulai menggoyangkan pinggulku sebisanya. Meski bukan ahli goyang, aku tahu bahwa pada dasarnya goyangan pinggul harus dilakukan untuk kenikmatan berdua. Bukan hanya untuk Sam, bukan pula hanya untuk diriku sendiri.

Karena itu aku menggoyang pinggulku dengan gerakan mirip ombak bergulung - gulung menuju pantai. Sehingga terkadang pantatku ditarik dan diangkat, kemudian menukik dan menghempaskan bokongku di kasur. Ini membuat penis Sam terbesot - besot oleh liang kewanitaanku, sekaligus membuat kelentitku bergesekan dengan penis Sam pada waktu menukik.

Namun Sam pun tak sekadar mengentot liang sanggamaku. Mulut dan tangannya ikut beraksi. terkadang dia mengemut puting payudara kiriku, sementara tangan kirinya meremas - remas payudara kananku dengan lembut. Terkadang lidahnya menjilati leherku yang sudah keringatan ini, disdertai dengan gigitan - gigitan kecil yang membuat mataku merem melek, dalam nikmat yang tak bisa dilukiskan dengan kata - kata belaka.

Dan yang paling geli tapi enak adalah ketika lidahnya menjilati ketiakku dengan lahapnya. Sehingga desahan dan rintihanku pun tak dapat kukendalikan lagi. Berhamburan terus dari mulutku. “Saaaam… ooooooh… Saaaaam… oooooooh… Saaaam… ini… luar biasa indahnya Saaaaam… sepertinya aku…

Di tengah berhamburannya desahan dan rintihanku, terdengar juga bisikan Sam di dekat telingaku, “Memem Neena ini… luar biasa legitnya… aku bangga bisa menikmati memek selezat ini Neen…”

Di saat lain Sam berbisik lain, “Nanti lepasin di luar?”

Yang kusahutg terengah, “Jangan Sam. Aku ingin merasakan nikmatnya semburan hangat air mani Sam…”

Begitu lamanya Sam menyetubuhiku. Sehingga aku sudah orgasme duluan, justru ketika Sam sedang gencar - gencarnya mengentotku.

Sam pun sudah bermandikan keringat yang berjatuhan dan bdercampur aduk dengan keringatku. Namun aku malah merasa nyaman dengan keringat yang membanjiri tubuhnya itu. Aku bahkan terus - terusan memagut bibirnya, kemudian melumatnya dengan lahap. Sementara Sam pun sering mencium kelopak mataku sambil membelai rambutku.

Sampai pada suatu saat… ketika aku sedang menggelepar dan akan mencapai orgasme keduaku, Sam pun mengentotku dengan gencarnya. Sehingga terasa moncong penisnya terus - terusan mentok di dasar liang kewanitaanku. Hal ini membuatku terpejam - pejam dalam nikmat yang luar biasa.

Lalu… manakala sekujur tubuhku mengejang tegang, Sam pun menancapkan batang kemaluannya sedalam mungkin. Kemudian terjadilah perpaduan keindahan itu. Bahwa ketika aku mengejang dengan liang kewanitaan berkedut - kedut kencang, moncong penis Sam pun memuntahkan air maninya yang terasa hangat di dasar liang kewanitaanku.

Crooootttttt… croooottttt… crotttcrott… croooooooootcroootttt… crooooooootttt…!

Kuremas bahu Sam sekuatnya. Lalu Sam terkulai dalam dekapanku. Dengan keringat semakin membanjiri tubuh kami.

“Luar biasa Neena… terima kasih ya. Semoga hubungan kita kekal sampai tua renta kelak,” ucap Sam setelah mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kewanitaanku.

“Semua ini kulakukan atas ijin suamiku Sam.”

“Ohya?! Jadi dia tau kalau kita sudah mulai punya hubungan?”

“Iya. Tapi dia hanya mengijinkan dengan Sam saja. Tidak boleh dengan lelaki lain.”

“Wow… kalau begitu suamimu itu harus dijadikan temanku nanti. Aku suka dengan sosok yang open minded begitu.”

Aku pun bangkit dan memegang lengan Sam dengan kedua tanganku, “Aku yakin… sekarang ini aku sudah sangat mencintaimu Sam.”

“Baguslah… kita harus pelihara hubungan ini. Sampai kapanpun tidak boleh putus Sayang,” sahut Sam yang disusul dengan kecupan mesranya di bibirku.

Ini gambaran diriku dan Sam, sekadar mulustrasi belaka. Aslinya bisa lebih jelek bisa lebih bagus

Jalinan mulai tertata

dengan penuh perasaan dengan berpikir jauh ke depan karena aku sudah mulai merasakan cinta ini yang sebenarnya tak pernah kurasakan padanya meski secara sah dialah pemilikku tapi mungkinkah aku dengan Sam bisa saling memiliki secara sah? Bukankah di pihaknya dan di pihakku ada benteng yang sukar dirobohkan?

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu