3 November 2020
Penulis —  pengobraldosa

Aku & Dosenku

Perkenalkan namaku Andre Herlambang sebut saja aku “SONI,” aku adalah seorang mahasiswa dari Universitas ternama di Depok. Nama Soni berasal dari para mahasiswi di kampus aku biasa dipanggil begitu, entah kenapa aku dipanggil seperti itu. Namun setelah kejadian itu aku mengerti asal nama tersebut, langsung saja simak sejarah asal usul nama panggilanku: “Soni”.

Saat aku meratapi nasib dibawah teriknya sinar mentari, tiba-tiba aku dikejutkan oleh temanku yang mengingatkanku akan jam kuliah. Seketika aku pun kaget mendengarnya. Bagaimana tidak, bebanku hari ini sudah sangat berat bagaikan memikul dosa. Tadi pagi aku terkena macet di sebuah jalan yang berada di Depok.

Macet itu terjadi karena tumpahnya satu drum yang berisi lele, yang membuatku lebih kesal lagi lele itu terlempar ke wajahku yang menyebabkan pakaianku semua bau amis. Sehingga ketika aku di kampus, kegiatan yang biasa kulakukan siang ini yaitu “Nobita & Shizuka” (Nongkrong Bareng Kita-kita & sana sini suka-suka) gagal akibat dari bau amis lele.

Belum lagi telingaku merasa sakit akibat suara klakson yang seakan tidak mengerti akan musibah dan penderitaanku, apalagi suara cacian & makian di jalanan hingga teman-temanku yang sangat kejam. Aku dikucilkan dari teman-teman dikarenakan aroma yang sangat amis dari seorang makhluk hidup yang tidak bersalah.

Seketika itu aku pun, bagaikan mendapat haliintar di siang hari yang cerah. Hatiku tersakiti, jiwaku gundah gulana. Aku pun tidak semangat menjalani hariku sebagai mahasiswa. Temanku mengingatkan jadwal hari ini, ternyata hari ini ada kelas filsafat, etika dan logika. Kondisi kejiwaan terasa berat karena mata kuliah yang dirasa cukup rumit ini harus kuhadapi.

Ketika aku beranjak dari tempat dudukku dan langsung menuju kelas rupanya dosen yang mengajarku tidak hadir dikarenakan sedang menjalani ekstensi S3 di Leiden, Belanda. Tetapi muncul dosen pengganti yang memberikan kami tugas lain. Aku tadinya hanya ingin titip absen, tetapi setelah melihat dosen yang baru itu kuurungkan niatku untuk pergi.

Dosen memperkenalkan dirinya kepada khalayak. “Maaf saudara-saudara, saya dosen pengganti disini perkenalkan nama saya Dwi Lestari. Panggil saja saya Mbak Tari mohon kerjasamnya” ujarnya. Seketika memperhatikannya dan mengubah mood saya karena Mbak Tari ini memiliki paras yang cantik, tubuh yang seksi 90-60-90 dan memiliki tubuh yang sintal dan bahenol.

Suaranya yang menggoda, matanya yang berkacamata bagaikan kilauan mata Dewi Shinta. Kulitnya yang kuning langsat, jarinya yang lentik dan kakinya yang mulus. Rambutnya yang dikuncir memperlihatkan tengkuknya sehingga membuatnya terlihat sedap dipandang siapapun yang memperhatikannya. Sedari tadi Dosen menerangkan aku tidak konsen memperhatikan karena bentuk tubuhnya yang sangat seksi.

“Andre mengapa kamu melamun, hayo kamu melamunin apa ya?” tegur Mbak Linda. Seketika ruangan pun dipenuhi dengan tawa, “ngelamun jorok itu !” ujar Jono nyeletuk. Aku pun kaget saat tiba-tiba Mbak Linda menghampiriku, aku pun merasa sangat malu. Perkuliahan pun usai, aku kembali ke kosanku.

Setelah itu aku yang biasa malas di mata kuliah filsafat, logika dan etika seketika sangat antusias dan lebih rajin. Saya ingin mendapatkan perhatian dari Mbak Tari, saya pun lebih aktif bertanya bahkan setiap mata kuliah itu karena Mbak Tari inspirasiku. Mbak Tari pun mulai mengenalku sebagai mahasiswa yang aktif dalam mata kuliahnya.

Ketika aku menikmati kopi dan kepulan asap putih di Starbucks. Aku pun teringat bahwa ada UAS di mata kuliah Mbak Tari, tapi walaupun masih berkisar satu jam lagi aku segera menghirup rokok Marlboroku dalam-dalam dan meneguk kopiku. Kenikmatan yang tiada tara itu bagaikan melampiaskan dosa. Aku pun bergegas untuk segera masuk kelas.

UAS pun dimulai aku mengerjakan soal itu dengan semangat. Dalam semangatku terukir nama Mbak Tari, dosen yang menjadi inspirasiku. Soal UAS pun terasa sangat mudah dikerjakan, aku pun mengerjakan dengan tepat dan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tak terasa 30 menit aku pun sudah selesai.

Mbak Linda mengevaluasi hasil ujian semua peserta, namun tatkala semua mahasiswa sudah pulang Mbak Tari memanggilku.

“Andre kemari !” teriak Mbak Tari.

“Ada apa Mbak?” sahutku.

“Mata kuliahmu nilainya masih kurang tidak mencukupi standar untuk lulus”

“Kok bisa sih Mbak? saya kan cukup aktif di kelas serta sering berdiskusi bareng Mbak, saya selalu mengevaluasi kekurangan saya”

“Iya Dre, namun nilaimu kurang dalam tugas dan absensi karena saat Dosen sebelum saya Pak Jono mengajar absensimu serta nilai tugasmu tidak mencukupi.”

Aku pun terhenyak saatku teringat bahwa dulu aku jarang masuk di mata kuliah ini karena Pak Jono merupakan dosen yang killer, namun aku baru mengingat masa-masa suram itu dan aku pun menyadari mengapa bisa tidak lulus sebab UTS pun nilaiku tidak mencukupi karena Mbak Linda mengganti 1 bulan sisa dari mata kuliah ini, jadi mata kuliah ini lebih didominasi Pak Jono.

“Apakah saya bisa mengulang nilai-nilai tugas serta UTS saya yang tidak mencukupi itu Mbak?”

“Baiklah, sore ini kamu ikut dengan saya untuk kita diskusikan perihal masalah yang pelik ini karena saya masih dosen pengganti saya tidak bisa dengan gegabah memutuskan saya perlu izin dari Pak Jono” ujar Mbak Tari dengan tegas.

“Begitu ya? baiklah apapun perintah Mbak saya siap kok.”

“Hahaha bisa saja kamu”.

Aku pun mengikuti Mbak Tari ke Apartemennya, ternyata kamarnya cukup mewah sepadan untuk dosen seperti Mbak Tari. Dari caranya mengatur ruangan ternyata Mbak Tari itu memiliki selera yang berkelas. Mbak Tari pun mempersilahkanku duduk di sofanya, lalu ia menerangkan sesi mata kuliah yang kurang nilainya.

Ketika Mbak Tari menerangkan mataku fokus terhadap bentuk lekukan tubuhnya yang bahenol. Apalagi Mbak Linda baru saja mengganti pakaiannya dengan pakaian santai sehingga payudaranya yang kenyal dan montok itu terlihat sangat mulus di mata saya. Ukurannya kira-kira 36C, serasi dengan tinggi badannya kurang lebih 165 cm.

Ketika ia menerangkan payudara terlihat aktif mengikuti gerak badannya serta terlihat kancingnya hampir lepas. Keadaan itu membuat darah muda bergairah dan bergejolak. Membuat penisku bergejolak. Semangat patriostisku membara. Aku pun membayangkan penisku berada di tengah-tengah payudaranya yang montok dan kenyal itu.

“Hei kamu memperhatikan apa?” teriak Mbak Tari.

“Hmm anu, gak ada apa-apa kok Mbak” ujarku gugup.

“Ah yang bener ndre? Apa apa kali tuh! Hayo ngaku kamu!”

“Ngg sebenernya daritadi aku memperhatikan anu mbak…”

“Anu apa sih? Coba jelaskan Ndre”

“Ngg ituloh mbak, ah masa gatau…”

“Wah nakal kamu ya! ayo dong fokus ke pelajaran!”

“Ini sedang fokus kok mbak, fokus ke anu mbak… hahahaha”

“Sudahlah kamu ini ngelunjak ya! sudah kita pindah ke kamar saya saja”

“Heh, mau ngapain ya mbak kalo boleh tau?”

“Sudahlah lebih baik kau nurut saja sama mbak…”

Akhirnya aku menuruti perintah Mbak Tari. Kami pun bergegas menuju kamarnya Mbak Tari.

“Wah kamarnya bagus ya !” ujarku sambil terperangah dan bingung didekapi semua fantasi di kepalaku.

“Bagusan mana sama bodyku hayoo…”

“Ngg dua duanya bagus kok mbak, hehehe”

“Kamu mau melihat body mbak lebih jelas nggak?”

Akupun kaget mendengar perkataan Mbak Tari. Tak kusangka dia berbicara padakau seperti itu. Aku pun langsung mendekati Mbak Tari. Mbak Tari pun mengikuti gerakanku. Seketika dia kupeluk erat. Mbak Tari pun memelukku juga dengan ganas. Langsung saja tanpa ragu ragu kucium dia, kukulum bibirnya yang mungil itu.

“Wah kamu udah sange ya Ndre?”

“Duh iya nih mbak, ayodong mbak ladenin rasa nafsuku”

“Ih nakal banget kamu Ndre, sabar dong, ahhh”

Aku pun tidak peduli terhadap ucapannya lagi. Aku terus meraba payudaranya yang kenyal itu. Aku pun membuka bajunya. Seketika terlihatlah bhnya yang menutupi benda indahnya. Tak lupa kuciumi dia. Dia pun bergetar hebat, sepertinya aku berhasil membuat birahinya muncul. Ternyata dia juga membuka bajuku, akupun membuka bhnya.

Seketika itu nampaklah payudaranya yang indah itu, yang selama ini membuat aku bersemangat diajar olehnya. Kami pun berpelukan dengan erat. French Kiss kami pun tetap berlanjut dengan mesranya. Lidahku pun turun menjilati tengkuknya, dia pun mendesah dengan hebat. Setelah puas dengan tengkuk akupun langsung turun menciumi payudaranya yang sudah mancung itu.

“Kenapa kamu mengehentikan itu Ndre?” tanya Mbak Tari kecewa.

“Sebentar mbak, aku mau melepas celanaku”

“Sini mbak bukain ndre”

“Wah Mbak udah sange ya? Oke aku nanti yang membuka celana Mbak ya”

Mbak Linda pun kupersilahkan membuka celanaku, terlihat dia sangat antusias. Dia lalu membuka resleting jeans ku, lalu membuka cd ku. Sehingga tak sehelaipun benang yg ada di tubuhku. Terlihat punyaku yang sudah berdiri tegak, ya kira kira ukurannya panjangnya 17cm. Aku pun gantian membuka celana Mbak Tari, lalu membuka cd nya.

“Wah punyamu sudah memanjang tuh Ndre, hehehe”

“Ah punya Mbak juga sudah basah tuh…”

“Huh iyanih akibat perbuatanmu Ndre, kamu harus tanggung jawab!”

“Tanggung jawab apanih Mbak?”

Seketika kepalaku pun ditarik menuju vaginanya, rupanya Mbak Tari ingin dikulum vaginannya olehku. Akupun segera menjulurkan lidahku menuju vaginanya yang sudah basah itu. Terlihat dari bawah sini Mbak Tari sangat menikmatinya. Tak lupa klitorisnya kumainkan dengan lidahku. Mbak Linda pun mendesah dengan hebatnya.

“Ndre, aku mau keluar nih”

“Gapapa Mbak, keluarin di mulut aku aja”

“Ahh Ndre Ahhhh”

Syorrrrr, Mbak Tari pun orgasme. Cairan vaginanya pun membasahi wajahku. Dengan sigap aku melumat sluruh cairan vagina Mbak Tari. Terlihat dia sangat lemas, dan akupun segera menghentikan kulumanku.

“Istirahat dulu ya Mbak, nafas dulu Mbaknya hehehe”

“Kurang ajar kamu ya Ndre, aku sampai lemas karena ulahmu”

“Tapi seneng kan Mbak? Hehe”

“Ih sini gantian penismu aku kulum!”

“Wah dengan senang hati mbak…”

Mbak Linda pun segera meraih penisku yang gagah berdiri tegak sedari tadi. Mulutnya pun langsung mengulum penisku. Dia memainkan lidahnya seakan akan penisku ini bagaikan sebuah lolipop. Tak lupa dia mengocok penisku dengan sigapnya. Lalu aku menggerakan penisku, ia pun menggerakan mulutnya. Langsung ia mengganti posisi kami dengan posisi 69 kami pun cukup lama bergerak dalam posisi itu untuk mencapai kenikmatan blow job dalam wujud purna manusia.

“Andre masukkan penismu ke Vaginaku !” ujar Mbak Tari dengan desahan manja.

“Siap Mbak! gak apa-apa nih resikonya?” langsung saja kuturuti kemauan Mbak Tari, yang rupanya terbuai dalam kenikmatan sehingga tidak menjawab pertanyaan dariku.

Langsung saja kumasukkan kepala kontolku ke dalam vaginanya yang sudah basah itu, saat kumasukkan terasa kenikmatan tiada tara rupanya vaginanya masih cukup rapat.

“akhhh uhhhh ahhhhh” desahan Mbak Tari terdengar kencang. Desahan itu membuatku makin bersemangat untuk memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya. Terdengar desahan lebih kencang lagi, rupanya penisku sudah mulai masuk ke dalam vaginanya yang nikmat itu. Segera kugerakkan maju mundur, semakin keras terdengar desahannya semakin kencang kugerakkan penisku.

Langsung kubangunkan Mbak Tari, aku membujuknya untuk berganti posisi lalu ia pun berada di posisi atas. Begitulah posisi woman on top, kami mulai Mbak Tari mulai menggerakan tubuhnya dengan kencang ia sudah mulai orgasme sedangkan aku pun menahan orgasmeku. Lalu kuganti keposisi Doggy Style, kumasukkan penisku dari arah belakang.

Lalu Mbak Linda pun mulai mendesah dengan lebih kencang, sebab dalam posisi ini penetrasi ke dalam vagina jauh lebih dalam ketimbang posisi lainnya. “Ahhh uhhhh ahhh ohhhh yeahhhhh I Love you honey” ujar Mbak Tari dengan desahan manja yang menggoda yang membuatku semakin tak tahan untuk segera ejakulasi.

“Mbak aku sudah mau keluar Mbak, sudah tidak tahan” ujarku yang sedang dalam puncak kenikmatan. “Aku juga mau keluar sayang, ayo kita keluarkan bersama” ujar Mbak Tari. Lalu kubalikkan posisi ke posisi missionary kugerakkan batang penisku lebih kencang menuju kemaluannya, ia bergelinjang penuh kenikmatan.

Tubuhku yang lemas terkoyak oleh kenikmatan. “Wah kamu hari ini luar biasa sayang, nanti malam lagi ya !” ujarnya seraya mengecupku. Lalu tak lupa kucium balik dengan French Kiss yang mesra. “Mbak Tari, juga hebat kok mohon maaf ya bila pelayanannya kurang memuaskan” ujarku dengan bergelimang kenikmatan.

“Kamu justru servicenya sangat luar biasa, jujur Mbak sedang ada masalah dalam hubungan pribadiku. Kamu justru adalah Pria yang sanggung memuaskan hasratku, terutama stamina dan ketangguhanmu sehingga kau layak diberi julukan Soni (Sodokan Nikmat)”

Setelah itu aku pun tidak bertemu lagi dengan Mbak Tari karena semester akan berakhir. Rupanya hasil nilai mata kuliah Filsafat, Logika dan Etika aku mendapatkan nilai A. Sebuah kejutan dari Mbak Tari, rupanya Mbak Tari tetap menjalin komunikasi sejak peristiwa yang mengubah hidupku itu. Sejak pengambilan nilai itu pun aku dan Mbak Tari suka melakukan hal itu bersama di Apartemennya bahkan di Hotel.

Namun selentingan kabar burung beredar mengenai hubungan itu tersebar, banyak mahasiswi yang tertarik melakukan cinta satu malam dengan saya. Sehingga di kampus saya dipanggil oleh teman-teman saya dengan julukan “Soni” julukan itu diberi karena ketangguhan dan sodokanku yang katanya dapat membawa mereka ke puncak kenikmatan.

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu