2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

Bunda dan Wanita-Wanitaku- true story

DAku pun duduk di sebuah kursi rotan, sementara Devi dan Maya duduk di depanku.

“Aku mau bicara jujur ya,” kataku, “Maya ini sangat mirip mantan pacarku. Hanya bedanya mantanku sekarang usianya duapuluhdua tahun, setahun lebih tua dariku. Sementara Maya ini baru delapanbelas tahun.”

Di luar dugaan, Maya menyahut, “Ya udah, jadikan aja aku pacarmu Mas.”

“Haa?! Gimana tuh Dev?” tanyaku sambil menoleh ke arah Devi.

“Kalau Odi suka, why not?” sahut Devi sambil tersenyum.

“Devi setuju kalau aku jadian dengannya?” tanyaku.

“Sangat setuju. Maya ini anak baik Od. Tidak pernah bergaul dengan cowok. Makanya aku yakin dia ini masih virgin.”

“Betul May?” tanyaku kepada Maya.

“Masih suci Mas.”

“Kalau masih suci, jangan terjerumus ke dalam pergaulan yang gak jelas ya. Salah-salah bisa seperti Devi itu tuh. Masih muda harus jadi janda.”

“Tapi mantan suaminya kan ayah Mas Odi sendiri,” sahut Maya.

“Iya, “aku mengangguk sambil tersenyum, “Tapi jangan samakan aku dengan ayahku. Seandainya kamu jadi pacarku, aku akan bertanggung jawab atas masa depanmu. Dan… aku sendiri pernah jadi korban kesewenang-wenangan ayahku. Tapi mungkin sudah begini jalannya, bahwa aku harus diusir oleh ayahku… lalu berjuang untuk menghidupi diriku sendiri, Dan sekarang…

Devi mengangguk-angguk, “Sekarang Odi sudah kaya raya di usia yang masih muda sekali,” sahutnya.

“Oke,” kataku sambil memegang kedua tangan Maya, “Disaksikan oleh Devi, sekarang kita jadian ya.”

Maya menatapku sesaat. Lalu menghambur ke dalam pelukanku.

Sambil membelai rambut Maya, aku berkata dengan lembut, “Ini benar-benar kejutan bagiku. Bahwa aku menemukan cewek yang langsung pas dengan hatiku. Jadi kita pacaran mulai sekarang ya.”

“Iya Mas,” sahut Maya hampir tak terdengar.

“Tapi untuk mkenjadi istriku, memang ada syaratnya. Syaratnya harus setia dan masih perawan.”

“Aku masih perawan Mas. Dan aku akan setia kepada Mas Odi.”

“Tapi kenapa kamu bisa mendadak mengajukan diri untuk menjadi pacarku?” tanyaku sambil mengepit sepasang pipinya dengan kedua telapak tanganku.

“Kebetulan Mas Odi typeku sih. Lagian aku yakin Mas Odi orang baik.”

Sebenarnya aku merasa mendapatkan kejutan hari ini. Bahwa dalam waktu yang begini singkatnya aku berhasil mendapatkan cewek sebagai pengganti Elsa sialan itu. Bahkan Maya empat tahun lebih muda daripada Elsa. Jelas bakal lebih segar. Dan kalau Maya ini sudah kudandani, pasti akan jauh lebih cantik daripada Elsa…

Hari itu aku membuat beberapa sketsa dengan Devi sebagai modelnya. Sementara Maya belum kuapa-apakan, karena kuatir kalau dia masih merasa canggung untuk telanjang di depanku. Mungkin harus ada jalan khusus agar dia merasa terbiasa telanjang di depan mataku nanti.

Sorenya aku pulang. Rencana untuk mengunjungi rumah Oma Rosa kubatalkan.

Setibanya di rumah, kulihat Bi Marni sedang masak di dapur.

Aku serasa diingatkan, bahwa sudah hampir sebulan tidak menyentuh tubuh chubbynya lagi.

“Lagi masak apa Bi?” tanyaku sambil memeluk tubuh montoknya dari belakang.

“Lagi masak sayur lodeh, perkedel jagung dan mau bikin telur ceplok kesenengan Den Odi.”

“Wow baguslah… aku memang gak suka makanan yang tradisional gitu.”

“Den… Ibu nyuruh bibi tidur di sini selama beliau belum pulang.”

“Iya,” sahutku yang langsung menyelusupkan tangan ke balik dasternya. Lalu kuselinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. “Wow… memeknya sudah dicukur gundul ya?”

“Iya. Kan Den Odi pengennya gundul. Hihihiii…”

“Iya, iya… tapi aku mau mandi dulu ya. Badanku keringetan gini.”

“Mau ditemenin Den?”

“Ayo kalau mau. Masaknya udah selesai?”

“Tinggal telur ceploknya yang belum. Nanti aja pas Den Odi mau makan, baru bibi bikinin telor mata sapinya. Biar masih panas dimakannya.”

Aku memang sudah kangen pada tubuh montok Bi Marni. Tapi tiba-tiba hapeku berdenting… kliiiing…!

Ada sms masuk. Begitu kulihat, ternyata dari Oma Rosa.

Isinya,-Sayang… oma udah kangen berat nih.-

Maka langsung kubalas,-Iya… sekarang juga aku mau ke rumah Oma-

Lalu aku berkata kepada Bi Marni, “Wah… aku harus menjumpai teman lamaku sekarang Bi.”

“Terus, nggak mandi dulu Den?” tanya Bi Marni bersorot kecewa.

“Nggak usah Bi. Keburu-buru sih.”

“Den Odi nggak kangen ya sama saya?”

“Kangen Bi. Gampang deh. Bunda kan tiga hari lagi baru pulang. Masih banyhak waktu buat kita.”

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam sedan hitamku, yang kupacu menuju rumah Oma.

Sebenarnya aku sudah mandi di rumah yang di batas kota itu tadi. Hanya saja barusan aku ingin mandi sambil menggrayangi kemontokan tubuh Bi Marni.

Namun panggilan Oma Rosa yang cantik dan seksi itu membuatku harus membatalkan “acara” dengan Bi Marni.

Setibanya di rumah peninggalan Kakek almarhum itu, Oma menyongsongku di ambang pintu depan.

Tapi kelihatannya Oma sudah berpakaian seperti mau bepergian. Karena tidak seperti biasanya Oma Rosa sudah mengenakan sepatu segala.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu