3 November 2020
Penulis —  Neena

Birahi Liar - Di Dalam Keluarga Kami

Bab 05

Permintaan Mbak Rina bahwa ia ingin kusetubuhi lagi setelah persetubuhanku dengan Mbak Lidya ini selesai, adalah permintaan yang harus kukabulkan. Dan itu berarti bahwa aku harus berusaha sekuat tenaga agar jangan ngecrot di dalam memek Mbak Lidya.

Tapi memek Mbak Lidya ini… sangat aduhai… terlalu enak buatku. Bahkan mungkin memek Mbak Lidya ini menempati peringkat pertama di antara perempuan - perempuan yang pernah kuentot…! Liang tempik Mbak Lidya ini paling enak di antara memek - memek yang pernah kuentot…!

Ketika aku sedang gencar - gencarnya mengentot Mbak Lidya, aku tahu bahwa Mbak Lidya sudah orgasme beberapa saatg sebelumnya. Seharusnya cepat kucabut kontolku dari memek Mbak Lidya, lalu pindah ke memek Mbak Rina.

Tapi aku sudah telanjur menghayati betapa nikmatnya liang memek Mbak Lidya ini. Sehingga kontolku tetap gencar mengentot memek Mbak Lidya yang aduhai ini. Dan pura - pura tidak tahu bahwa Mbak Lidya sudah orgasme.

Justru setelagh orgasme, liang memek Mbak Lidya jadi semakin enak rasanya. Masih tetap sempit, tapi jadi licin dan hangat. Sementara Mbak Lidya pun tampak seperti kerasukan, mungkin saking enjoy merasakan nikmatnya entotan kontolku.

“Entot terussss Booon… makin lama makin enak rasanyaaaa… entottt yang lebih kencang Boon… iyaaaa… iyaaaa… gila… luar biasa enaknya Booon… entooottttt… entooooootttt… entoooooootttttt… aaaaaaaa… aaaaah… enaaaak Booon… kontolmu memang luar biasa enaknyaaaa…

Aku tak sekadar memainkan kontolku yang bermaju mundur terus di dalam liang memek Mbak Lidya. Bibir dan lidahku pun ikut beraksi. Terkadang mencium dan melumat bibir Mbak Lidya, terkadang menjilati lehernya yang sudah dibasahi keringat, disertai dengan gigitan - gigitan kecil.

“Sekalian cupangin leherku Booon… ini nikmat sekali… nikmaaat… “erang Mbak Lidya sambil mendekap pinggangku erat - erat.

Kuikuti saja permintaan kakakku itu. Kusedot - sedot lehernya sekuatku. Sehingga meninggalkan bekas merah kehitaman.

Takut kalau bekas cupanganku jadi masalah, karena besok Mbak Lidya akan menghadiri acara wisudaku, aku hanya berani meninggalkan bekas satu titik saja di leher Mbak Lidya. Kemudian aku mengalihkan aksi mulutku ke toket Mbak Lidya yang masih kencang padat ini. Di badan toket itulah aku mencupanginya.

Namun semua ini terlalu indah bagiku dan juga bagi Mbak Lidya.

Pada suatu saat Mbak Lidya berkelojotan lagi. Kemudian mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat ke atas.

Pada saat itu pula aku tak bisa menahan diri lagi. Kugencarkan entotanku secepat mungkin, kemudian kutancapkan kontolku di dalam liang memek Mbak Lidya, sampai menyundul dasar liang memek aduhai itu.

Lalu kami seperti sedang kerasukan. Saling jambak, saling remas seolah - olah ingin menghancurkan tulang di balik daging dan kulit yang kami remas ini.

Sepasang mata indah Mbak Lidya terbeliak. Nafasnya tertahan. Lalu liang memeknya terasa mengedut - ngedut kencang… disusul dengan gerakan seperti spiral yang seolah tengah meremas kontolku yang sedang gawat juga ini.

Tak kuasa lagi aku menahannya. Moncong kontolku langsung menembak - nembakkan lendir kenikmatanku di dalam liang memek Mbak Lidya… croooooooootttttttt… crootttttt… crooootttt… crotttcrootttt… crooootttt…!

Aku terkapar di atas perut Mbak Lidya. Lalu terkulai lunglai di puncak kepuasan birahi.

Mbak Lidya pun terkulai lunglai. Memejamkan sepasang mata indahnya, mungkin sedang meresapi nikmat yang baru saja dialaminya.

Meski lemas, kutarik kontolku dari liang memek Mbak Lidya. Lagi - lagi kusaksikan genangan darah yang sudah mulai mengering di bawah memek Mbak Lidya.

Dua orang perawan telah kurenggut kesuciannya. Atas kehendak mereka sendiri.

Aku pun turun dari bed menuju kamar mandi. Ternyata Mbak Rina mengikuti langkahku dan ikut masuk ke dalam kamar mandi.

“Kontolmu sudah lemas ya Bon,” ucap Mbak Rina sambil memegang kontolku yang masih berlepotan air mani bercampur dengan lendir libido Mbak Lidya.

“Iya Mbak,” sahutku dengan perasaan kasihan juga, karena mungkin dia pikir aku bisa langsung menyetubuhinya setelah selesai dengan Mbak Lidya barusan. Lalu kupeluk leher Mbak Rina sambil berkata, “Sabar ya Mbak. Nanti setelah ngaceng lagi, pasti Mbak yang bakal kuentot.”

“Barusan kontolmu ejakulasi di dalam memek Lidya?”

“Iya. Gak kuat lagi menahannya.”

Mbak Rina mencium bibirku, lalu berkata setengah berbisik, “Aku juga pengen ngerasain disemprot oleh air manimu Bon.”

“Iya Mbak.”

“Bagaimana nih caranya supaya kontolmu bisa ngaceng lagi?”

“Kalau Mbak mau, oral aja kontolku.”

“Bukan gak mau, tapi belum tau caranya.”

“Sebentar Mbak… aku mau kencing dulu.”

“Aku pengen seperti di bokep yang pernah kutonton. Kencingin memekku nih,” ucap Mbak Rina sambil meletakkan kedua telapak tangannya di bokong, sekaligus mengangsurkan memeknya ke dekat kontolku.

Ah, ada - ada aja kakakku yang satu ini. Tapi tanpa membantah kulakukan juga apa yang diminta olehnya itu. Kuarahkan moncong kontolku ke memek Mbak Rina. Lalu kupancarkan kencingku ke memek berbulu tipis dan pendek - pendek itu.

“Hihihiiii… air kencingmu panas,” kata Mbak Rina sambil menepuk - nepuk memeknya yang sudah basah oleh air kencingku, “Kita sekalian mandi aja yuk. Biar bisa saling menyabuni seperti waktu masih anak - anak dahulu. ““

“Boleh. Biar aku bisa nyabunin memek Mbak, sementara Mbak juga bisa nyabunin kontolku.”

Mbak Rina memegang kontolku yang masihlemas ini sambil berkata, “Waktu masih kecil aku sering nyabunin kontolmu ini. Tapi pada saat itu kontolmu hanya sebesar kelingking. Sekarang kontolmu jadi segede pergelangan tanganku… hihihihiiii…”

“Memek Mbak juga waktu itu belum ada jembutnya. Sekarang kan jadi berjembut.”

“Kamu gak suka kalau aku membiarkan jembutku meski sudah dirapikan gini?”

“Aku sih yang berjembut suka, yang gundul juga suka. Sama aja. Punya kelebihan masing - masing,” sahutku sambil memutar keran shower air hangat.

Air pun memancar dari shower yang berada di atas kepala kami. Memang aku pun merasa perlu mandi, karena badanku penuh dengan keringat bekas “perjuangan” belah duren dua kali tadi.

Lalu kami pun melakukan hal yang sering kami lakukan di masa kecil, yaitu saling mnyabuni. Tapi dengan bentuk fisik dan perasaan yang jauh berbeda. Ketika Mbak Rina sedang menyabuniku, ketika sedang menyabuni kontolku ia berjongkok. Lalu belajar tentang bagaimana caranya felatio (mengoral kontol). Sehingga kontolku mulai membesar…

Ketika giliranku menyabuni sekujur tubuh Mbak Rina, maka setelah dibilas dengan air hangat shower, aku berjongkok di depannya, untuk menjilati memeknya yang sudah bersih dan harum sabun mandi.

“Duuuh Booon… aku jadi horny berat nih,” ucap Mbak Rina setelah cukup lama aku menjilati memek dan itilnya.

“Di sana aja yuk…” ucapku sambil menunjuk ke meja washtafel yang bisa diduduki pinggirnya. Meja washtafel yang ditutupi granit coklat itu.

Mbak Rina langsung setuju saja. Ia melangkah duluan ke meja washtafel itu. Kemudian kuatur agar ia duduk di meja washtafel itu, dengan sepasang kaki mengangkang di pinggirannya.

Lalu dengan perjuangan yang lumayan berat, akhirnya aku berhasil membenamkan kontolku, sambil berdiri menghadap kakakku yang sedang duduk mengangkang di pinggiran meja washtafel itu.

Ketika aku mulai mengentotnya, Mbak Rina memegang sepasang bahuku. Sambil berdesah - desah lagi.

Tiba - tiba terdengar suara Mbak Lidya di belakangku, “Pantesan hilang… rupanya lagi begituan lagi di sini yaaa?”

Mbak Rina yang menyahut, “Kalau mau joint, mandi dulu sana Lid. Biar bersih dan segar badanmu.”

“Iya Mbak… badanku udah lengket - lengket sama keringat nih. Asyik juga dientot di dalam kamar mandi ya? Bikin aku jadi horny lagi neh… !”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu