2 November 2020
Penulis —  Pecah Utak

Madame

Kisah ini adalah asli seperti yang dituturkan kepada penulis oleh tokoh aslinya. Selamat Menikmati.

_Rasanya sayang kalau kisah pribadiku ini terlewatkan begitu saja.

So.. aku mau semua netter yang membuka HP ini jadi tempat membagi cerita._

_Ini adalah kisahku waktu melakukan sebuah penelitian ilmiah di Manado.. kota yang terkenal dengan kecantikan wanitanya.

Saat itu karena prestasiku yang sangat baik.. aku mendapat kehormatan untuk menerima dan meminta fasilitas yang aku perlukan untuk penelitian selama satu setengah bulan itu dari sponsor dan pemerintah._

Para pejabat daerah itu juga sangat antusias menyambutku.. mereka sangat mengharapkan penelitian ilmiah ini menjadi faktor pendorong bagi perkembangan ekonomi wilayahnya.

_Salahsatu dari para pejabat itu pula yang memberiku kehormatan untuk tinggal bersama keluarganya di sebuah kawasan khusus pejabat pemerintah dan pengusaha terkenal di kota itu.

Lagi-lagi aku bisa menabung jatah uang akomodasi yang diberikan oleh sponsor dan fakultas._

Oh ya.. nama panggilanku Agus.. saat ini aku berumur 24 tahun.. aku tercatat sebagai exchange student di University of Osaka.. negeri para Shogun dan Shamurai. Badanku biasa saja dengan tinggi 170 cm kulit kuning langsat.. wajah sering dapat pujian.. –nggak nyombong lho–

_Ada yang aneh dalam diriku.. di usiaku yang sekarang aku begitu menyukai wanita paruh baya yang berumur antara 37 sampai 45.

Rasa-rasanya aku jauh lebih menikmati wanita-wanita dewasa.. ibu-ibu kesepian atau para tante girang.

Dalam hal hubungan seks.. kaum mereka jauh lebih sensitif dan hmm.. pokoknya heboh._

Jelas itu karena tuntutan mereka akan kepuasan seks yang lebih dari biasanya.. dan juga mungkin karena faktor kematangan jiwa serta pengalaman terbang yang melebihi rata-rata –pilot kali yah?–

Nama-nama yang ada dalam cerita ini hanya samaran.. jadi kalau ada yang merasa keberatan silakan hubungi hansip di tempat masing-masing.

_Cerita ini kutulis bersama orang kedua yang juga merupakan pelaku di dalamnya.

Jadi nantinya terdapat dua pribadi yang akan berbicara di sini.. aku dan seorang wanita yang dalam tulisan ini sebut saja namanya Ibu Linda.

Dan percaya atau tidak.. cerita ini kami tulis sebagai selingan setiapkali kami melakukan hubungan seksual._


Keluarga Pak Rudy.. tempatku tinggal.. adalah keluarga kaya dan terpandang di seantero propinsi Sulut.

Di samping Pak Rudi sendiri yang pejabat teras Pemda.. keluarga itu juga memiliki beberapa perusahaan besar yang bergerak di berbagai bidang.

Istrinya sendiri memimpin sebuah grup perusahaan perkapalan dan pengelolaan hasil hutan.. ketiga anaknya mereka kirim ke luar negeri.

Satu di Australia dan dua lainnya di London.

Di rumah itu mereka tinggal dengan tiga orang pembantu.. dua sopir dan dua tukang kebun yang sehari-hari ‘ngantor’ dari jam tujuh sampai jam lima sore.

Sebagai orang kaya dan terpandang.. Pak Rudi juga terkenal dermawan.. –atau pura-pura dermawan.. entahlah–

Ada juga seorang adik perempuan Pak Rudi.. Lisa yang masih singel meski sudah berumur 38 tahun.. ia seorang dokter yang bertugas di rumah sakit pemerintah di kota itu.

Seperti kebanyakan perempuan Manado.. kulit Mbak Lisa –demikian aku memanggilnya– putih bersih.. tubuhnya lebih mirip gadis Amerika sono ketimbang orang melayu. Hidungnya mancung dengan bibir yang sensual sekali.

Kalau mau melihat dadanya hmm.. ukurannya terus terang saja di atas rata-rata.

Tak kalah cantiknya istri Pak Rudi.. aku biasa memanggilnya ‘Ibu..’ untuk menghormati kedudukannya sebagai pengatur kehidupan rumah tangga itu.. orang mengenalnya dengan panggilan Bu Linda. Tubuhnya biasa saja.. tak terlalu langsing dan tidak gemuk.. pas.

Ia sedikit cerewet.. mungkin karena semangatnya sebagai wanita karir yang berdisiplin tinggi.

Dalam masalah waktu ia termasuk golongan ‘gila ketepatan’. Bu Linda tak pernah kepagian dan tak pernah juga kesiangan.. ia selalu tepat waktu.

Bicaranya selalu diplomatis.. topik pembicaraannya dengan siapapun pasti terdengar sangat ilmiah.

Ia memang Sarjana Ekonomi dan Managemen lulusan UI di Jakarta.. jadi jangan heran kalau sesekali ia bicara masalah politik atau kebijakan ekonomi nasional bahkan dunia.

Tapi ada satu hal yang kuanggap sebagai kekurangan wanita ini.. wajah manisnya lebih sering tampak judes dan ‘killer..’ ia pelit senyum..!

Di rumah itu.. aku paling dekat secara pribadi dengan seorang dari sopir mereka. Namanya Pak Yos.. Yosef Sengkei lengkapnya.

Lelaki berumur hampir 51 tahun.. pensiunan ABRI yang sudah mengabdi pada keluarga itu tak kurang dari sepuluh tahun.

Kami sering berbicara ngalor ngidul. Ia memang ditugaskan untuk mengantarku ke mana saja dalam rangka studi di lapangan.. sehingga kami banyak punya kesempatan untuk ngobrol.

Hanya lima hari sejak aku di sana.. ada sebuah kejanggalan yang terjadi.. pada suasana keakraban dalam keluarga itu.. setidaknya ini kata Pak Yos suatu ketika. Ia bilang betapa kelihatan harmonisnya keluarga Pak Rudy sejak aku ada di situ.

Bu Linda yang biasanya sangat menakutkan mereka.. tiba-tiba jadi agak sedikit ramah dan terbuka.. masih super disiplin.. tapi tidak setegang dulu.

Mbak Lisa juga begitu.. sekarang ia betah di rumah sejak ada aku.. kami memang kerap ngobrol pada malam harinya.

Biasanya hanya ngomong masalah kehidupan luar negeri atau perkembangan di negara ini.

Dulu-dulunya kata Pak Yos.. Mbak Lisa nggak pernah sedetikpun terlihat duduk di taman dekat kolam renang di belakang rumah. Habis dari rumah sakit langsung saja ngeloyor tidur.. demikian cerita lelaki tua itu dengan polosnya. Kucoba jadi pendengar yang baik.. toh ini mungkin bermanfaat bagi diriku.

Tapi memang.. mengaku atau nggak.. aku punya perhatian khusus pada Lisa.

Ada sebuah perasaan aneh saat pertamakali menatap perempuan setengah baya itu.. meski hanya beberapa detik saja kami saling memandang.. tapi aku seperti merasakan seolah ada aura yang kuat memancar dari matanya.

Namun sebagai pendatang baru.. apalagi dengan status ‘Numpang-Man..!!’ Tentu akan sangat tidak sopan kalau aku langsung menunjukkan reaksi.

Dan cepat-cepat aku menangkis semua bayangan-bayangan vulgar.. tentang kemolekan tubuh Lisa yang sempat bercokol di kepalaku.. saat aku melihat beberapakali Lisa menerima kedatangan seorang dokter rekan kerjanya.

Mereka kurang lebih seumur.. tapi menurut Lisa.. yang mulai minggu pertama terbuka padaku itu.. Dokter Anton –begitu Lisa memanggilnya– sudah beranak istri. Hanya saja menurut cerita dokter itu ia tak sebahagia yang didambakannya.

Suatukali aku pernah juga memberanikan diri untuk memperingatkan Lisa akan hal itu.. dan ia tampak termenung saja.. seakan masalah itu baginya sebuah dilema.

Pak Rudy.. lelaki berumur 55 itu tak begitu dekat dengan keluarganya.. Ia lebih sering berada di luar rumah.. maklum pengusaha sekaliber dia dengan bisnis yang beragam.. ditambah dengan tugasnya di departemen pemerintah.. membuat waktunya hampir-hampir tak ada untuk keluarga. “Duapuluh empat jam saja rasanya tidak cukup..

Yah.. itulah gambaran keluarga Pak Rudy dengan beragam karakter mereka.

Diam-diam aku juga sering memetik pelajaran dari keluarga itu untuk riset ilmiah ini.

Aku masih ingat.. malam itu 27 September 1998. Seperti biasanya kami.. aku.. Bu Linda dan Lisa berada di ruang keluarga. Kami menghabiskan waktu sambil menonton acara televisi dan menikmati kue-kue kecil sehabis makan malam.

Pak Rudy biasanya sampai di rumah cukup larut.. antara pukul sepuluh sampai duabelas.

Saat itu sudah pukul sembilan malam waktu setempat. Kami semua duduk di sofa menghadap TV di ruangan itu.. ngobrol sana-sini tentang semua yang up to date.

Tapi anehnya.. malam itu perhatianku seperti hanyut pada kedua wanita paruh baya itu.. keduanya sudah mengenakan baju terusan sutra yang polos tak berlengan.. sehingga belahan dada mereka berdua tampak menonjol. Dada dan bahu mereka yang putih mulus itu menjadi titik perhatian mataku.

Aku seperti terhipnotis.. terutama oleh pesona tubuh Bu Linda yang duduk persis di sampingku.

Istri Pak Rudy yang berwajah manis itu seperti kehilangan warna judesnya.

Pojok mataku lebih sering melirik ke celah gaun tidurnya.. yang sesekali menampakkan bungkusan buah dada montoknya.

Untung aku masih bisa kontrol.. mereka beberapakali menanyakan sesuatu tentang Jepang.

Kujawab seadanya dengan mata yang masih saja jelalatan.

Setelah mengamati dengan cukup seksama.. ternyata Bu Linda berwajah lebih manis dari adik iparnya itu.

Meski Lisa lebih muda empat tahun darinya.. namun kalau mau jujur.. aku lebih senang kalau yang ngajak.. hmm.. Bu Linda.

Ah.. pikiranku mulai ngeres..

Mereka sering berbicara dengan topik yang tak kuketahui.. inilah kesempatanku untuk mencuri-curi pandang ke arah celah di bawah ketiak Bu Linda.

Dan secara tak sadar.. aku tak tahu kalau posisi dudukku dan Bu Linda hanya berjarak beberapa sentimeter saja.

Aku tak tahu apa yang menggerakkan badanku untuk terus mendekat dan.. hmm.. kulit halus itu terasa tersentuh bulu-bulu tanganku yang langsung saja merinding.

Aneh sekali.. kedua wanita paruh baya itu tidak merasa canggung sama sekali.

Layaknya seorang anggota keluarga itu.. mereka sama sekali tak tampak terpengaruh oleh posisi duduk aku dan Bu Linda.

Tak sampai limabelas menit setelah itu.. Lisa menguapkan kantuknya.

Rupanya dokter single dan cantik itu terlalu lelah.. ia memang mengatakan padaku kalau siang harinya ia habis memimpin sebuah operasi bedah.

Tak heran kalau ia tampak begitu lelah.. matanya sayu dan sedikit merah.

“Kak Nan.. aku pergi tidur dulu ya..?” serunya pada Bu Linda.

Hmm.. waktu beranjak dari sofa.. pahanya sempat terlihat olehku. Tapi ah.. perhatianku sudah telanjur pada Bu Linda.

“Gus.. Mbak permisi dulu.. kamu nggak ngantuk..?”

“Nggak kok.. Mbak. Selamat tidur.. ya..” aku mengedipkan sebelah mata.

“Makasih..” katanya sambil berlalu dari hadapan kami.. ia sempat membalas kedipan mataku dengan senyum.

Beberapa saat kami berdua terdiam.. tinggal aku dan Bu Linda dan TV yang ngoceh tak karuan dengan acaranya.

Aku tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istri Pak Rudy itu.

Sementara aku sendiri asik mengkhayalkan kalau-kalau suatu saat nanti tubuh wanita ini bisa kusentuh.. kuraba.. kuremas.. kucium dan.. ooww.. kutiduri sepuas hati.

_[“Heii.. kenapa aku jadi begini ya..? Rasa-rasanya ada yang aneh malam ini.. berduaan dengan pemuda ini.. sesuatu yang mungkin di luar dugaan..?

Hmm.. anak ini boleh juga.. semoga suamiku pulang lebih larut lagi…” ]_

Batin Bu Linda seperti merasakan sebuah getaran sejuk dari tubuh anak muda yang ada persis di sampingnya.

_[“Aneh.. kenapa aku merasa biasa sekali dengannya.. dia bukan siapa-siapa.

Bahkan aku baru mengenalnya hanya satu minggu.. tapi rasa-rasanya ia seperti orang yang telah kukenal lama…” ]_

Perempuan itu mencoba sedikit menggerakkan bahunya.. sehingga menimbulkan pergesekan di antara kulitnya.

Eiit.. apa-apaan ini Bu Linda.. mungkinkah dia berpikir sama denganku..?

“Ii.. ibu.. bapak pulang jam berapa Bu..?”

“Entahlah.. ibu juga nggak pernah perhatiin lagi tuh.. pulangnya jam berapa..”

Tangannya meraih remote control di atas meja dan mencoba mengalihkan perhatian ke arah TV.

“Apa kamu punya rasa yang sama denganku.. Gus..? Semoga saja iya..? Tapi benar juga katamu.

Apa suamiku tak cepat datang dan menemukan kita sedang ..” Batinnya mulai dilanda konflik.

“Kamu di Jepang nggak punya pacar.. Gus..?” Ia menggeser duduknya yang terlalu dekat itu.. lengan bagian atasnya tak lagi menempel di ujung bahuku.

Aku agak sedikit kecewa. Sudut mataku masih saja mengikuti gerak tubuhnya yang cukup mencurigakan.

“Dulu pernah tapi sekarang sudah nggak lagi..”

“Kalau boleh ibu tahu.. kenapa kalian sampai putus..? Maaf yah..”

“Nggak apa-apa.. Bu. Hmm kami nggak punya titik temu saja..” jawabku..

“Titik temu..?”

“Ya. Kami tidak cocok dan sama-sama egois.. tapi saya rasa bukan karena masalah perbedaan budaya.. tapi karena mungkin sama-sama masih muda dan ego saya yang masih tinggi..”

“Lho bukannya yang seumur kamu bisa jadi partner atau.. hmm.. pasangan yang cocok..?”

“Nggak juga kok.. Bu. Malah saya rasa sebaliknya.. saya kira saya hanya akan lebih cocok dengan yang lebih dewasa..”

Aku mencoba menenangkan diri dengan mengatur arah pembicaraan itu.

“Apa pengertian dewasa yang kamu maksud.. dari segi umur..?”

“Mungkin ya.. kalau mau jujur saja saya lebih menyukai wanita yang lebih tua dari segi umur..”

(“Hei.. hei.. kamu mau sama aku..? Hmm.. kamu lumayan ganteng lho..”) batin bu Linda.

“Emang kamu pernah pacaran sama yang lebih tua eh dewasa gitu..?”

“Pernah sih.. tapi sayang.. harus putus juga..”

“Kok putus terus sih..?”

“Dia sudah berkeluarga.. bu..”

_[“Aku juga mau kalau kamu mau.. betapa enaknya selingkuh sama yang lebih muda kayak kamu..

Kamu mau..? Kalau ya.. malam ini juga aku kasih kamu.. Gus..!” ]_ Teriaknya dalam hati.

(“Tapi.. pantas nggak sih kalau aku.. mm.. sama pemuda seumur ini.. gimana rasanya ya..? Sudah lama aku menginginkan moment seperti ini…”)

Tak disangka.. wanita bersuami itu kini berkhayal tentang perselingkuhan.. yang sebelumnya tak pernah sama sekali ada dalam pikirannya..

Sungguh ajaib anak muda ini.. tubuhnya seperti memancarkan gairah birahi yang sangat kuat pada perempuan paruh baya sepertinya.

Malah lebih jauh lagi.. batinnya terus mengkhayal.. matanya tak lagi memperhatikan TV..

Diintipnya tingkah anak muda setengah umurnya itu dengan seksama.. lewat pojok matanya.

_[“Ada kejanggalan pada gerak-gerik anak itu.. memang.. hmm akan kupancing dia..!

Tapi kau wanita bersuami.. Linda.. apalagi ia jauh lebih muda darimu.

Selayaknya kalau kau memanggilnya NAK.. bukan sayang..

Lagipula kabar tentang kebiasaan buruk suamimu belum tentu benar..

Tapi kenapa suamiku belum juga pulang..?”]_

Hati wanita itu terus berkecamuk.. Ia berusaha keras menyembunyikan hal itu dari pemuda gagah yang ada persis di samping tempat ia duduk.

Ia juga sepertinya sadar.. posisi duduk mereka bisa membuat orang lain.. termasuk suaminya berpikir yang tidak-tidak..

Tapi mengherankan juga.. pantatnya terasa begitu berat untuk bergeser.

“Sayang sekali ya.. tapi ibu lihat hal itu normal saja kok..”

Ia mencoba mencari pembenaran.. tentunya dengan penuh harap kalau jalan pembicaraan itu menjurus ke arah yang ia inginkan.

“Nggak ngerti saya.. Bu. Tapi.. ng.. saya masih berharap bisa menemukan yang seperti itu..”

Waw..! Bu Linda menyilangkan pahanya.. sehingga bagian bawah gaun tidur itu tersingkap cukup menantang.

Paha putih mulus itu dengan cepat mengalihkan perhatianku dari daerah ketiaknya.

Apakah ia lupa kalau seleraku adalah wanita seumurnya..? Atau ia memang sengaja memancing reaksi..?

Mungkin benar kata teman-temanku.. bahwa kebanyakan istri pejabat memang gatal seperti ini.

Mengetahui suami mereka banyak ‘jajan’ di luar rumah. Atau jangan-jangan ini memang sikap yang ia anggap biasa saja..

Ingat.. paling tidak dia pernah tinggal di Jakarta cukup lama.. tentunya waktu menamatkan kuliahnya di UI.

Kami berdua terdiam untuk beberapa saat.. sepertinya memang kami memikirkan sebuah hal yang sama.. tapi sama-sama malu dan enggan untuk mengungkapkannya.

Sudut mataku full mentok ke arah buah dadanya yang maju banget.. lebih dari rata-rata.

Kuperhatikan lagi wajahnya dengan seksama.. kulirik sejenak lalu membayangkannya.

_Hmm.. Bu Linda ini adalah perempuan paruh baya yang tercantik yang pernah kulihat.

Tapi.. Bagaimana caranya..?_Aku bingung sendiri sampai tiba-tiba ia membuka pembicaraan lagi.

“Gus.. menurut kamu kabar burung tentang kebiasaan buruk para elite pemerintah yang dikatakan punya hobi ‘jajanan’ itu betul.. nggak..?”

Ia tak sadar semakin mengarahkan pembicaraan itu. Wah ini dia kesempatanku..!

“Tampaknya ibu cukup ketinggalan juga.. ibu masih menganggap itu kabar burung tapi saya sendiri pernah menelitinya secara ilmiah.. Bu…”

“Oh ya..?” dia tampak bersemangat lagi.

“Ya.. dulu saya bersama teman pernah melakukan penelitian dengan sampling dan polling diantara keluarga para pejabat dan eksekutif di Jakarta..”

“Terus.. terus gimana..” ia memotong.

“Hasilnya cukup mengejutkan.. Sekitar 60 persen dari para bapak-bapak itu mengaku pernah atau memang sering melakukannya..”

“Hah..!?” Bu Linda terperanjat.. matanya menatapku tajam..

Ini kesempatan lagi untuk membalas tatapan perempuan cantik itu.

Sambil lalu aku melanjutkan keterangan yang sebenarnya hanya khayalanku saja..

Ini untungnya ilmuwan.. biar ngawur juga sedikit tidak pasti dipercaya. Hehe..

“Dan yang lebih aneh lagi.. Bu. Sebagian besar dari para responden menganggap hal tersebut suatu yang sudah lumrah.

Malah ada lagi yang berpendapat bahwa aneh kalau seorang pejabat teras dan eksekutif tak memiliki wanita lain selain istrinya..

Lebih tepat kalau saya katakan partner seks lain.. karena para wanita tadi memang lebih sering berfungsi sebagai teman kencan.

Kalau para pejabat pusat biasanya mengincar para artis dan bintang film.. Tentunya dengan konpensasi yang sebanding untuk si wanita..

Dan pejabat daerah biasanya memakai kedok perusahaan pribadi mereka.. merekrut gadis-gadis cantik untuk dijadikan simpanan dengan kedok mempekerjakan mereka sebagai sekretaris.. staf dan lain-lain..” jelasku panjang lebar.

Kata-kata itu muncul begitu saja dari mulutku dengan logika yang sedikit ngawur.

Bu Linda tampak sangat serius menanggapinya. Belum lagi aku melanjutkan kata-kata itu.. ia sudah memotong dengan pertanyaan yang justru membuat rencana kecil dan trik itu berjalan semakin lancar saja.

“Kalau menurut kamu.. Bapak gitu nggak..? Maksudku.. hmm.. suami ibu gitu..?”

Ini dia pertanyaan yang kutunggu..

Jantungku pun berdetak mulai kencang.. dan dengan susah payah aku berusaha mengatur intonasi suara agar terdengar stabil.

“Ngg.. gimana ya.. Bu. Ini yang berat. Tapi ..” Aku jadi ragu menjawabnya.

Ah aku harus mendapatkan perempuan itu malam ini juga.. ya.. harus.. harus.

“Tapi apa.. Gus..?” ia semakin penasaran..

“Tapi saya kan baru di sini.. sebulan juga belum.. Bu..”

“Oo.. iya.. kamu benar juga. Tapi nggak ada salahnya lho. Tapi okelah.. kita kembali ke topik tadi.. terus gimana hasil penelitian kamu pada para istri pejabat..?”

Suasana jadi agak kikuk..

Bu Linda berusaha santai.. kakinya yang sedari tadi dilipat itu kini ia selonjorkan.

(“My God.. aku harus bagaimana lagi untuk mencoba melakukannya.. ah peduli setan.. aku bukan istri yang setia. Dan lagi apa gunanya sih..? Oh.. Agus.. sentuh aku malam ini.. rasanya aku ingin sekali merengkuh tubuhmu.. memberi jalan padamu untuk memasuki tubuhku..“)

Ia agak segan saat batinnya ingin menyebut nama benda yang ada di antara selangkangan pemuda itu.

Dan.. woow.. reaksi apakah itu..? Ia seperti melihat perubahan jelas pada permukaan celana anak ini.

Aku pun mulai kehilangan bahan omongan..

Otakku sudah dipenuhi bayangan vulgar tubuh wanita berumur empat puluhan ini bertelanjang bulat di hadapanku.

Pantat dan pinggulnya yang aduhai itu.. Ooh.. betapa nikmatnya kalau tanganku bisa meremas-remasnya.

Suasana mendadak vakum cukup lama.. tak sepatah katapun yang keluar dari mulut kami.

_[“Ya ampun.. bagaimana caranya aku.. aku ingin sekali menyentuh benda itu.. tapi kenapa tangan ini rasanya seperti beku tak bisa kugerakkan.

Ini kali pertama aku begitu bergairah pada seorang lelaki sejak perkawinanku sembilan belas tahun lalu.. mungkinkah.. Ini bisa kulakukan..?

Oohh.. aku ingin cepat-cepat meremas batang penismu anak muda..!

Oohh.. betapa nikmatnya kalau anak ini sampai menindihku.. memainkan seluruh alat vitalku.. memasuki liang rahimku.

Oohh.. akankah ia jadi orang yang pertama berselingkuh denganku..!?”]_

Jari tangan Bu Linda saling meremas keras.. Aku jadi semakin yakin kalau wanita ini memang menginginkannya.. sikat saja.. Gus..!

Dia wanita kesepian..! Lihatlah gerak-geriknya.. perlakuan suaminya.. kecantikan tubuhnya.. bukankah itu yang kau cari..?

Entah dari mana datangnya keberanianku.. lebih tepat kalau dibilang kenekatanku.

Tanganku tiba-tiba mendarat di atas telapaknya yang saling meremas tadi.

“Ada apa.. bu. Ibu sepertinya sedang memikirkan sesuatu..?” Kupandangi matanya yang indah..

Bibir manisnya yang tampak begitu ranum itu seperti kehilangan warna keseharian yang biasa ia tunjukkan pada para pekerja.

“Gus ..” panggilnya serak dan berat.

“Ya.. bu..?”

“Ibu ingin sesuatu dari kamu.. dan ibu harap kamu mau meluluskannya..” ia menatap mataku.

Teduh sekali pandangan wanita ini.. wajahnya berubah seperti seorang pengantin baru yang sedang menghadapi malam pertama.

Aku yakin.. saat itu aku tak dapat lagi mengontrol diri.. Sebelah tanganku bergerak meraba pundaknya.. entah setan dari mana yang memberiku tenaga tapi aku yakin seyakin-yakinnya.. ini malam pasti bakalan kejadian.

“Saya berharap inilah yang ibu inginkan..” Kataku lalu mengarahkan bibirku pada bibirnya yang merah..

Entah berapa lama setelah itu.. kami berdua sudah turun dari sofa.. dan terlibat pertarungan bibir yang sangat hebat.

Tak ada lagi kata-kata.. yang terdengar hanya desahan berat mengiringi waktu dan suasana yang semakin panas..

Aku menindih tubuhnya di lantai berlapis karpet tebal itu.

Sementara tanganku meraba permukaan dadanya yang menggelembung besar dan montok.

Kususupkan telapakku melalui celah dasternya.. lalu dengan cekatan jari-jariku menarik BH-nya ke atas.

Hmm.. kelembutan buah dada wanita paruh baya itu semakin membuatku bernafsu menggumulinya.

Tangan kiriku tak mau ketinggalan.. merambat ke arah bawah menuju daerah pangkal pahanya..

Dari situ kutarik celana dalam pink-nya ke bawah dan langsung kulorotkan.

Bu Linda menyambutnya dengan meloloskan CD itu lepas dari kakinya.

Sejenak kuhentikan aktivitas itu.. Kurenggangkan jarak antara tubuh kami..

Lalu pelan-pelan kulepaskan dasternya yang begitu tampak seksi di mataku.

“Oohh akhirnya.. Hhmm.. gumuli aku.. sayang.. gumuli aku.. setubuhi wanita kesepian ini.. oohh..”

“Ibu yakin akan melakukan ini.. bu..?”

“Teruskan sayang.. puaskan ibu malam ini. Ibu memang sudah lama ingin melakukan ini.. kamu akan jadi lelaki pertama yang menyetubuhi ibu selain suami.. Lakukanlah.. Gus.. lakukan.. ibu mau.. Gus. Mau.. mau.. teruskan sayang..”

Ia mengangkat-angkat tubuhnya.. untuk memudahkan aku meloloskan dasternya dan..

Tubuh bahenol istri Pak Rudi itu kini telah ‘tersaji lengkap’ di hadapanku..!

Tergesa-gesa kulepaskan pakaian dan celana dalam yang kukenakan.

Mata perempuan itu melotot melihat sesuatu yang berdiri tegak di selangkanganku..

Raut mukanya menampakkan rasa khawatir bercampur gembira.

“Besar sekali sayang.. ya ampun.. gimana rasanya..!?” Serunya genit.. sambil mengulurkan tangan ke arahku.

Aku kembali menindih tubuh telanjang yang begitu menggairahkan itu. Mulutku langsung menuju ke puncak gunung kembar di dadanya dan..

Croop..! Kusedot puting susunya yang merah kecoklatan.

Ternyata bentuk payudara ini jauh lebih bagus dari payudara wanita-wanita lain yang pernah kugauli.. malah Annie mantan pacarku pun tak ada apa-apanya dibanding Bu Linda.

_[“Oohh.. nikmatnya mulutmu sayang oohh.. kau benar-benar lelaki yang pertamakali memberiku kenikmatan seperti ini.. suamikupun tidak pernah..

Ng.. aahh.. sedoot yang keraas.. uuhh.. nikmat sekali sayang..

Kenapa aku tiba-tiba tak sabar ingin dimasuki batang penismu..?

Menelan air manimu seperti di film itu.. atau menampungnya dalam rahimku.

Oohh.. akupun rela kalau mengandung anak hasil perbuatan haram ini.. sayang.

Oohh setubuhilah aku sepuasmu.. nak. Kau harus memberiku kepuasan malam ini..”]_

Pinggulnya bergerak ke samping kiri dan kanan.. seperti mengisyaratkan aku untuk segera mulai menyetubuhinya.

No way..!! Terlalu cepat.

Kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun.. dan sampai di daerah yang paling aku sukai.

Hmm.. namanya juga istri pejabat daerah.. tubuhnya ini tampaknya terawat baik sekali. Tak perlu ragu.

“Ibu mau diapain sayang oohh.. ibu malu..” tangannya mencoba menahan sambil menarik rambutku.

Namun rasa geli di permukaan perutnya ternyata sangat ia sukai.

Beberapa saat kemudian tangan itu malah mendorong kepalaku semakin bawah dan..

Nyam-nyam ini dia..! Hutan lebat yang menyembunyikan oase itu kusingkap.

Ohh.. bukit kecil dengan sumur di antaranya yang berwarna merah merangsang birahi itu.

Kusibakkan kedua bibir vaginanya.. Creep.. ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah vagina yang sudah sedari tadi becek itu.

“Aahh.. kamu nakaall..!!” jeritnya cukup keras..

Terus terang.. vaginanya adalah terindah yang pernah aku cicipi..

Bibir kemaluannya yang merah merekah.. dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu.. membuatku semakin bernafsu saja.

Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir vagina itu dengan mulutku.

Tak kusangka wanita pemiliknya sudah pernah mengeluarkan tiga anak dari vagina ini.

Cairan kelamin mulai deras mengalir dari lubuk rahim Bu Linda.

_[“Uuhh.. kamu yang pertama memperlakukan aku seperti ini.. oohh aku bahkan tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya..

Ya.. ampuunn.. oohh lidahmu.. ooh nikmatnya..

Tak pernah sebelumnya suamiku berbuat seperti ini padaku.. Ah.. masa bodoh.. dia hanya seorang pecundang sekarang..!”]_

Sementara aku asyik menikmati bibir kemaluannya.. ia terus mendesah merasakan kegelian.. persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk pertamakali.

Kasihan wanita ini dan betapa bodohnya Pak Rudy. Lelaki botak itu mungkin sedang asyik dengan perempuan lain malam ini.

Jadi wajar saja kalau istrinya bersetubuh denganku.. adil kan..?

“Aahh.. sayang.. ibu suka yang itu yaahh sedoot lagi dong sayang oogghh..” Ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku.

Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.

Tapi kuakui.. sikapnya yang dewasa dan keibuan inilah yang menjadi daya tariknya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu