2 November 2020
Penulis —  Neena

Diburu Nafsu Incest

amu sangat memuaskan Don,” ucap Tante Ratih ketika aku sudah menelentang di sampingnya, “Baru sekali ini tante merasakan nikmatnya digauli pria.”

Tadinya kupikir Tante ratih akan memaksaku untuk menyetubuhinya lagi, mengingat betapa agresifnya dia tadi. Tapi ternyata tidak.

Tante Ratih bahkan bertanya, “Kamu mau jadi menantu tante?”

“Haaa?! Kan kita sudah melakukannya Tante. Masa aku mau dijodohkan pula dengan anak Tante?” aku balik bertanya.

“Nggak apa - apa. Hubungan kita kan hubungan rahasia. Walau pun Donny sudah jadi menantu tante, kita kan tetap bisa melakukannya. Asal rapi aja merahasiakannya.”

Bayangan wajah Adelita mendadak muncul di dalam terawanganku. Terlebih lagi setelah aku mendapatkan sms darinya yang berbunyi, -Aku jadi gak bisa tidur Bang. Ingat Abang terus. Kapan Abang mau ke kampungku?-

Dalam keadaan masih telanjang bulat, Tante Ratih membuka pintu lemari pakaiannya. Lalu mengeluarkan sebuah buku album foto. “Imey itu cantik lho. Nih lihat foto - fotonya,” kata Tante Ratih sambil membuka album fotonya, lalu menyerahkan album itu padaku, dalam keadaan masih terbuka.

“Nah ini Imey… ini juga… ini juga… bagaimana? Cantik kan?” Tante Ratih menepuk bahuku.

“Memang cantik, Tante. Tapi apakah boleh aku menikah dengan anak Tante yang namanya… mmm Imey ini?”

“Boleh. Kawin dengan saudara sepupu tidak dilarang. Kalau tante kawin denganmu jelas dilarang.”

“Barusan kita kan kawin Tante…” sahutku sambil mencolek perut tante Ratih yang masih telanjang.

Tante Ratih tersipu, “Iya.. iya… menikah maksudnya, bukan kawin. Ohya… itu foto - foto Imey sekitar dua tahun yang lalu. Sekarang sih lebih cantik lagi. Tante mau telepon dia ya, biar bisa pulang dulu dan berjumpa denganmu.”

“Boleh juga. Dengan saudara kan harus dibanyakin silaturahmi, biar jangan mati obor. Apalagi aku dengan Imey kan belum pernah bertemu muka. Kalau ketemu di jalan, pasti saling gak kenal,” sahutku yang merasa bersemangat juga untuk dipertemukan dengan cewek yang bernama Imey itu.

Lalu Tante Ratih mengenakan pakaian dalam dan kimononya kembali. Mengambil handphonenya dan memijat nomor anaknya. Lalu :

“Hallo Mey - - - lagi kerja apa lagi istirahat di mess? - - - Ohya - - - baguslah - - - sekarang ke rumah ya - - - hmm? Nanti aja di rumah disampeinnya. Iya - - - iyaaaa.”

Kemudian Tante Ratih menyimpan kembali handphonenya di atas meja rias.

“Dia segera datang ke sini. Ayo pakai lagi semua pakaiannya. Rambutnya juga sisir, jangan berantakan gitu.”

Aku pun mengenakan semua pakaianku, menyisir rambutku dan keluar dari kamar Tante Ratih. Duduk di atas sofa ruang tamu sambil memperhatikan ke depan.

Tante Ratih pun muncul, dengan mengenakan housecoat panjang, tidak mengenakan kimono lagi.

“Imey takkan lama - lama, karena akan kebagian kerja shift kedua jam empat sore. Jadi jam dua sudah harus pulang lagi ke mess.”

“Ini kan baru jam sepuluh pagi,” sahutku.

“Iya… nanti jam dua kita bisa main lagi, setelah Imey pulang,” kata Tante Ratih sambil menghampiri sofaku dan mencium pipiku.

“Belum kenyang?”

“Belum. Hihihiiiii… “Tante Ratih ketawa centil.

Aku cuma tersenyum - senyum. Padahal yang berada di balik celana dalamku sudah celingukan lagi… hahahahaaa…!

Sejam kemudian terdengar suara motor memasuki pekarangan rumah Tante Ratih.

“Nah… itu motor Imey,” kata Tante Ratih sambil melangkah ke pintu depan dan membuka pintu itu.

“Ada siapa Mah?” tanya cewek bernama Imey itu sambil menunjuk ke arah mobilku yang terparkir di samping rumah Tante Ratih.

“Itu… ada saudara sepupumu,” sahut Tante Ratih sambil mengajak anaknya masuk ke dalam.

“Saudara sepupu?” Imey tampak heran, mungkin karena baru sekali ini berjumpa denganku.

Aku pun terpana ketika ia berdiri di depanku, karena cantiknya itu… ooo my God… dia memang cantik sekali. Kalau kubandingkan dengan Adelita, kuanggap Imey ini sama cantiknya. Kalau Adelita kuberi nilai 9, maka Imey pun layak kuberi nilai 9… Perawakannya sama, cantiknya sama, hanya bedanya mata Imey itu sipit, sehingga kalau sepintas lalu bisa disangka amoy…

“Dia ini Donny… saudara kembar Donna,” kata Tante Ratih pada waktu Imey mau menjabat tanganku.

“Owh… yang tinggal di Bangkok itu?” tanya Imey waktu berjabatan tangan denganku.

“Iya… tapi sekarang sih udah pindah ke sini,” sahutku.

“Wow, asyik dong. Bisa diajak jalan - jalan di hari libur,” kata Imey yang belum melepaskan tanganku dari genggamannya, “Jadi aku harus manggil apa sama dia Mah?”

“Umur kalian hanya beda sebulan. Makanya saling panggil nama aja. Atau kalau mau mengikuti sirsilah, Imey harfus manggil Kang sama Donny. Karena Donny itu anak kakak mamah,” sahut Tante Ratih.

“Nggak usah pakai Kang Kung King Kong deh, kita saling panggil nama aja ya,” ucapku kepada Imey.

“Iya, “Imey mengangguk sambil melepaskan tanganku dari genggamannya, “Sama Donna juga aku saling panggil nama aja.”

Lalu kami duduk di sofa yang berbeda. Imey duduk di samping ibunya, aku duduk di sofa yang berhadapan dengan mereka.

Tante Ratih berkata, “Orang tua angkat Donny sudah pada meninggal. Makanya Donny putuskan untuk tinggal bersama ibunya. Rumah Uwa Ami sekarang sudah keren banget Mey. Donny yang merombaknya. Bahkan sekarang tanah kosong di samping rumah Uwa Ami itu sedang dibangun untuk dijadikan café, yang akan dikelola oleh Donna dan ibunya.

“Wah asyik dong. Aku bisa kerja di café itu nanti?” tanya Imey sambil menatapku dengan senyum.

“Bukan cuma kerja di café, mamah malah ingin agar Donny jadi calon suamimu. Imey mau kan dijadikan calon istrinya?”

Imey menatapku tersipu - sipu, “Mamah main jodohin aja. Emangnya Donny mau sama aku?” taanyanya.

“Nah Don… gimana? Donny mau dijadikan calon suami Imey?”

Kujawab dengan tegar, “Siap Tante. Tapi untuk sementara pacaran aja dulu, karena aku harus kuliah dari awal lagi di sini. Nanti kalau sudah es - satu, baru bisa menikah. Itu pun jangan dulu ngomong apa - apa sama Bunda dan Donna. Kita diam - diam aja dulu, biar jangan bikin heboh keluarga.”

“Iya, “Tante Ratih mengangguk, “Terus gimana dengan pekerjaan Imey? Apakah dia mau dibiarkan tetap bekerja di pabrik?”

“Aku mau buka perusahaan di sini. Nanti Imey kerja di perusahaanku aja. Tapi perusahaannya belum dibentuk. Jadi… untuk sementara biar Imey kerja di pabrik dulu. Setelah perusahaanku terbentuk, dia bisa langsung pindah ke perusahaanku. Tentang gajinya jangan takut, pasti jauh lebih besar daripada di pabrik yang hanya mengandalkan UMR sebagai patokannya…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu