1 November 2020
Penulis —  JangkrikBerisik

Unhappy Family

Sebelumnya…

Unhappy Family 3

Mamaku hamil 5 bulan

Saat ini usia kandungan Mama sudah lima bulan dan usia kandungan adikku sudah 6 bulan. Walaupun hamil aku ga pernah perhenti menyetubuhi Mama, malahan nafsu Mama semakin besar ketika hamil. Hampir setiap hari aku menyetubuhi Mama, tapi dengan tetap menjaga kehamilan Mama agar bayi kita tidak apa-apa.

Hari itu sekitar jam 4 sore, Papa dan Vivi sedang keluar dan aku nonton film DVD bareng Mama, aku duduk di samping Mama, Mama menyandarkan kepalanya ke bahuku. Tanganku tak henti-hentinya mengelus-ngelus perut Mama yang buncit.

“Kamu pengen anak lelaki atau perempuan” Mama bertanya dengan suara lembut

“Aku pengen perempuan, biar cantik seperti Mama” aku menjawab dengan lembut sambil terus mengelus perutnya.

“Klo Mama pengen laki-laki, biar gagah kaya kamu”

“Ton Mama pengen ngentot sekarang” Mama melanjutkan. Aku mengerti nafsu Mama semakin besar dan aku pun tidak menolak keinginan Mama. Satu-persatu aku lucuti baju hamil Mama yang tersisanya hanya BH dan CD, sambil meremas susunya yang semakin montok aku terus melepaskan BH Mama. Dari susu Mama keluar cairan putih yang memancar ketika aku remas-remas susunya.

“sayang kamu hobi banget memeras susu Mama”

“Habis susu Mama makin montok sih” Aku menjawab sambil membuka CD Mama. setelah itu aku jilati vagina Mama yang sudah basah. Mama terus mendesah kecil sambil menggigit bibirnya yang seksi.

“Ton sini penis kamu, meme pengen ngulum penis kamu” Mama semakin bernafsu. Aku perlahan membuka celana dalam dan mengeluarkan penisku dan memasukannya ke mulut Mama. Mama terus menjilati penisku, tangan kanannya terus memegang batangku dan tangan kirinya memegang perutnya yang sedang hamil lima bulan.

“Ma, anton pengen tit fuck ama Mama” aku berbisik ke telinga Mama.

“Iya sayang, terserah kamu saja” Kemudian aku mengarahkan penisku ke dada Mama. Kedua tangan Mama terus mengimpitkan dadanya membuat semakin sempit dan nikmat. Sementara itu terasa dipangkal batang penisku terhimpit oleh perut Mama. Terasa nikmat sekali penisku di himpit oleh tiga buah, dua dada Mama yang seksi dan perut Mama yang buncit.

“Ma sekarang aja ya, anton udah ga tahan” aku mengeluarkan penisku dari dadanya Mama dan mulai menancapkannya di vagina Mama.

“Terus sayang, kocok vagina Mama yang sedang hamil anak kamu” aku menyetubuhi Mama dalam posisi Mama duduk di sopa dan aku sedikit berjongkok di lantai. Tanganku mengangkat kedua kaki Mama, sedangkan tangan Mama terus memegang perutnya.

“Ahhhh… anton… terus kocok” aku terus mengocok perlahan karena takut berbenturan dengan perut Mama yang buncit.

Di tengah permainan kami, Papa dan Vivi datang. “Ahhhh mereka selalu saja datang menganggu” pikirku dalam hati. Aku kaget ternyata Vivi datang dengan keadaan telanjang. Pasti Papa dan Vivi habis maen di mobil. Papa langsung menidurkan Vivi di karpet dan langsung membuka celananya. Vivi kemudian mengkulum penis Papa yang sedikit lebih besar dari aku tapi lebih pendek dari punyaku.

Di saat yang bersamaan Aku mengubah posisiku dengan Mama, aku terlentang di karpet dan Mama naek diatasku, ini agar menjaga kandungan Mama, dan penisku bisa bergerak lebih leluasa. Di saat bersamaan Papa sedang memasukan penisnya ke vagina adikku yang sedang hamil. Adikku terlentang di bawah dan Papa terus mengocok penisnya dengan posisi di atas Vivi, di mana kedua tangannya menahan tubuh Papa.

“Vivi sampe pa, ahhhhh… enakk…”

Kemudian Vivi menahan tubuh Papa agar tidak mengocok dengan keras.

“Lemes banget pa, tunggu bentar ya pa” Vivi meminta ke Papa untuk menghentikan permainannya. Papa kemudian mengeluarkan penisnya dari vagina Vivi. Kemudian mendatangi Mama yang sedang ngentot dengan penisku. Papa mendekati aku dan Mama.

“Ma Papa pengen ngerasain vagina Mama yang sedang hamil cucu Papa, udah lama Papa ga ngerasainya” ucap Papa sambil mengelus-ngelus perut Mama. lalu Mama terdiam dan berkata “Anton boleh kan penis Papa ngentok vagina Mama?”

Aku sejenak terdiam dan menjawab “Boleh ma, Mama kan istrinya Papa”

“Ayo pa, masukin aja sekarang Mama ingin nyobain double penetration” Mama menjawab sambil melihat ke Papa yang sedang mengocok-ngocok penisnya. Aku sedikit kanget dengan keinginan Mama, tapi aku harus mengerti bahwa Papa adalah istri dari Mama. Sementara itu Vivi masih terlentang lemas di karpet sambil sesekali mengelus perutnya yang lebih besar dari Mama.

“Ton kamu diam dulu ya, biar Papa masukin penis Papa” Papa memasukan penisnya secara perlahan ke dalam vagina Mama dari belakang. Aku hanya mendiamkan penisku di dalam vagina Mama yang sedang hamil anakku, cucu dari Papa.

Perlahan-lahan terasa sempit sekali, vagina Mama dimasukin oleh dua penis yang besar, penis suami dan anaknya. Aku bisa merasakan dengan nikmat gesekan penis Papa di penisku ingin rasanya aku menyemprotkan spermaku saat itu juga. Aku melihat Mama yang sedikit merintih kesakitan sambil menggigit bibirnya.

“Anton tahan dulu ya, bentar lagi masuk ko” Mama menenangkan aku sambil mengelus kepalaku.

“Dikit lagi ya ma, penis Papa hampir masuk semua” Papa meneruskan penetrasi penisnya ke vagina Mama sampai semuanya masuk.

“Pa biarin dulu ya, agar vagina Mama terbiasa dulu dengan penis kalian berdua” kita terdiam melihat Mama yang sedang melakukan penyesuaian dengan dua penis di vaginanya. Aku terus mengelus-elus rambut Mama. Kedua tangan Papa tak henti-hentinya meremas-remas susu Mama dari belakang. Susu Mama mengeluarkan cairan putih dan terus menetes ke dadaku ingin rasanya meminum cairan itu.

“Pa kocok dengan perlahan ya, anton penis kamu diemin aja dulu” Mama mulai terbiasa dengan dua penis di vaginanya. Walaupun aku tidak mengocokkan penisku tapi sensasi dari kocokan penis Papa terasa sangat nikmat sekali di penisku.

“Sayang tolong pegangin perut Mama” Mama nenyuruhku untuk menjaga perutnya yang sedan hamil. Kemudian tangan kanan Mama yang dari tadi memegang perutnya mulai mengelus-elus kepala dan rambutku sambil menahan tubuhnya. Sementara itu kedua tangan Papa terus meremas susu Mama dari belakang. Ternyata posisi seperti ini membuat Mama cepat orgasme.

“Mama udah sampe pa, kocok terus pa”

“ahhhhh… ahhhhh…” seerrr.. aku merasakan cairan orgasme Mama yang membasahi penis kita berdua dan menambah kenikmatan, setelah itu Papa tidak bertahan lama.

“Ma, Papa udah nyampe, keluarin sekarang ya” jawab Papa dengan nafas yang memburu.

“Jangan dulu pa…” Mama menjawab dengan cepat,

“Anton bolehkan Papa keluarin di dalam?” ucap Mama sambil melihat ke kedua mataku

“Gak apa-apa ma” aku menjawab pertanyaan Mama.

“Iya pa, keluarin aja” Mama terus melanjutkan ucapannya

“Maaa… enak…” “Anton tahan penis kamu biar Papa keluar dulu” “ahhhhh… ahhhhh” Papa menjerit

Aku merasakan semprotan sperma Papa yang membuat vagina Mama semakin basah berkendut-kendut nikmat di penisku.

“Hahh… ahhhh, ,” “corttt… crottttt…” “tadi enak banget ma” Papa bicara sambil diam sejenak dan mengeluarkan penisnya dari vagina Mama. lalu Papa duduk di sopa di samping Vivi.

“Sayang terus kocok penis kamu, biarkan sperma Papa keluar semua dari Vagina Mama” ucap Mama sambil mengelus-elus rambutku. aku terus mengocok vagina Mama yang sudah tidak sempit lagi aku sedikit kecewa. Sebenarnya aku tidak mau membuat Mama kesakitan karena dimasukan dua penis, tapi Mama mengerti kekecewanku.

“Pa tolong ambilkan dildo Mama di lemari dong, kasihan anton, vagina Mama udah ga sempit lagi” Mama menyuruh Papa yang sedang duduk di sopa tidak berada jauh dari lemari.

“Ga usah ma, anton gak apa-apa ko” aku menjawab dengan cepat.

“Mama mengerti ko, Mama juga gak enak sama kamu” Mama menjawab. Kemudian Papa datang dan menghampiri kita berdua. Lalu aku dan Mama berganti posisi menjadi menyamping aku berada di belakang Mama.

“Pa tolong masukin dildonya ya”

Papa kemudian memasukan dildo itu secara perlahan, dan vagina Mama kembali sempit tanganku terus memegang perut Mama sambil mengelus dan memeras susu Mama. Papa terus menahan dildo agar tidak keluar dari vagina Mama.

“Gimana ton, udah enak kan”

“Enak banget ma, sempit, anton mau keluar ma”

“Bareng ton, Mama juga mau keluar”

Ahhhhh… ahhhhh serrrrr… kami berdua orgasme secara bersamaan. Ketika semua spermaku hampir habis, Papa kemudian mengecok-ngocok dildo saat penisku masih di dalam Vagina Mama.

“Enak pa, terusin ahhhhhh…” “ahhhh… Mama keluar lagi sayang” Mama orgasme lagi secara beruntun. Tangannya memegang erat tangannku yang sedang mengelus perutnya. Baru kali ini aku lihat Mama orgasme secara beruntun.

Mama terkulai lemas di sampingku ku. Aku berbaring cukup lama di samping Mama, Papa terkulai lemas di sopa dan Mama terus berada disampingku sambil memeluk dadaku. Kita semu tertidur mengakhiri permainan.

Hari ini aku mengajak Mama jalan-jalan ke mall, sambil membeli kebutuhan untuk bayi kami. Mungkin Papa dan Vivi sedang asyik-asyiknya di rumah. Sejak beberapa bulan ini Papa jarang pergi ke kantor, Papa lebih sering menghabiskan waktunya dengan Adikku. aku senang melihat perhatian Papa ke Vivi. Selesai belanja aku terus pulang, rencana kita mau check in di hotel tapi berhubung sore-sore jalannya macet kita memutuskan untuk main di rumah saja.

“Ma, ke sini donk aku pengen maen ama Mama” aku memanggil Mama yang sedang membereskan belanjaannya di dapur.

“Bentar sayang, dikit lagi beres ko” jawab Mama.

Aku terus menunggu Mama sambil melihat Papa dan adikku bercinta. Sekarang posisi Papa berada duduk di sopa dan adikku duduk di atas tubuh Papa dengan posisi membelakangi Papa.

“Sini ton, maen bereng kita saja, mungkin Mama udah cape jangan di ganggu” aku tidak menyangka Papa akan bilang seperti itu.

“Gak apa-apa, pa aku menunggu Mama saja” aku terus menjawab Papa.

“Udah sini aja, maen bertiga” ucap Papa dengan nada yang memaksa.

“Iya kak, sini Vivi juga ingin ngerasain penis kakak” ucap adikku yang sedang asik di entok oleh Papa.

“Iya deh pa” aku menyetujui ajakan mereka. Kemudian aku membuka semua bajuku dan mendatangi mereka.

“Vi jilatin penis kakakmu dulu ya, biar nanti masuknya gampang” ucap Papa menyuruh Vivi mengulum penisku. Kemudian aku memasukan penisku ke mulut adikku yang kecil. Dengan ganas adikku terus mengulum penisku hingga tegang dan basah.

“Vi kamu siap kan di masukin dua penis?” Papa bertanya kepada Vivi yang sedang asyik mengulum penisku.

“Siap pa, ayo masukin kak” Vivi menjawab sambil melepaskan kulumannya.

“Sekarang kamu masukin perlahan ke vagina Vivi, Papa akan menahan penis Papa di dalam” Papa menyuruhku untuk memasukan penisku ke Vagina adikku yang sedang hamil. Aku masukan secara perlahan penisku ke dalam Vagina adikku dari depan sedangkan penis Papa dibiarkan terus menancap. Tangan Papa menahan tubuh Adikku dari belakang, tangan kanan Vivi berus membimbing penisku.

Perlahan demi perlahan aku terus memasukan penisku ke vagina adikku yang sedang hamil benih dari Papaku.

“Ahhhh… terusin ka” ucap adikku dengan sedikit menjerit ketika kepala penisku udah masuk. Aku melanjutkan penetrasi hingga setengah batangku tertelan oleh vaginanya. Terasa sempit dan enak sekali. Aku merasakan betapa basahnya Vagina adikku. Aku terus memasukan penisku hingga semuanya masuk. Untuk pertama kalinya aku menyetubuhi adikku sendiri.

“Kocok perlahan kak” ucap adikku ketika vaginanya udah mulai terbiasa.

Kemudian aku mengocok perlahan di dalam Vaginanya yang sangat sempit. Aku merasakan nikmat yang tak terkira. Sesekali Papa mengocokkan penisnya dan sensasinya sangat nikmat sekali di penisku.

Lima menit berselang, kita memutuskan untuk ganti posisi. Aku berbaring di sopa kemudian adikku menaikku dengan posisi saling berhadapan. Papa terus memasukaan penisnya di saat aku mengocok vagina adikku. Aku dan Papa saling bergantian mengocok-ngocok vagina adikku.

“Ton coba kamu hisap susu adikmu, rasain pasti enak deh” ucap Papa sambil melepaskan remasan tangannya di dada adikku. Lalu Aku dengan ganas menjilati susu adikku. dari susunya keluar cairan yang sangat nikmat sekali.

Tiba-tiba Mama datang, “Ohhh jadi gini ya yang kalian lakukan klo Mama ga ada?” ucap Mama dengan nada cemburu.

“Ayo ma, sini gabung kita” ucap Papa mengajak Mama untuk bergabung. Mama kemudian membuka semua bajunya dan mengambil sebuah dildo di lemari. Mama duduk di sopa di samping kita. Perlahan-lahan Mama memasukan dildo itu. Tangan kanan adikku ikut meremas-remas susu Mama.

“Aku mau sampe… bentar lagi ahhhhh… ahhhhhh…” adikku menjerit kenikmatan.

“Papa juga mau sayang, tahan bentar ya kita keluarin bareng” Papa menjawab. Aku juga tidak mau diam aku ingin orgasme bareng mereka. Aku menaikan tempo kocokannku berharap aku orgasme bareng mereka.

“Vivi keluar paa… ahhhhh… ahhhhh enakkkkk banget…”

“Papa juga… sayang…” crotttt… crotttt penis Papa terus mengocok vagina adikku. vagina adikku semakin basah oleh cairan mereka berdua dan membuatku orgasme.

“tahannn… anton juga keluarrr…” “ahhhhh… ahhhhhhh… crotttt… crottttt” aku terlabuh dalam kenikmatan ini. Aku meliat Mama semakin gencar mengocok dildonya. Aku melepaskan penisku dari vagina adikku meninggalkan penis Papa yang terus tertancap di vagina Vivi. Papa hanya terkulai lemes tidur dengan posisi menyamping di belakang Vivi.

Aku mendatangi Mama yang belum terpuaskan dan mengambil alih kocokan dildonya dengan tanganku. Aku terus mengocokkan dildo ke vagina Mama dengan tangan kanan, dan tangan kiriku meremas-remas susu Mama. mulutkku terus menjilat-jilat bibir vagina Mama. Aku melihat Papa dan Vivi yang terus tertidur pulas.

“Terus ton jilatin Mama, enak banget” ucap Mama.

Melihat ekspresi Mama, aku jadi terangsang lagi. “Ma jilatin penis anton ya”

Aku terus mengarahkan penisku ke mulut Mama, mulut dan tangannku terus mengocok vagina Mama. kita saling mengocok dengan posisi 69. Ketika penisku sudah kembali tegang Mama memintaku untuk memasukan penisnya ke vaginanya.

“Udah kuat ton, sekarang masukin ya Mama udah ga tahan”. Lalu aku memasukan penisku ke dalam vagina Mama dengan tanpa melepas dildo rasanya sempit sekali. Tangannku memeluk perut Mama yang sedang hamil, tangan kanan Mama menahan di pundakku dan tangan kirinya menahan dildo agar tidak keluar. Beberapa lama kemudian.

“Anton, Mama mau keluar, ahhhhh… ahhhhhh” serrrrrr… serrrrrr… terasa vagina Mama semakin basah. Aku terus mengocok penisku tidak lama kemudian aku pun keluar

“Anton keluar maa…” crott… crott… aku menghabiskan seluruh spermaku di dalam vagina Mama yang sedang hamil anakku. Aku membaringkan diri di samping Mama ku lihat Papa dan Vivi yang tertidur pulas di Sopa, aku hanya bisa terbaling lemas di samping Mama, dan mengelus-ngelus perut Mama.

Sejak saat itu aku sering menyetubuhi adik dan Mamaku, begitu juga Papa. Sampai usia kandungan adikku berusia 8 bulan dan Mama 7 bulan. Saat usia kandungan adikku 8 bulan, aku dan Papa tidak terlalu sering menyetubuhinya, karena takut mengganggu kehamilannya. Kita lebih sering maen bareng Mama. Aku dan Papa terus menjaga kehamilan Vivi dan Mama agar anak kita terlahir dengan sehat.

Beberapa Minggu kemudian Adikku melahirkan anak dari Papa. Berjenis kelamin laki-laki dia sangat lucu, sehat dan tampan. Kita sangat sekeluarga senang dan merayakannya bersama. Aku dan Mama semakin sibuk mempersiapkan kelahiran anakku. Sementara Papa dan Vivi dibuat sibuk oleh anaknya yang baru lahir kita menjadi keluarga yang bahagia lagi.

Sampai ibuku melahirkan anakku. Anakku berjenis kelamin perempuan cantik seperti Mama. Kadang aku berfikir, harus aku panggil apa anaknya Vivi, dia sebagai adikku atau keponakannku, sama halnya dengan anakku, mungkin Papa dan Mama harus menganggapnya sebagai anak dan cucu secara bersamaan. Setelah melahirkan Mama sering mengajak Vivi untuk senam kebugaran agar tubuh tetap terawat dan Vagina tetap rapet.

Aku diterima di salah satu PTN di Bandung untuk merayakan ini Papa mengajak kita semua berlibur di Singapura. Kita semua berangkat ke Singapura dengan anak-anak kita yang masih bayi. Di Singapura kita sepakat untuk menikah agar anak-anak kita menjadi bagian keluarga yang sah. Aku menikahi Mama dan Papa menikahi Adikku.

Walaupun demikian kita masih sering bertukar pasangan, aku menyetubuhi adikku dan Papa menyetubuhi Mama. Mama dan adikku memutuskan untuk melakukan KB agar tidak terjadi kehamilan lagi. Adikku melanjutkan sekolahnya kembali, klo adikku pergi ke sekolah Mama lah yang menjadi pengasuh anak Vivi. Sementara Papa tidak lagi pulang malam dan lebih punya banyak waktu untuk kita sekeluarga.

Tamat

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu