2 November 2020
Penulis —  qsanta

Keluarga Maemunah

Detik - detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

“Habis juga mama makannya.”

“Iyalah. Kan sayang kalau gak diabisin.”

“Gimana mah rasanya makan kayak si Oni?”

“Penasaran? Coba aja sendiri.”

“Gak ah.”

Beni lantas berdiri di atas kedua lututnya, di hadapan mamanya. Kontolnya kini sejajar dengan mulut mamanya yang masih tetap merangkak.

“Nih mah tambahan protein biar makin sehat.”

“Mana?”

“Ya mama isep dong. Ntar juga muncul.”

Bukannya menjawab, Munah malah menjulurkan lidah dan mulai menjilati kontol anaknya. Tangan anaknya yang membelai rambutnya malah membuat Munah semakin bersemangat. Tak hanya jilatan, kini Munah juga mulai menghisap kontol anaknya.

Tangan Beni mulai mencengkram rambut Munah. Lantas Beni mulai memompa pinggulnya sehingga kontolnya keluar masuk di mulut mamanya.

“Beni mau keluar mah!”

Munah makin bersemangat mendengar kata - kata anaknya. Hingga akhirnya Munah merasakan semburan peju anaknya di mulutnya. Munah berusaha agar peju anaknya dapat tertelan semua. Cengkraman tangan anaknya pada belakang kepala membuat usaha Munah menjadi mudah.

Puas orgasme, Beni membawa Munah dan Oni kembali ke kandang anjing.

“Kalau capek, mama tidur siang aja di sini. O ya, ntar malem siapin makanannya buat satu orang saja ya.”

“Emang kamu mau makan di luar? Udah bosan sama masakan mama ya?”

“Bukan gitu. Pokoknya ntar Beni jelasin dah. Mulai sekarang, tiap mama masak, buat satu orang saja. Kecuali kalau kita kedatangan tamu.”

“Iya deh. Lagian juga biar sekalian ngirit.”

Capek setelah beraktifitas, Munah berbaring di kandang si Oni tanpa merasa jijik sekalipun. Namun Munah melihat pintunya hanya diselot oleh anaknya. Otomatis Munah bisa keluar masuk karena gak digembok.

***

Sementara itu, Beni kembali asik dengan dunianya sendiri. Entah itu main gim atau menonton film. Angin yang bertiup melalui jendela membuat Beni yang lagi asik tiba - tiba mengantuk. Akhirnya Beni putuskan untuk tidur siang.

***

Senja kala, saat lembayung muncul dengan indahnya, Munah terbangun oleh sapuan lidah Oni di wajahnya. Munah hanya tersenyum lantas keluar dari kandang, namun tetap membiarkan si Oni terkurung. Setelah diluar kandang, Munah kembali merangkak. Namun, baru beberapa rangkak, Munah mengangkat satu kaki lantas kencing.

***

Beni terbangun karena ingin kencing. Lantas dia ke kamar mandi dan kencing. Setelah itu, Beni putuskan untuk mandi sekalian. Selesai mandi, Beni dapati mamanya sedang melihat berita di tv.

“Lihat apaan mah?”

“Biasa, berita.”

“Oh. Laper nih mah.”

“Tuh, udah mama siapin makanannya.”

“Oh ya?”

“Eh, tapi mama masakinnya cuma buat satu orang. Kan seperti keinginanmu.”

“Iya, mah. Beni gak lupa kok.”

“Terus kita kan berdua?”

“Iya, tenang aja. Lho, tali kekang mama gak dipakai?”

“Iya.”

“Ya udah, kalau gak ada tali kekang, Beni tarik ini aja ya.”

“Terserah kamu dah.”

Beni mengelus rambut mamanya. Setelah itu, Beni memegang rambutnya dan menariknya sambil berjalan pelan. Mamanya mencoba mengikut kecepatan langkah Beni, karena apabila tertinggal tentu rambutnya akan terasa sakit.

“Kamu tuh bisa aja pikirannya.”

“Hehe… Ya udah, Beni makan dulu. Mama tunggu deket mangkuk si Oni.”

Munah duduk di dekat mangkuk Oni sambil melihat anaknya yang sedang makan dengan ayam yang tadi sudah dipanaskan. Namun, belum juga habis, potongan ayam itu dilempar oleh anaknya hingga masuk ke mangkuk Oni. Munah menatap anaknya dengan pandangan penuh tanya.

“Makan mah! Biar ngirit sih anjing cukup dikasih makanan sisa aja.”

“Serius kamu nak?”

“Iya dong mah. Keburu dingin gak enak lho.”

Karena lapar dan juga tak ingin mengecewakan anaknya, Munah memakan potongan ayam sisa tersebut. Namun karena masih menempel pada tulang, Munah mengambil daging ayam itu.

“Jangan pake tangan mah.”

“Terus gimana dong?”

“Anjing kan makannya pake mulut saja.”

“Udah nurut aja.”

Munah menurut, namun karena belum terbiasa, masih banyak potongan daging yang menempel pada tulang.

“Nih lagi!” kata Beni sambil kembali melempar daging ayam sisa ke mangkuk Oni. Namun daging itu mengenai kepala mamanya lantas jatuh ke lantai.

Dengan sigap, Munah menggigit dan memakan daging ayam langsung dari lantai.

“Hahaha… pinter… pinter… mama mulai jadi anjing pinter… ayo makan biar kenyang!”

Setelah beberapa potong, Beni merasa cukup.

“Kenyang mah?”

“Lumayanlah. Minumnya mana? Haus nih.”

“Mumpung mama nanya, Beni bawa si Oni dulu. Biar mama minum persis kayak si Oni minum.”

Beni lantas melangkah keluar meninggalkan mamanya yang sedang kebingungan mendengar kata - katanya. Beberapa saat kemudian Beni datang sambil menarik kekang si Oni. Beni tahu si Oni pasti kelaparan dan kehausan. Setelah itu, Beni melepas kekang si Oni dan mengambil pakan anjing.

Dilepas oleh Beni, si Oni langsung menjilati tubuh dan atau wajah Munah. Namun, perhatian Oni kembali ke Beni yang sedang menumpahkan pakan anjing ke mangkuknya. Oni lantas makan dengan lahap. Pakan basah itu Beni tuangkan dengan agak banyak melebihi porsi biasanya. Otomatis si Oni tak menghabiskan makanannya karena kekenyangan.

“Kamu kayak baru pertamakali aja ngasih makan. Liat tuh masih banyak sisanya. Kan sayang.”

“Sengaja mah.”

“Sengaja gimana?”

“Itu buat mama. Biar kenyang. Anjing kan memang makanan makanan anjing.”

Munah hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban anaknya.

“Ayo makan mah.”

Munah akhirnya memakan makanan anjing untuk pertamakalinya. Rasanya terasa asing, namun tetap Munah paksakan. Setelah habis, Munah kembali menatap anaknya.

“Mana nih minumnya?”

“Yuk ikut mah!”

Beni membawa si Oni ke kamar mandi, diikuti mamanya. Tahu ada sumber air di kamar mandi, si Oni lantas minum dari kloset jongkok.

“Kamu mau mama minum dari situ?”

“Lha, ini ada anjing minum dari sini. Masa anjing lainnya gak mau sih. Kan sama - sama anjing?”

“Bener - bener gila kamu.”

“Hehe… gak bosen mah bilang gitu? Ayo cepet minum, si Oni udah tuh.”

Akhirnya Munah benar - benar mendekatkan kepala ke kloset itu. Awalnya Munah menjulurkan lidah, namun akhirnya Munah seruput juga hingga dahaganya hilang. Puas minum, Munah merasa lehernya kembali dipasangi kekang oleh anaknya. Lantas kekang itu ditarik. Kini Munah merangkak beriringan dengan si Oni menuju kandangnya.

“Masuk mah, temenin si Oni tidur di sini!”

“Kamu mau mama tidur di sini?”

“Iya?”

“Telanjang?”

“Enggak dong mah. Ntar Beni bawa sesuatu. Udah, masuk dulu aja.”

Munah pun masuk setelah si Oni lebih dahulu masuk. Munah berbaring dan si Oni ikut berbaring di sampingnya. Beberapa saat kemudian datang anaknya melemparkan selimut.

“Nih, pake ini biar gak kedinginan.”

“Sayang dong kalau kotor.”

“Mama nih ada - ada aja. Emangnya anjing mesti pake yang bersih terus?”

Munah mengerti maksud anaknya.

“Besok bangunin Beni ya. Biar gak terlambat upacara.”

“Iya. Kamu gak ikut tidur di sini sama mama?”

“Enak aja. Beni kan manusia mah, bukan anjing.”

Munah hanya bisa diam melihat punggung anaknya yang berjalan menuju ke dalam rumah. Namun anehnya, direndahkan oleh anaknya malah membuat Munah terangsang. Beruntung bagi dirinya, di sebelahnya ada si Oni. Dengan sedikit komando, Munah melebarkan paha dan memeknya dijilati si Oni. Puas dijilati, Munah menyuruh si Oni berhenti, lantas nungging dan menunggu dikawini.

Tanpa menunggu waktu, si Oni langsung mengawini betinanya itu hingga selesai.

Puas kawin, Munah dan Oni pun tidur di bawah selimut yang sama.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu